{21} FEELING EMAK

2K 570 27
                                    

Hani menatap Rasya di depannya yang sedari tadi menghela nafas dan terlihat aneh. Mereka memang bertemu di cafe untuk berbincang-bincang menunggu Velin pulang dari supermarket di depan.

"Lo kenapa Ras?" Tanya Hani.

"Perasaan gue ga enak dari tadi pagi" ucap Rasya.

Hani menyerngit, apa ada masalah yang akan datang pada mereka?

"Mungkin Lo lagi badmood aja kali" kata Hani dan Rasya menggeleng.

"Ya semoga aja cuma perasaan gue aja"

Hani mengangguk setuju, dia kembali memakan kentang gorengnya. Dia kemudian meminum jus dan bersedekap dada.

"Erlan akhir-akhir ini jadi aneh atau emang perasaan gue aja ya" ucap Hani.

"Aneh gimana?" Tanya Rasya, dia menatap Hani dan mengamati wajah gadis itu.

"Dia tiba-tiba bilang mau ngelamar cewe, terus tiba-tiba mukanya berubah jadi badmood gimana gitu. Pas gue tanya juga sok ngartis banget gamau di jawab" jelas Hani.

Rasya mengerutkan keningnya, apa Hani memang sebodoh ini? Dia pikir Hani sangat ahli dalam hal percintaan begini.

"Otak Lo mendadak tumpul apa gimana?" Tanya Rasya.

Hani menoleh, dia menaikan sebelah alisnya. Bentuk otaknya saja belum pernah dia cek bagaimana dia tau tumpul atau tidak?!

"Perlu gue congkel terus kasih ke Lo gitu?" Tanya Hani membuat Rasya berdecak lalu mendorong kepala Hani dengan jari telunjuknya.

"Erlan mau ngelamar Lo bego" desis Rasya.

"What!!"

Melihat wajah Hani yang tidak percaya Rasya lagi-lagi berdecak dan menyumpal mulut Hani dengan beberapa kentang goreng.

"Yakali Lo yang cuma bisa bikin dia berdiri mau di buang dan dia milih nikah sama cewe lain, lagian otak Lo yang biasanya pinter soal beginian ilang kemana?" Tanya Rasya dengan wajah datar.

"Oh shit men! Gue ga kepikiran sama sekali karena terlalu fokus sama rudal gagahnya dia"

Rasya memejamkan matanya sejenak, terlihat beberapa pengunjung kafe langsung menatap kearah mereka berdua karena suara Hani memang cukup keras memekakkan telinga.

"Ah jadi dia mau ngelamar gue, lagian langsung bilang aja sama emas satu truk pasti gue terima nikah dan kawinnya Hani Jubaedah binti bapak Haji Luke Sumar-" Hani menghentikan ucapannya.

Rasya melihat Hani kini menatapnya dengan mulut yang perlahan mengantup.

"Btw Ras gue ga liat mantan bapak gue berkeliaran di sekitar Lo, biasanya dia kan yang paling aktif di deket Lo mirip lalat" kata Hani dengan wajah serius.

"Mungkin dia lagi sibuk Lo lupa dia siapa?" Tanya Rasya mengingat ucapan Kenzo beberapa Minggu yang lalu.

"Yayaya Raja iblis, lagian ada anaknya kenapa masih repot-repot anjir dulu aja dia kaya ga ada kerjaan malah gue kira dia itu pengacara. Pengangguran banyak acara maksud gue" cerocos Hani.

"Eh Javi juga ga keliatan tumben banget" celetuk Hani lagi.

"Lo kangen sama dia?" Tanya Rasya dan Hani menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Gue kangen dia? Salto dulu sana diatas sungai" desis Hani membuat Rasya menggelengkan kepala sembari tersenyum tipis.

"Tapi kalian keliatan cocok, Lo juga pengin sister komplek kan? Udah lah gas aja gue sebagai ibunya Javi dan mantan ibu Lo ngijinin kok"

Hani mendelik, yang benar saja dia dan Javier? Iyuhhh.. Hani mengeluarkan ekspresi seperti ingin muntah sekarang.

"Lama-lama Lo aja yang jadi setan sini Ras" desis Hani yang melihat Rasya tertawa.

"Hah...Padahal gue kangen sama Lo" gumam sesosok pria yang muncul di luar kafe dan menghilang ketika ada bus datang.

Beralih ke Velin yang sedang mengamati dua kaleng ikan di depannya. Dia memicingkan mata bahkan sampai berjongkok dan menyodorkan sepuluh jarinya untuk mempertimbangkan kaleng ikan mana yang akan dia beli.

"Kalo beli ini dapet dua tapi lebih mahal lima ribu dari harga biasanya, kalo ini bayar mahal dapet tiga" gumam Velin.

"Seratus lima belas ribu dua ratus sembilan puluh tiga perak dibagi tiga berapa ya" gumam Velin, dia menekuk tiga jari dan mengerutkan keningnya. Lama kelamaan asap juga tampak mengepul keluar dari kepala Velin.

"Ah Velin ga bisa ngitung beginian!" Teriak Velin.

Velin menekuk wajahnya dengan kesal, padahal dia harus mengirit uang yang diberikan Kevin. Velin lalu berdiri dan berjalan ke rak lain sembari memikirkan berapa harga satu kaleng ikan yang dapat ia beli tiga sekaligus.

"Velin pengin beli ice cream" gumam Velin yang berdiri di sebelah kulkas ice cream. Dia menunduk dan melihat ada ice cream dua ribu di sana dan ia langsung mengambilnya.

Velin membuka ice creamnya, ia meletakan plastiknya kedalam troli sebelum kembali berjalan.

Dukkkk

"Aduh kepala Velin...." Velin mengusap kepalanya sendiri, dia hendak memarahi siapa pria yang tiba-tiba muncul di hadapannya namun ia urungkan ketika melihat ada yang seratus ribu didepan kakinya.

"W-wah uang siapa nih" gumam Velin, dia berjongkok dan segera mengambil uangnya lalu kembali berdiri.

"Ngaku kamu punya siapa! Kalo engga ngaku Velin ambil kamu! Ayo cepet ngaku!" Ucap Velin, dia menunjuk-nunjuk uang seratus ribu di tangannya yang hanya bisa diam.

"Kan diem aja! Berarti kamu Velin ambil ya" ucap Velin dengan girang, dia segera memasukan uannya kedalam tas kecil yang ia bawa dan kembali berjalan mendorong troli.

Di salah satu rak yang Velin lewati Javier menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakaknya itu. Dialah yang sengaja menabrak Velin dan menjatuhkan uang dia hadapan Velin setelah melihat Velin kebingungan di depan rak kaleng ikan.

Javier mengikuti Velin dari belakang, dia melihat Velin mengambil kaleng ikan tadi dan mengangkatnya ke udara.

"Akhirnya Velin bisa beli kamu whaahahahaha" seru Velin.

Javier terkekeh pelan, dia kemudian mendekat dan menyenggol tas kecil Velin. Velin sempat terhuyung namun berkat papan ikan kaleng besar di sebelahnya dia tidak jadi terjatuh.

"Hiss Velin ditabrak orang mulu... Udah lah Velin lebih baik keluar sebelum ditabrak lagi" ucap Velin. Dia mendorong trolinya menuju kasir.

Velin menjilati sisa ice creamnya menunggu kasir di depan menghitung belanjaannya. Setelah selesai Velin membuka tas kecilnya dan terdiam melihat ada banyak sekali uang yang memenuhi tas mungilnya itu.

"Uwaahh perasaan Velin cuma punya uang kertas dua merah kok sekarang ada banyak!" Ucap Velin dengan wajah tak percaya. Kasir di depan terlihat kebingungan dan dia kembali mengatakan total belanjaan Velin.

"Pokoknya jangan sampe ada rampok tau Velin punya uang banyak" gumam Velin, dia memeluk erat tas kecilnya dan menatap sekitar dengan wajah waspada.

"Tolongggg!!!!!!"

Velin langsung menoleh ke samping setelah mendengarkan jeritan seorang gadis. Dia melotot melihat Isabel tengah diseret paksa oleh seseorang kedalam mobil.

"Woi lepasin Isabelnya Regar!" Teriak Velin, dia membuang kantung belanjaan berisi kaleng ikan dan berlari kedepan.

"Lepasin atau Velin gigit nih!" Ancam Velin, Isabel yang sudah masuk kedalam mobil menatap Velin dengan wajah penuh air mata. Perlahan pria yang tengah mengikat Isabel juga berbalik dan dia menaikan sebelah alisnya.

"Mana katanya mau gigit?" Tanya Cavier yang tersenyum melihat Velin sudah terbungkus dengan karung sampai leher di kursi belakang.

"Masa Velin jadi mirip kucing begini di masukin karung!" Teriak Velin, dia menatap Cavier yang sialnya mirip sekali dengan Candra sedangkan pria di sebelah pria itu Velin tidak tau dia siapa.

"Kan memang kucing" kata Cavier membuat Velin berdecak. Velin menatap Isabel yang ada di sebelahnya. Gadis itu diikat dengan tali di seluruh tubuhnya dan mulutnya di lakban.

"Kok mulutnya Velin ga di lakban juga?" Tanya Velin pada Cavier.

"Lakbannya habis" jawab Cavier dengan begitu mudah membuat Velin melotot.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang