{22} BOCIL 🥹

2.1K 551 11
                                    

Hani terus menatap Velin yang duduk terdiam di hadapannya. Ada apa ini? Apa ada salah satu penghuni cafe yang nyantol ke tubuh Velin?

"Vel are you okey?" Tanya Hani yang saat ini mencolek pipi Velin.

"Hm? Hani bilang apa tadi?" Tanya Velin, dia menatap Hani dan terlihat kebingungan.

"Hah... Lo ada masalah? Uang Lo kebanyakan? Lo bingung mau naroh dimana? Buat gue aja sini..."

Velin menggeleng setelah mendengar ucapan Hani. Bukan itu, kalau masalah uang dia sudah punya bank sendiri.

"Eh Rasya biar Velin aja yang anterin pesanan ke kliniknya abang" Velin segera bangkit dan berjalan menuju Rasya yang mengeluarkan beberapa kantung berisi pesanan dari pegawai klinik Clay.

Rasya menyerahkan kantungnya dan membiarkan Velin membawa keluar semua kantong berisi makanan kecil. Rasya lalu berjalan menuju Hani dan menatap Hani.

"Velin kenapa?" Tanya Rasya, Hani menaikkan kedua bahunya pertanda dia juga tidak tau mengenai masalah yang Velin hadapi sekarang.

Sebenarnya diantara dirinya, Rasya yang asli dan Velin gadis kecil itu adalah sosok yang tidak bisa Hani tebak jalan pikirnya. Dia sangat pandai menyembunyikan sesuatu sampai-sampai Hani mengetahui semuanya di saat-saat terakhir.

Velin berjalan menuju klinik kakaknya, dia masih memikirkan ucapan Daniel kemarin. Dia juga belum bertemu dengan Candra. Dari yang Velin dengar dari Rasya ia dapat menarik kesimpulan kalau Daniel itu pria jahat. Apalagi dia bisa menghentikan waktu dan beberapa kali mengakhiri jalan cerita seenaknya saja.

"Can kenapa si kamu kok begini?"

Velin berhenti, dia mendongak kedepan dan melihat ada Yive dan Candra tengah berjalan.

"Kita udah ga ada hubungan apa-apa gausah ganggu gue lagi" ucap Candra, dia juga menepis tangan Yive di lengannya membuat Yive berdecak kesal lalu menarik paksa lengan Candra agar pria itu berhenti berjalan.

"Lepas!" Candra menatap tajam Yive, kenapa juga dia harus bertemu dengan gadis ini di tengah perjalanan menuju cafe Velin. Beberapa hari ini dia sibuk dengan urusan bisnis sehingga tidak bisa menemui Velin.

"Jangan-jangan karena adeknya Clay ya?" Tanya Yive, dia sudah melihat Velin yang berdiri agak jauh di belakang Candra sekarang.

"Ga ada hubungannya, gue bilang kita udah ga ada urusan jadi Lo jangan ganggu gue lagi sebelum kesabaran gue ini hilang" ancam Candra.

"Candra! Aku suka sama kamu! Kenapa si kamu kaya gini ke aku?? Kita temenan udah lama. Kamu juga ngeiyain permintaan aku, apa kamu ga punya perasaan sedikitpun ke aku?" Tanya Yive.

"Udah gue bilang engga ya enggak!" Bentak Candra.

Yive mengigit bibirnya sendiri, dia lalu menarik Candra dan maju kedepan.

Chup

Candra melotot, beruntung dia berhasil menghindar membuat Yive yang berniat mencium bibirnya kini mencium pipinya saja.

"Lo apa-apan si!"

Candra kini benar-benar kehabisan akal, dia mendorong Yive sampai gadis itu terjatuh lalu berbalik.

"Vel...."

Candra segera berlari melihat Velin yang berbalik dan menjatuhkan kantung plastik yang gadis itu pegang. Apa dia melihat kejadian tadi?!

"Buset ada diskon baru nih di Qiiiaaaa shop... Lumayan lah buat perawatan mumpung masih tanggal muda.."

Brakkk

Hani tergelonjak kaget mendengar suara pintu cafe yang terbuka dengan tidak santai. Dia menoleh dan melihat Velin berlari kedalam lalu disusul Candra.

"Buset ada apa nih main kejar-kejaran? Ikut dong gue juga mau nostalgia" gumam Hani, dia meloncat turun dan menyusul Candra bersama Velin

Ceklek

Candra berdiri di depan pintu gudang yang baru aja di masuki oleh Velin. Sepertinya Velin benar-benar marah dan salah paham sekarang.

"Velin buka pintunya ya aku jelasin..." Ucap Candra sembari memegang gagang pintu. Velin pasti mengira dia dan Yive berciuman tadi.

"Sayang buka pintunya ya..." Ucap Candra lagi.

Di dalam gudang Velin menatap pintu dengan wajah memerah. Kenapa dia harus melihat itu semua dan kenapa timingnya tepat begini...

"Apa yang mau Candra jelasin?" Tanya Velin.

"Soal apa? Soal Yive yang nyium Candra tadi?" Tanya Velin lagi.

"Engga, kita berdua engga ciuman. Dia yang narik duluan, untungnya aku punya refleks cepet jadi cuma kena sedikit di pipi. Buka ya pintunya kita bicarain baik-baik" jawab Candra.

Velin menggeleng, dia mengusap air matanya sendiri dan mencoba menarik nafas dalam-dalam.

"Ga ada yang perlu di bicarain"

Candra menatap pintu dengan wajah yang mulai berubah. Ah rupanya dia melakukan kesalahan besar, Candra menelan ludahnya sendiri dan hendak membuka knop pintunya namun ucapan Velin selanjutnya membuat dia terdiam membeku.

"Kita kan cuma kebetulan ketemu, kita ga sengaja ketemu kan... Awalnya kita bukan siapa-siapa, sampai saat ini pun gatau apa hubungan kita berdua. Candra beda sama Hani sama Rasya yang terikat sama Velin... Jadi ga ada yang perlu di bicarain"

Velin memegangi dadanya sendiri dan mengigit bibirnya menahan isakan yang mungkin bisa lolos begitu saja.

"Kok kamu bilang kaya gitu? Aku sayang sama kamu, aku ga pernah main-main sama perasaan aku ke kamu selama ini"

Di luar Candra menatap pintu gudang dengan raut wajah yang menurut Hani sangat menyedihkan. Sedangkan Hani yang berdiri tak jauh dari Candra bersama Rasya hanya bisa diam mendengar ucapan Velin.

"Tapi Velin ga sayang sama Candra, Candra mirip sama tokoh-tokoh cerita yang selama ini Velin temui. Velin awalnya ngira kalo Velin beneran sayang sama Candra tapi nyatanya engga..." Velin mendekat pada pintu, dia menyentuh pintunya.

"Maafin Velin" ucap Velin tanpa suara.

"Candra udah denger kan? Jadi Candra sekarang bisa pergi" lanjut Velin sebelum dia terduduk diatas lantai dan menangis sembari mengigit bajunya sendiri.

"Kamu beneran marah ya" ucap Candra yang akhirnya duduk bersender pada pintu.

"Maaf... Kamu boleh pukul aku, tendang atau lakuin apapun. Tapi buka dulu ya di dalem pasti gelap kamu kan ga suka gelap" kata Candra lagi.

Velin semakin mengeratkan pelukannya pada kedua kaki. Dia benar-benar takut sekarang, hatinya benar-benar berdenyut sakit tapi jika dia tidak mengatakan ini bagaimana kalau Candra di siksa oleh Daniel? Bisa saja jiwanya akan di siksa dan Daniel bilang akan melakukannya tepat di hadapan Velin.

"Maafin Velin Candra...hiks" Velin menggeleng dan terus memeluk kedua kakinya. Sedangkan Candra di luar hanya bisa diam menunggu jawaban Velin.

"Kenapa Velin ngomong kaya gitu Ras?" Bisik Hani pada Rasya, dia merasa kasihan pada Candra.

"Mungkin ada yang berusaha buat pisahin mereka berdua" jawab Rasya yang melihat Candra menunduk dan mengusap wajahnya sendiri.

"Sayang banget gue ga bisa bilang kalo mereka berdua terikat bahkan sebelum keduanya ketemu disini" ucap Hani, dia menghela nafas dan menyenderkan dirinya ke dinding.

Rasya sendiri masih diam, ada satu kemungkinan yang bersarang di otaknya.

"Han Lo beneran udah bisa deketin Daniel lagi?" Tanya Rasya.

"Hm, walaupun gue males ketemu sama dia" jawab Hani.

"Terus deketin dia, mungkin dia ada hubungannya sama sikap Velin"

Sebenarnya rencana Hani dan Rasya adalah untuk dekat dengan Daniel menggunakan Hani sebagai kail pancingnya. Setelah Daniel benar-benar percaya kalau Hani memberikannya kesempatan mereka akan menggunakan ini untuk mengetahui kenapa mereka terlempar kesini.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang