{20} ANAK KUAT

2.4K 582 10
                                    

Rasya menatap rumahnya yang kosong, mungkin ayahnya tidak pulang seminggu ini. Rasya menghela nafas, dia harus pulang untuk mengambil buku novel asli tentang cerita ini yang tertinggal.

Rasya masuk kedalam rumah, dia berjalan menuju kamarnya. Dia harus kembali membaca novel tersebut untuk memastikan apa yang salah dengan otak Reynan. Dan bagaimana dengan akhir yang Velin miliki.

Rasya menarik koper dibawah ranjang dan membukanya. Dia menemukan buku bersampul coklat usang. Rasya segera mengambilnya. Buku berjudul KAPAS BERDURI.

Rasya sudah membacanya sekali dulu bersama, Velin, Hani, Candra dan Daniel. Novel karya Eltanzio ini pernah dia lihat di kehidupan saat dia masih hidup. Novel yang sukses dan diangkat menjadi film dengan penonton terbanyak pada tahun penayangannya.

Rasya kembali berjalan keluar, dia harus pergi sebelum dia bertemu dengan ayahnya. Namun dia malah melihat ayahnya berdiri bersama seorang pria di ambang pintu.

"Dia Rasya anak kamu Jer?" Tanya pria berbadan besar dan berwajah seperti kakek-kakek di sebelah ayah Rasya.

"Iya, gimana? Sebentar lagi dia lulus dan kalian bisa menikah" ucap ayah Rasya.

Rasya terdiam, menikah dengan tua Bangka itu? Lebih baik dia menjadi perawan tua kalau begini. Pria tua di sebelah ayah Rasya menatap Rasya dan tersenyum.

"Ya ampun Rasya, saya Leonard temen ayah kamu sekaligus calon suami kamu" ucapnya yang mampu membuat bulu kuduk Rasya meremang.

Reynan, dia baru saja keluar dari rumah. Dia belum melihat Rasya pagi ini, dimana dia? Reynan berjalan keluar dari halaman, dia berniat untuk membeli sesuatu di supermarket.

Namun langkah pria itu terhenti ketika melihat Rasya yang berlari dari rumahnya dan di cegat oleh pria tua. Reynan langsung berlari menghampiri Rasya.

"Lepasin! Ga Sudi saya nikah sama kakek ya!" Teriak Rasya.

"Kurang ajar! Masih syukur saya mau beli kamu dari ayah kamu itu!" Pria di depan Rasya mengangkat tangannya ketika cengkramannya terlepas. Dia mengayunkan tangannya kearah Rasya.

Plakkkkk

Rasya terkejut melihat Reynan yang tiba-tiba berdiri di depannya. Terlebih lagi tamparan yang seharusnya tertuju padanya malah terkena pada pipi kanan Reynan.

"Rey Lo ngapain disini?" Tanya Rasya.

Reynan menoleh, dia menghela nafas lega melihat Rasya yang baik-baik saja. Saat tatapannya turun ke pergelangan tangan Rasya yang memerah wajahnya kembali mendatar.

"Siapa kamu! Minggir!"

Reynan kembali menatap kedepan, dia merapatkan Rasya ke tubuh belakangnya menghindari tatapan pria tua kasar itu.

"Seharusnya saya yang nanya siapa om? Berani-beraninya mau nampar Rasya" tanya Reynan.

"Rey lepasin Rasya kamu gausah ikut campur" ucap ayah Rasya.

"Ga bisa om, om kenapa diem aja anaknya mau di pukul kaya gini?" Tanya Reynan.

"Dia anak om loh, dan apa tadi dia beli Rasya?" Tanya Reynan lagi dengan wajah tak percaya.

"Rasya bukan barang yang bisa di beli, dia manusia" ucap Reynan.

Rasya yang berdiri di belakang tubuh Reynan hanya diam menatap Reynan. Dia bisa membelanya seperti ini tapi kenapa sangat sulit dia memperlakukan Velin dengan baik?

"Udah ayo Ras, mamah nyariin kamu" kata Reynan dan menarik Rasya menjauh dari sana.

"Pipi Lo gapapa Rey? Gue obati ya" tawar Rasya.

"Seharusnya Lo lebih khawatir ke diri Lo sendiri yang udah di jual sama ayah Lo Rasya...."

Reynan berbalik, dia menatap Rasya dan mengenggam kedua tangan gadis itu.

"Gausah balik ke sana lagi ya, kalo mau keluar Lo bilang ke gue. Jangan keluar sendirian kaya gini" ucap Reynan.

"Kenapa .... Kenapa Lo bisa baik banget ke gue tapi ke adek Lo sendiri-"

"Gausah di bahas" potong Reynan yang kembali menarik Rasya masuk kedalam rumah. Raysa menatap tangan Reynan yang memegang pergelangan tangannya, jangan sampai pria ini jadi orang yang sangat menyedihkan nantinya.

.
.
.
.

Velin kini duduk di depan dokter yang terlihat menatapnya dengan wajah cemas. Dokter tersebut lalu memberikan beberapa kertas ke Velin.

"Ini maksudnya apa ya dokter?" Tanya Velin. Dia menatap beberapa lembar kertas yang menunjukan foto tengkorak kepalanya.

"Velin" panggil dokter tersebut.

"Iya?" Jawab Velin dengan cepat dan dia segera menatap dokternya lagi.

"Kamu terkena tumor otak stadium 2 itu yang bikin kepala kamu sakit akhir-akhir ini" ucap sang dokter.

"T-tumor? Tumor otak?" Tanya Velin dengan wajah tak percaya. Dokter di depan mengangguk, dia menghela nafas dan mulai menjelaskan tentang kesehatan Velin yang sangat memprihatikan.

Velin berjalan keluar dari rumah sakit. Setelah dia menerima penjelasan sang dokter. Dia meremas kertas yang menunjukkan hasil dari pemeriksaannya tadi.

"W-wah pantesan sakit kepalanya beda, ternyata bukan migren" ucap Velin.

Velin berhenti di bawah lampu jalan, hari sudah semakin larut. Sebenarnya Candra menawarkan diri untuk menjemput Velin namun Velin menolak karena dia tau besok Candra akan mengikuti olimpiade dan membutuhkan persiapan.

Velin kembali berjalan menuju halte bus, dia duduk di bangku halte dan menatap kertas ditangannya. Dokter mengatakan dia harus segera menjalani proses pengobatan kemoterapi. Dan untuk melakukan pengobatan harus dengan persetujuan wali.

"Sebentar lagi Velin ujian, kalo berhenti sia-sia Velin belajar setiap hari dari pagi sampe malem kaya gini" ucap Velin.

Velin mengeluarkan ponsel dari balik sakunya dan menelfon sang ayah. Entah kenapa dia sekarang merindukan ayahnya itu.

"Halo ayah, ayah lagi sibuk ya?"

"...."

"Velin mau minta di jemput di halte bus deket tempat les, soalnya busnya lama ga dateng-dateng" cicit Velin.

"...."

"Eh gausah kalo minta tolong Abang.... Mungkin Abang lagi sibuk sama temen-temennya" jawab Velin dengan wajah panik saat sang ayah bilang akan menyuruh Reynan untuk menjemputnya.

"..."

"Tapi ayah... Lah mati" Velin menatap ponselnya, dia memencet tombol untuk menyalakan ponselnya namun sayang sekali ponselnya tidak bisa hidup.

Velin menghela nafas, dia memasukan kembali ponsel dan kertasnya kedalam tas. Velin menatap ke jalanan yang ramai di depannya.

"Kira-kira kapan ya Velin mati?" Tanya Velin.

"Velin mau ngasih hadiahnya ke Abang dulu, sama nunjukin nilai bagus ke mamah" gumam Velin.

Setetes air mata Velin luruh, apa ini alasan Velin tidak pernah muncul di akhir cerita? Dan dia juga tidak datang di acara pernikahan Rasya dan Reynan. Karena penyakitnya ini? Dia sedang berobat atau mungkin dia sudah mati? Entahlah...

Brummmmmmm brummmmmm

Velin mengusap air matanya, dia menoleh kekanan dan melihat Reynan mendekat dengan motor kesayangan pria itu.

"Padahal Velin kira Abang ga bakal dateng" ucap Velin, dia mendekat pada Reynan.

"Terus ayah bakal potong uang jajan gue gitu? Cepet naik!" Bentak Reynan dengan tatapan tajam.

Velin mengangguk, dia menerima helm yang diberikan Reynan dan naik keatas motor. Velin mencengkram jaket Reynan.

"Wah akhirnya Velin bisa duduk di motornya Abang" ucap Velin setelah duduk.

Reynan berdecak, dia kemudian menutup kaca helm dan mulai mengendarai motornya. Velin memejamkan mata saat motornya mulai berjalan. Pria ini benar-benar ingin mengajaknya lebih cepat ke akhirat ternyata. Reynan melaju cepat di jalan raya, menghiraukan Velin yang mungkin ketakutan di belakangnya.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang