{20} POSESIF

2.9K 588 12
                                    

"Kalo pusing mending istirahat aja" ucap Candra pada Velin.

"Gapapa Velin ga pusing ko kan ada Candra yang jadi support sistemnya Velin hehe"

Candra tersenyum, dia membenarkan poni Velin yang berterbangan. Velin terlihat serius menyalin tugas milik Hani yang sudah di kerjakan oleh Rasya beberapa saat yang lalu. Kebetulan jam terkahir sekolah mereka kosong karena ada guru yang melahirkan mendadak saat mengajar jadi mereka bebas melakukan apa saja selain keluar dari gerbang sebelum jam pelajaran berakhir.

Tangan Candra merambat ke pipi Velin lalu dia menarik pipi gadisnya itu.

"Serius banget nyonteknya"

Velin menoleh, dia kemudian melebarkan senyumannya. Kalau masalah mencontek entah kenapa semangatnya membara seperti ini.

Candra meletakan kepalanya diatas bangku taman ketika Velin kembali menulis hasil contekannya. Pria itu bermain-main dengan rambut Velin yang lumayan panjang.

"His Candra!" Velin berteriak dan menatap Candra dengan bibir maju lima senti.

"Kenapa?" Tanya Candra.

"Jangan liatin Velin kaya gitu!"

Candra menyerngit, kenapa? Velin yang bisa melihat maksud tatapan pria itu segera meletakan pulpennya diatas meja lalu kedua tangannya menangkup wajah Candra dan menoel-noel pipi pria itu.

"Candra kenapa ga sadar diri si" ucap Velin.

"Candra kan gantengnya kelewatan Velin yang cuma seonggok Upil kali diliatin terus-terusan bisa meleleh tauu hisss gemes banget Velin sama Candra" desis Velin, dia menarik-narik pipi Candra sedangkan sang korban hanya tertawa mendengar ucapan Velin.

Candra menarik sebelah tangan Velin yang tengah bermain dengan pipinya. Namun karena terkejut Velin justru tertarik kearah pria itu sampai hidung keduanya saling bersentuhan.

"C-candra!"

"Iya sayang"

Velin mendelik, lihatlah wajah mesum pria tampannya ini!! Tatapan Velin turun ke bibir Candra. Velin menelan ludahnya sendiri, kenapa pemikiran jorok Hani sekarang malah bersarang di kepalanya.

Candra yang melihat kedua pipi Velin mulai memanas tersenyum miring. Dia perlahan mendekat hendak menggoda gadis kecil itu namun tubuhnya tertarik kebelakang dan suara dingin seseorang terdengar.

"Ngapain kalian berdua?"

Velin langsung duduk dengan tegap, dia menggaruk pipinya sendiri dan tersenyum bodoh kearah Reynan. Reynan yang baru saja datang dan memisahkan dua sejoli itu menatap tajam Candra.

"A-abang datengnya kapan ko Velin ga liat ya?" Tanya Velin. Dia menarik lengan Reynan sebelum tangan yang terkepal itu melayang ke wajah Candra.

"Kalian berdua punya hubungan apa?" Tanya Reynan tanpa melepaskan tatapannya dari Candra.

Candra sendiri terlihat santai, dia mengusap bahunya yang baru saja di tarik Reynan. Perlahan Candra menatap Reynan dan dia menjawab pertanyaan pria itu.

"Lo gatau kita berdua udah pacaran dari dulu?" Tanya Candra.

Reynan melotot, dia maju kedepan dan Velin langsung memeluk pria itu.

"Huaaaa Abang jangan berantem sama Candra! Ga boleh!" Teriak Velin.

"Lepasin dek, gue belum ijinin Lo deket-deket sama adek gue ya" desis Reynan.

"Nyatanya gue udah pacaran, Abang?" Tanya Candra, dia tersenyum melihat ekspresi Reynan yang semakin mengerikan.

"Abang jangan! Candra hiss jangan pancing-pancing abangnya Velin ya!"

Velin menatap tajam Candra dan dia menggeleng, jika keduanya sampai bertengkar maka tamat sudah riwayatnya.

"Abang jangan yaa..." Lirih Velin.

"Kita kan emang udah pacaran udah lama, jelasin ke Abang kamu sayang tentang hubungan kita" kata Candra.

Reynan menaikan sebelah alisnya, S-sayang? Pria ini memanggil adiknya dengan sebutan keramat itu?!! Sudah sejauh mana hubungan mereka berdua hah!

Reynan berbalik dia menatap Velin yang nampaknya tengah memplototi Candra. Melihat Velin yang langsung mendongak dan menatapnya Reynan menghela nafas.

"Bener kalian berdua udah pacaran?" Tanya Reynan.

"Iya" jawab Velin dan Reynan kembali menatap tajam Candra.

"V-velin kan udah besar Abang masa ga boleh sii" cicit Velin.

"Kamu masih kecil, gausah pacaran" kata Reynan.

Velin memajukan bibirnya dia mengeratkan pelukannya pada Reynan. Dia melirik Candra dengan tatapan tajam sedangkan Candra tersenyum manis kearahnya. Hiss menyebalkan sekali.

"Pokoknya kalian berdua gausah deket-deket"

Velin memegangi helmnya saat angin kembali mendorong kepalanya ke belakang.

"Denger gak Abang ngomong?" Tanya Reynan yang mengendarai motornya dengan kecepatan sedang.

"Iya iya Velin denger" jawab Velin.

"Gausah pacaran apaan manggil sayang-sayang begitu" desis Reynan yang menatap kedepan.

Velin menghela nafas, dia maju dan memeluk Reynan.

"Abang jangan marah-marah lagi dong Velin kan wajar kalo suka sama cowo" ucap Velin.

Reynan menghela nafas, dia mengenggam tangan Velin di depan perutnya lalu kembali fokus mengendarai motor menuju tempat les Velin. Untuk pria bernama Candra, tunggu saja.

°°°

"Lo ga ada kerjaan banget ya?" Tanya Hani menatap Javier.

Entah bagaimana ceritanya pria ini sudah seperti lalat yang bisa keluar masuk rumahnya dengan leluasa. Bahkan pria itu dengan tidak tau diri menghabiskan makanan di kulkas.

"Lo bilang anggep aja rumah sendiri" jawab Javier, dia melirik Hani sejenak dan kembali memakan camilan di pelukannya.

Hani berdecak kesal dia maju kedepan dan mengambil bantal diatas sofa hendak memukul pria itu. Namun salah satu kulit pisang yang tergeletak diatas lantai terinjak oleh Hani membuat tubuh Hani terjungkal kebelakang.

"Anji-"

GUBRAKK

Hani perlahan membuka kedua matanya, dia kemudian melihat wajah Javier yang tepat berada di hadapannya.

"Lo emang ga bisa sehari aja gausah pecicilan ya" desis Javier.

Posisi keduanya agak ambigu, Hani terduduk dengan kepala yang hampir menghantam ujung kursi jika Javier tidak cepat maju dan meletakan tangannya di belakang kepala Hani.

"S-siapa juga yang makan pisang sembarangan hah!" Teriak Hani agak terbata karena dia juga terkejut dengan kejadian tadi.

Javier kemudian menarik tangannya dan mendorong pelan kepala Hani.

"Makanya kalo punya mata itu di pake" ucap Javier, dia mengambil kulit pisang yang tergeletak di atas lantai lalu berjalan ke dapur untuk membuangnya.

"Heh Lo ko malah kabur si! Untung kepala gue ga kenapa-kenapa ya! Kalo sampe lecet sedikit aja gue tuntut Lo!"

Javier hanya diam dan membuang kulit pisangnya kedalam tong sampah mengabaikan teriakan-teriakan Hani. Dia menghela nafas lalu mengusap wajahnya sendiri, beruntung Hani tidak melihat ekspresinya tadi.

"Untung jantung gue ga loncat dari tempatnya" gumam javier.

Namun jika dia telat sedetik saja mungkin dia tidak akan mendengarkan teriakan Hani yang bahkan masih berlangsung sampai sekarang. Bisa-bisa dia akan di sidang oleh sang ayah dan juga ibunya apalagi wajah Velin yang pasti menatapnya dengan tatapan tajam.

"Ada untungnya juga gue ini iblis yang ganteng dan cekatan" ucap Javier sebelum dia berbalik dan melihat Hani tengah menonton televisi di ruang tengah.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang