{20} KETAHUAN ^

2.7K 625 17
                                    

Di sebuah ruangan rumah sakit Velin tengah menunduk di hadapan Hani, Rasya dan Candra serta kakaknya yang berdiri diam setelah dokter menerangkan tentang kondisi Velin.

"Kenapa Lo ga ngomong ke gue Vel? Lo anggep gue apa selama ini?" Tanya Hani.

Velin langsung menatap Hani, dia menggeleng.

"Hani, bukannya Velin gamau bilang cuma waktunya belum pas aja. Tapi siapa sangka kalian tau duluan sebelum Velin bilang" cicit velin.

"Masih ada yang sakit?" Tanya Candra mencoba menetralkan kembali suasana di ruangan itu.

Velin menggeleng, dan Candra segera berdiri lalu berbalik.

"Gue urus administrasinya dulu kalian tunggu disini" kata Candra sebelum berjalan keluar.

"Hani sama Rasya jangan marah ya" cicit Velin lagi.

"Gue ga marah" jawab Rasya, dia kemudian tersenyum dan mengenggam tangan Velin.

Velin membalas senyuman Rasya, dia kemudian melirik Hani dan Hani segera tersenyum seperti Rasya. Hani maju kedepan memeluk Velin, jika saja ingatan sepenuhnya tentang kehidupan sebelumnya kembali lebih awal mereka pasti akan mengetahui hal ini lebih awal. Dan bisa membantu Velin...

Rasya mengusap kepala Velin, jika saja dia bisa mengetahui semua ini lebih awal Velin pasti tidak akan menderita seperti ini. Tapi dia harus bagaimana lagi? Karena Hani yang mengingat kehidupan sebelumnya hubungan mereka menjadi renggang.

Reynan masih berdiri di belakang ketiganya, dia menatap Velin yang sekarang tengah memeluk Hani dan Rasya sembari tersenyum.

"Huaa Velin kangen meluk kalian bertiga kaya gini" ucap Velin.

Rasya melirik Hani yang berada di pundak kanan Velin. Gadis itu nampak tersenyum dan mengeratkan pelukannya pada Velin membuat Rasya menghela nafas.

Setelah suasana kembali normal mendadak Velin harus merasakan suasana mellow lagi. Ayah Velin duduk di depan Velin, dia menatap Velin dengan wajah sedih. Bertapa terkejutnya dia mendengar kabar Velin dari Reynan, apalagi anak ketiganya ini terkena tumor otak.

"Kenapa kamu ga bilang sama ayah sayang?" Tanya ayah Velin.

Velin tersenyum, dia mengenggam tangan ayahnya dan menggeleng.

"Velin gapapa ko ayah gausah khawatir"

"Gapapa gimana?" Tanya ayah Velin dan Velin terdiam.

"Maafin ayah ya" lirih ayah Velin, dia menarik Velin kedalam pelukannya dan mencium puncak kepala Velin berulang kali.

"Maafin ayah ya sayang" kata ayah Velin dengan suara bergetar.

"Ayah gausah minta maaf, ini bukan salah ayah ko" cicit Velin, Velin mencengkram erat baju ayahnya. Dia tengah berusaha menahan isakannya sendiri.

"Ayah mamah mana?" Tanya Velin.

Ayah Velin menarik nafasnya dalam-dalam, dia kemudian menghembuskannya.

"Mamah bentar lagi kesini ko, dia lagi ngajar" ucap ayah Velin, sebenarnya istrinya itu tidak mau langsung datang karena mengira kalau Velin hanya sakit biasa. Dan ada hal yang membuat ayah Velin benar-benar marah ketika istrinya mengatakan kalau ini mungkin akal-akalan Velin agar nanti nilainya tidak di permasalahkan lagi, padahal dia belum selesai menjelaskan kondisi Velin istrinya sudah menutup telfonnya.

Di luar Rasya berjalan di sebelah Reynan, mereka tengah membiarkan Velin dan ayahnya berbicara empat mata sedangkan Hani sudah berpamitan pulang.

"Gue gatau dia nutupin penyakitnya selama ini" ucap Reynan.

Rasya melirik Reynan, di cerita aslinya pria ini juga akan menyesal. Mungkin penyakit Velin tidak akan sembuh tapi sekarang belum terlambat bukan untuk Reynan menebus semuanya?

"Dia tutupin ini semua supaya kebencian dia ke Lo ga semakin besar. Lo selalu mikir dia ngerebut semuanya kan? Dan Velin selalu mikir cara supaya dia ga semakin ngerebut kasih sayang keluarganya dari Lo tanpa Lo sadari selama ini" kata Rasya yang sudah berhenti dan menatap Reynan di depan.

Reynan berhenti berjalan, dia menunduk dan menatap kedua kakinya sendiri.

"Lo liat cuma ayahnya yang dateng pas dapet kabar tentang Velin yang masuk rumah sakit. Rey, Velin bukan parasit, dia berusaha keras sama dirinya sendiri. Alangkah baiknya kalo otaknya Velin encer pasti dia gausah susah payah les sampe jam 10 malem, belajar pagi-pagi buta. Walaupun nilainya selalu jelek dia selalu di banding-bandingin sama gue. Tapi anehnya dia ga benci sama gue kan?" Tanya Rasya.

"Kalo Lo di posisi Velin, Lo bakal benci banget sama gue. Ini mirip sama Velin yang Lo bilang ngerenggut kasih sayang keluarga, tanpa Lo sadari gue juga hampir ngerenggut kasih sayang keluarga dari Velin terutama mamahnya"

Rasya mengatupkan bibirnya rapat-rapat, dia bisa melihat tangan Reynan yang bergetar. Perlahan Rasya maju kedepan dan dia merentangkan kedua tangannya.

Rasya mendekap erat Reynan dari belakang, sebenarnya jika mereka diberi waktu lebih lama lagi dia akan membantu pria ini tapi entah bagaimana alurnya semakin kacau. Tentu saja ini juga akibat dari Hani yang mendapatkan ingatan kehidupannya yang dulu.

Reynan menutupi wajahnya dengan sebelah tangan, dia benar-benar menangis seperti anak kecil sekarang. Velin selalu tersenyum ramah padanya, dia mencoba mendekat tetapi selalu Reynan tolak. Padahal dia adalah gadis polos yang tidak melakukan kesalahan apapun, tapi karena egonya sendiri gadis itu harus mengalami semua ini. Mungkin jika dia tidak mengabaikan Velin dan membiarkan Velin mendekat padanya gadis itu tidak akan menyembunyikan tentang penyakitnya sekarang. Dan penyakitnya akan bisa ditangani terlebih dulu.

Rasya meletakan pipinya di punggung Reynan, dia menatap ke depan dimana ada Luke yang berdiri dibawah lampu jalanan. Pria itu tersenyum padanya dan memeluk tiang listrik seperti tengah menirukan adegan Rasya sekarang. Raysa berdecak pelan, dan Luke terkekeh di depan.

"Kenapa Lo lebih milih buat buka semua ingatan Hani sekarang? Bukannya ini terlalu cepet ya Raja iblis?" Tanya Kenzo yang berdiri tak jauh dari Luke di dalam kegelapan.

"Sayangnya gue ga tega liat Rasya yang berusaha nutupin semuanya. Tentang fakta bahwa dia bukan orang yang ngebunuh mereka bertiga" jawab Luke.

"Dia lebih milih diem dan biarin Hani benci sama dia karena dia tau kalau perbuatan Rasya ga bisa dimaafin" lanjut Luke, dia menetap Rasya yang masih memeluk Reynan di depan.

"Kalo adek gue ga dibuat gila sama kakaknya sendiri mungkin gue bakal liat Rasya ada di dalam dirinya" kata Kenzo.

"Sebenernya dia ga sekuat yang gue kira, tapi gue salut gimana dia nahan semua egonya dan memilih diem. Entah sampai kapan dia bakal kaya gini" gumam Luke, baru pertama kali dia mengidolakan seseorang.

"Btw gue kepo sama adek Lo Ken" kini Luke melirik Kenzo, dia bisa melihat pria itu masih menatap ke arah Rasya di depan.

"Adek gue? Dia gadis tercantik yang pernah gue temui. Dia punya segalanya, kecantikan, kepintaran dan kasih sayang semua orang tertuju sama dia. Gue pernah bilang kalo dia bakal jadi manusia paling bahagia di dunia ini tapi kenyataannya dia malah jadi manusia paling menyedihkan di dunia ini" kata Kenzo.

"Kalo gue liat-liat gue mirip sama Reynan, bedanya gue ga pernah benci sama adek gue sendiri. Cuma gue ngerasa hancur karena gue sendiri ga bisa bantu dia. Gue gagal jadi Abang buat dia"

Luke diam, dia melihat raut wajah Kenzo yang berubah sendu saat menceritakan itu semua tadi. Kenzo tersenyum lalu, dia masih ingat masa-masa dimana dia masih melihat senyuman manis sang adik, bagaimana adiknya tertawa riang dan mulai terobsesi dengan kasih sayang Daniel. Padahal jika dia mau Kenzo bisa memberikan semua kasih sayangnya tapi sayang sekali gadis itu hanya ingin kasih sayang dari kakak keduanya, Daniel.

"Udah sana Lo pergi pasti Lo masih punya banyak kerjaan kan?" Tanya Luke.

"Lo ngusir gue?" Tanya Kenzo dengan sebelah alis terangkat. Melihat anggukan Luke dengan wajah menyebalkan Kenzo seketika menghilang dari sana.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang