{20} DITOLAK SECARA HALUS

2.3K 579 27
                                    

"Ras Lo mau ikut gue main? Ayolah Lo cuma diem aja di kamar kaya gini" ajak Reynan, diatas kasur Rasya tengah duduk dan membaca buku di tangan kanannya.

"Males, mending Lo ajak Velin aja" jawab Rasya.

Reynan menghela nafas, dia kemudian duduk di pinggir kasur Rasya dan menatap gadis itu. Kenapa Rasya tidak pernah mengiyakan ajakannya?

"Sekali aja ayo ikut gue main sama geng" ajak Reynan lagi namun Rasya masih diam.

"Gue ga suka pergi-pergi kaya gitu main-main kaya gitu, gue lebih suka diem di rumah" jawab Rasya dan Reynan kini hendak menyentuh lengan Rasya namun Rasya dengan cepat menjauh.

"Lo takut ya ketemu ayah Lo lagi? Makanya Lo ga mau keluar?" Tanya Reynan.

"Engga" jawab Rasya dan dia membalik selembar buku di tangannya.

"Ras jujur aja ke gue"

Rasya melirik Reynan, dia kemudian meletakan bukunya diatas paha dan menatap Reynan lekat-lekat.

"Dibanding gue ketemu ayah gue lebih takut kita berdua disangka ada hubungan apa-apa" ucap Rasya.

Reynan terdiam, apa ada murid yang menggangu Rasya? Sudah pasti iya. Karena banyak sekali yang menyukainya di sekolah maka dari itu pasti salah satu dari mereka mengancam Rasya kan.

"Gue gamau kena tamparan dari fans-fans Lo, dan mulai besok gue bakal berangkat sendiri naik motor" kata Rasya sebelum dia kembali membaca bukunya.

"Ras, gausah peduliin mereka. Biarin aja mereka mau ngomong apa, kalo mereka berani ngangkat tangan bilang ke gue"

"Bukan masalah itu Rey, sebenernya gue punya alasan tersendiri" sangkal Rasya.

Rasya menarik nafasnya dalam-dalam, dia harus bisa mengatakannya dengan wajah yang meyakinkan. Setelah berulang kali rencananya mendekatkan Velin dengan Reynan gagal sepertinya pria ini butuh tamparan keras agar dia bisa sadar.

"Gue itu temen adek Lo, Velin dan Lo itu abangnya dia. Gue ga sejahat itu ngambil Abang dari adeknya. Apalagi hubungan kalian ga baik kan? Gue gamau bikin Velin sedih" jelas Rasya.

Reynan mengalihkan tatapannya, dia kemudian berdiri dan mengangguk.

"Oke gue tau alasan Lo, emang sampai kapanpun dia bakal tetep jadi parasit kaya gini" ucap Reynan dan dia melangkah keluar dari kamar Rasya.

"Waktu gue mikir Lo pinter karena pernah ngalahin gue satu kali ternyata salah, Lo bahkan lebih bodoh ketimbang Velin" ucap Rasya, ya ampun.... Dia mengusap wajahnya sendiri dengan ekspresi kesal.

Saat hendak keluar dari rumah dia berpapasan dengan Velin yang baru saja pulang dari les. Velin terlihat memeluk paper bag dan saat tatapan mereka bertemu Velin langsung mengembangkan senyumnya.

"Abang mau kemana? Mau main ya?" Tanya Velin. Tanpa ragu Velin mendekat pada Reynan, tanpa dia tahu kalau pria itu tengah menahan amarah.

Velin menatap Reynan dengan wajah kebingungan, kenapa dia menatapnya dengan wajah memerah seperti itu?

"Minggir" desis Reynan.

"I-iya..." Velin bergeser namun belum sepenuhnya dia bergeser dari hadapan Reynan pria itu terlebih dulu maju dan menyenggol bahunya.

Velin terdorong ke belakang, dia kemudian terjatuh dan barang-barang yang ada di dalam paper bag berserakan keluar.

Brukkkk

"Shh" Velin mengusap bahunya yang terasa nyeri.

"Lo bisa ga si jangan muncul di hadapan gue?!"

Velin langsung menatap Reynan, kenapa tiba-tiba pria itu marah padanya?

"Abang kenapa marah? Kan Velin engga ngapa-ngapain" tanya Velin dengan wajah kebingungan.

"Mau tau salah Lo apa?" Tanya Reynan, Velin mengangguk dan pria itu berbalik dan menatapnya.

"Karena Lo udah lahir" desis Reynan.

"Lo rebut semuanya dari gue sejak lahir, kasih sayang dan perhatian semua orang. Kenapa Lo harus lahir hah? Kalo Lo ga lahir mungkin gue bakal ngerasain kasih sayang yang sejak gue umur satu tahun Lo renggut" lanjut Reynan.

"Lo bisa balikin itu semua?" Tanya Reynan.

Velin hanya diam, dia mengusap bahunya dan menggeleng. Mana mungkin dia bisa mengembalikan itu semua.

"Tau Lo ga bisa balikin kenapa sekarang Lo mau ambil juga orang yang gue cintai?" Tanya Reynan.

Velin tau siapa yang Reynan maksud, apa Raysa menolak cinta Reynan dengan alasan dirinya ini?

"Velin minta maaf Abang" ucap Velin. Umur mereka hanya berjarak satu tahun yang artinya saat Reynan berumur satu tahun Velin lahir ke dunia ini.

Velin tau betul maksud Reynan, dia memang sudah mengambil semuanya dari pria itu bahkan saat Reynan belum bisa berbicara dan berjalan.

"Ck" Reynan berdecak, dia menendang gulungan benang yang tergeletak di sebelahnya ke sembarang arah sebelum dia pergi dari sana.

Velin menunduk, dia mengigit bibirnya sendiri menahan isakan tangis. Dan ketika dia ingin bangun Velin kembali merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya.

"Shhh padahal Velin habis minum obat sakit kepala tadi di kelas" gumam Velin yang merasakan sakit kepalanya kembali datang.

Velin mengambil paper bagnya, dia berusaha mengambil peralatan merajut yang ia beli tadi bersama Candra.

Di pojok ruangan berdiri seorang pria yang memakai jubah hitam. Dia mengangkat tangannya dan melihat sebuah nama di kartu yang ia bawa.

"Hah... Apa ga bisa di percepat alurnya?" Tanyanya pada pria yang baru saja muncul di sebelahnya.

"Maksud Lo gue harus geprek aja otaknya Reynan biar dia sadar kalo itu semua bukan kesalahan Velin gitu?"

"Ayah cuci aja otaknya dia, nanti Javi beli sabunnya dua ton" ucap bayangan yang baru saja muncul.

"Aduh kayaknya ini saatnya buat kita bertindak, ayo Jav bantuin mantan kakak Lo"

"Ck, dia masih kakaknya Javi ya sampe kapan pun ayah durhaka banget engga mau ngakuin kak Velin anak lagi"

"Yayayaya terserah Lo"

Swoooshhhh.....

Di kamar Velin, gadis itu tengah menutupi tubuhnya dengan selimut. Dia mulai merajut sweater yang akan dia hadiahkan untuk Reynan dengan kedua pipi yang basah.

"Emang Velin salah ya kalo lahir jadi adeknya Abang Rey? Tapikan Velin gatau apa-apa kalo mau lahir ke dunia ini" gumam Velin.

"Kalo boleh rikues dulu sebelum jadi bayi Velin kayaknya bakal milih buat lahir nanti aja jangan sekarang" lanjut Velin.

"Huh mana kepalanya Velin makin sakit, padahal Velin udah minum obatnya lagi"

Velin melirik kearah jam yang menunjukan pukul 11 malam, dia harus menyelesaikan lengan sweaternya terlebih dulu kalau begini. Velin menyedot ingusnya dan dia kembali merajut.

"Apa besok Velin ke dokter aja ya, siapa tau setelah di pegang dokter ganteng sakitnya ilang"

"Padahal abang mau jadi dokter, kalo Velin besok sakit tinggal bilang aja. Rasya pasti bakal ambil jurusan hukum. Cocoklah kalian berdua"

Velin tersenyum senang, dia kemudian meletakan rajutannya keatas meja dan mulai merebahkan dirinya diatas kasur. Besok adalah hari Minggu tapi dia harus tetap les dari siang sampai sore, ibunya benar-benar jahat sudah membuat otak Velin menjadi panas seperti ini.

"Hiss otaknya Velin...sabar ya kamu harus berjuang sama Velin sekarang... Ganbatteee" gumam Velin, dia mengepalkan kedua tangannya kemudian menutup mata dan mulai tertidur.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang