Velin terlihat sudah bersiap di kamarnya, saat dia tengah memasukan buku ke dalam tas Velin menyerngit melihat buku harian yang biasanya dia bawa tidak terlihat dimanapun.
"His apa Velin lupa di taruh dimana ya" gumam Velin.
"Velin cepet turun sarapan"
Velin segera berdiri setelah ia mendengar suara ibunya. Dengan cepat Velin mengangkat tas dan berjalan keluar dari kamar.
Di meja makan sudah duduk semua anggota keluarga dan Rasya. Velin nampak memakan makanannya dengan tenang sampai ayahnya bersuara.
"Nanti berangkat sama ayah ya sayang"
Velin menoleh ke ayahnya, dia mengangguk dan tersenyum manis namun suara ibunya membuat Velin menghentikan anggukannya.
"Gausah pah dia kan naik bus kaya biasanya, jangan terlalu manjain Velin"
Semua orang menatap ibu Velin, hanya dia yang belum mengetahui tentang penyakit Velin. Sebenarnya saat ayah Velin ingin kembali menjelaskan tentang penyakit anaknya ibu Velin kembali memotong ucapan dan berkata kalau mungkin itu hanya akal-akalan Velin saja.
"Mah Velin lagi sakit" kata ayah Velin mencoba bersabar.
"Paling cuma pusing kan? Udah lah mamah tau dia anak perempuan satu-satunya tapi jangan manjain kaya gini kita udah sepakat tentang pola asuh anak kan"
Ayah Velin mencengkram erat sendok ditangannya, saat dia hendak bersuara Reynan terlebih dulu menyela.
"Velin berangkat sama Rey" ucap Reynan, dia yang sudah selesai dan melihat Velin juga telah selesai makan segera berdiri dan menarik Velin pergi dari sana.
"Loh kalo kamu berangkat sama Velin Rasya gimana?" Tanya ibu Velin.
"Kebetulan Tante Rasya habis menang undian jalan sehat" kata Rasya, dia meminum segelas susu dan berdiri dari kursi.
"Kita berangkat dulu ya Tante, om, Bang Kenan" kaya Rasya melirik kakak pertama Velin sebelum pergi begitu saja.
Di luar rumah Velin berdiri dengan wajah kebingungan melihat Reynan yang mengambil helm dan memakaikannya padanya.
"Abang ga berangkat sama Rasya?" Tanya Velin.
"Tenang Vel gue ada motor, kemaren dapet jekpot"
Rasya muncul dari belakang, dia menarik jaket Velin dan membenarkan pakaian gadis itu. Velin kembali menyerngit kebingungan kenapa tiba-tiba Rasya mendapatkan motor?
"Udah ayo berangkat"
Rasya mengangguk mendengar ucapan Reynan, dia kemudian berjalan menuju motornya. Tidak sia-sia dia ikut mengambil kupon jalan kaki sehat walaupun tidak ikut berjalan. Berkat bantuan Luke yang menukar kuponnya dengan kupon pemenang utama dia bisa mendapatkan motor dengan cuma-cuma. Ada gunanya juga Raja iblis itu..
Brummmm brummmmmm
Velin memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang menerpa wajah. Kali ini Reynan mengendarai motornya dengan kecepatan sedang. Dia juga nampak berhati-hati tidak seperti terakhir kali Velin menaiki motor ini bersama pria itu.
Reynan beberapa kali melirik Velin dari spion motor. Dia bisa melihat Velin yang tersenyum senang sembari memeluk pinggangnya. Jika dulu ia mungkin akan merasa jijik karena gadis ini memeluknya entah kenapa sekarang Reynan justru merasa senang.
"Wihhh bocil helmnya ada telinga lucu"
Velin menoleh ke samping setelah mereka sampai di parkiran sekolah. Velin melihat Hani yang duduk di belakang jok motor milik Javier.
"Tumben Hani engga sama Daniel?" Tanya Velin.
Hani hanya diam, dia juga melirik Rasya yang berdiri di sebelah Velin. Javier yang sudah melepaskan helmnya menghela nafas lalu berdiri di sebelah Hani.
"Udah ayo masuk gue laper belum sarapan" ajak Javier. Javier maju kedepan dan menarik Velin agar masuk bersamanya.
Reynan yang sudah meletakan helm Velin keatas motor berdecak lalu mengikuti keduanya. Bajingan sekali anak baru itu, padahal dia ingin masuk bersama Velin kedalam.
Kini tersisa Hani dan Rasya, Hani menunduk menatap kedua kakinya sendiri. Dari mana dia harus berbicara? Mengingat perkataannya yang menyalahkan Rasya sudah sangat fatal.
"Ga masuk?" Tanya Rasya yang melihat Hani di depannya.
"Ras sebenernya gue mau minta maaf" ucap Hani.
Rasya menaikan sebelah alisnya, untuk apa? Dia masih menatap lekat-lekat Hani di depannya. Melihat gelagat Hani yang sepertinya tengah menahan sesuatu akhirnya Rasya menetralkan kembali ekspresi wajahnya.
"Lo mau ngomong masalah apa Han? Bilang aja biasanya juga Lo ga malu-malu kaya gini" kata Rasya.
Seketika Hani mengangkat wajahnya dia menatap Rasya dengan mata berkaca-kaca membuat Raysa terkejut.
"Gue bodoh banget ya, Lo kalo gamau maafin gue gapapa. Seharusnya gue dengerin omongan Lo dulu sebelum nyimpulin semuanya. Dan bukannya gue percaya sama Daniel gitu aja" ucap Hani.
Ah Rasya sekarang mengerti arah pembicaraan Hani, dia segera mendekat dan menepuk pundak Hani.
"Gue ga marah ke Lo Han, sebenernya gue udah tau sejak kita masuk ke salah satu cerita. Dan di cermin kehidupan gue liat semuanya, ini juga salah gue yang ga bisa bilang ke Lo terlebih dulu"
Hani menggeleng, dia menatap Rasya di depannya dengan wajah memerah. Rasya di depannya saat ini tidak tau menau soal kehidupannya dulu.
"Kalo gue jadi Lo gue juga bakal marah, walaupun gue bukan Rasya sahabat Lo dulu tapi gue mirip kan sama dia? Dan gue juga adeknya Daniel" kata Rasya, dia mengusap air mata Hani dan tersenyum.
"Gue juga ga bakal ngelarang kalian berdua Deket, gausah minta maaf kaya gini" lanjut Rasya.
"Ras, sebenernya gue inget semuanya bahkan siapa yang ngasih pisaunya gue inget" kata Hani.
Rasya terdiam siapa? Jangan bilang pria itu.
"Daniel, dia yang ngasih pisaunya ke Rasya sahabat gue dulu dan dia juga yang bilang kalo dengan ngebunuh gue, Velin, dan Candra kita bisa sama-sama lagi"
"Han, Lo bisa ceritain semuanya?" Tanya Rasya dan Hani mengangguk.
"Gue juga bakal jelasin tentang kehidupan gue sebelum ketemu sama kalian" kata Rasya.
Hani kembali mengangguk, dia mengusap air matanya lalu merangkul Rasya dan mereka berdua masuk kedalam kelas.
"Udah ye gue gamau ada cekcok lagi diantara kita cukup satu ini dan jangan sampe ada lagi" kata Hani.
"Lagian kenapa Lo ga timpuk kepala gue sama sepatu Ras biar otak gue kembali jalan kemaren?" Tanya Hani dan Rasya menggeleng.
"Kalo Lo jadi gagar otak tambah runyam, lagian gue juga niatannya mau bilang semuanya ya walaupun sulit setelah kemarahan Lo reda" jawab Rasya.
"Uluh-uluhh emak gue emang paling top, sini anak cium"
Rasya mendelik dia langsung mendorong kepala Hani dan menatap gadis itu dengan tatapan horor. Hani tertawa, dia mengangkat kedua tangannya dan Rasya pergi betul saja.
"Baru kemaren gue agak tenang ga liat tingkah gila Lo lagi" gumam Rasya dan dia bergidik ngeri.
"Alah Lo juga kangen kan tingkah absurd gue yang bahenol ini?" Tanya Hani dan Raysa berdecak sebelum mereka naik ke lift.
Luke yang berdiri di belakang tersenyum melihat keduanya. Ah akhirnya usahanya tidak sia-sia, hanya saja dia harus membayar bayarannya nanti kan. Luke menghela nafas, apa dia tidak bisa menyuap nona itu saja? Astaga
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3
FantasySELAMAT MEMBACA TKK SEASON 3 JANGAN LUPA TINGGALIN JEJAK KALIAN YA^^ KALAU BELUM BACA SEASON 1 DAN 2 KALIAN BISA BACA DI LIST BACAAN AKU. 🤍🤍🤍🤍