(22) DRAMA DI DALAM CERITA

2.4K 586 5
                                    

"Udah lah Cil, mungkin dia bukan Cancannya Lo... Jangan loyo begini dong. Harus semangat!!!" kata Hani yang melihat Velin meletakan kepalanya diatas meja cafe dan menyedot susu kotak dengan wajah lesu.

Sudah dua jam setelah kepergian Abang tampan Velin dan teman-temannya. Dan Velin menjadi linglung tak berdaya seperti ini. Hani yang duduk di sebelah Velin menghela nafas lalu mengusap kepala Velin.

"Tapi dia mirip sama Candra kalo gue liat"

Muncullah Javier, dia memakai seragam SMA dan langsung duduk di depan Velin.

"Mak es teh satu sama nasi goreng pedes asin pake ayam suwir sama udang ya!" Teriak Javier pada Rasya yang berdiri di belakang.

Rasya mengangguk, dia mengacungkan jempolnya lalu berjalan menuju dapur dan menghilang dari pandangan Javier.

"Tumben jam segini Lo udah ada disini" sindir Hani melihat Javier yang sudah pulang dari sekolah.

"Gurunya gue sogok" jawab Javier membuat Hani melotot.

"Lagian kepala sekolahnya juga uncle gue sendiri" tambah Javier saat Hani hendak mengangkat tangan.

"Kalo kalian mau berantem ke lapangan aja jangan disini" ucap Velin membuat tangan Hani yang hampir menyentuh kepala Javier terhenti dan dia segera menarik kembali tangannya.

"Bercanda Cil, bercanda..." Kata Hani, dia menatap Velin yang kembali menatap kosong kedepan dan menyedot susu kotak yang sudah habis.

Javier ikut menatap Velin mengamati kakaknya yang seperti gadis ABG yang baru saja putus cinta. Malang sekali...

Duk

Javier kembali menoleh Hani dan menaikan sebelah alisnya, ada apa? Hani kemudian melirik Velin dan menunjuk Velin dengan dagunya mencoba memberikan sinyal pada Javier.

Javier menyerngit, apa maksudnya? Apa Hani ingin dia membantu menenangkan Velin? Ah.... Baiklah.

"Kalo menurut gue dia si emang Candra, karena bau jiwanya sama" kata Javier membuat Hani langsung menepuk jidatnya sendiri.

Velin langsung terduduk, dia kemudian menatap Javier di depannya. Dia memang Candra yang Velin kenal? Javier mengangguk dan wajah Velin perlahan berubah.

"Huaaaaaaaaa"

Javier langsung berdiri dengan wajah panik melihat Velin yang tiba-tiba menangis, sedangkan Hani hanya menghela nafas sabar dan mengusap telinga kirinya.

"Hiks... Hiks...."

Velin masih menangis di pelukan Rasya, dia bahkan sampai sesenggukan karena ucapan Javier yang malah membenarkan bahwa pria tadi adalah Candra.

Javier sendiri sudah terduduk lesu di depan Rasya yang menatapnya dengan tatapan tajam, di sebelahnya ada Hani yang selesai menjewer telinganya dengan wajah menyeramkan.

"Javi ga bermaksud bikin kakak nangis kok mah..." Ucap Javier.

"Lo malah makin memperjelas keadaan dan semua pemikiran di otak mungil bocil gue Javierr...." Desis Hani.

"T-tapi kenapa Candra cuma diem hiks... Dia ga ngomong apa-apa... Terus dia jadi pacarnya Yive... Terus nasib Velin gimana?" Gumam Velin sembari terus menangis. Empuk juga dia menangis di dada Rasya, hehe...

Javier meringis, dia menatap Velin dan menunduk. Hani berdecak sebal, dia kembali memakan kentang gorengnya dengan tatapan tajam mengarah ke Javier. Bisa-bisanya pria ini malah memberitahukan bahwa pria tadi adalah benar Candra, dia kan bisa berpura-pura tidak tau dan mengatakan hal lain.

"Udah gausah nangis, kalo emang dia Candra pasti ada alasan sendiri kenapa dia jadi pacarnya Yive, terus dia cuma diem aja liat Lo Vel"

Akhirnya Rasya bersuara, dia telah menyimpulkan beberapa kemungkinan yang bersarang di otaknya sejak tadi. Dan kemungkinan bahwa jika itu Candra pasti pria itu memiliki alasan lain kenapa dia bisa menjadi kekasih Yive.

"Aneh kan tiba-tiba Yive ngenalin Candra jadi pacarnya, padahal di cerita aslinya engga" lanjut Rasya.

"Iya Cil, udah lah jangan nangis kalo cafenya banjir gimana? Ilang udah mata pencaharian gue... Gue belum bayar kos sama kredit motor" Ucap Hani.

"Nanti kalo Lo pulang matanya bendul keluarga Lo heboh Vel..."

Rasya mengusap air mata Velin dan tersenyum. Dia yakin kalau memang pria tadi adalah Candra pasti pria itu memiliki alasan tersendiri kenapa dia bisa datang bersama Yive.

Di sisi lain...

"Makasih ya Candra, kamu mau bantuin aku" ucap Yive setelah keluar dari mobil Candra. Dia tersenyum manis pada pria itu.

"Inget kita cuma pura-pura" kata Candra dengan wajah datar, di melirik Yive dan menatap Yive yang langsung merubah raut wajahnya.

"Iya aku tau, kita cuma pura-pura sampe Lulu bisa deketin Clay" kata Yive, dia menghela nafas lalu kembali berterimakasih dan menutup pintu mobil milik Candra.

Candra beralih mengusap wajahnya sendiri, sial sekali dia masuk kedalam tubuh ini setelah dia mengiyakan ucapan Yive.

Malam sebelumnya Yive tiba-tiba datang, di cerita aslinya Candra adalah tokoh sampingan. Dia hanya teman Yive yang kebetulan bertemu lagi setelah lulus dari universitas yang sama.

Tiba-tiba saja Yive datang sembari menangis tersedu-sedu dan menceritakan kalau sahabatnya sendiri memohon agar Yive tidak menyukai Clay dan membiarkan satu kesempatan agar dia mendekati pria itu. Dan Candra mengiyakannya lalu baru jiwanya masuk ke tubuh ini.

Candra melirik kearah Yive yang baru masuk kedalam gerbang rumah mewah di sebelahnya. Bukannya kejadian ini menyimpang dari alur aslinya? Dan apa yang membuat Lulu sampai memohon agar Yive tidak menyukai Clay dan memberikannya satu kesempatan untuk mendekati pria itu?

Apa mungkin Lulu sudah mengetahui alur aslinya?

Candra segera mengendarai mobilnya kembali ke cafe. Mengingat ekspresi Velin tadi dia benar-benar harus menjelaskan semuanya pada gadis itu sebelum menjadi kesalahpahaman yang fatal.

Baru saja Candra merasa sangat bahagia bisa bertemu dengan Velin lagi. Tapi dia malah harus terseret dengan para pemeran utama seperti ini.

Candra menepikan mobilnya di cafe Velin, dia menghela nafas melihat cafenya sudah tutup di depan.

"Can lo balik lagi ternyata, tapi sayang udah telat ya?"

Candra langsung menoleh ke samping, dan terpampang wajah Javier yang tengah memakan jagung bakar di hadapannya.

"Lo ga ada kerjaan lain selain muncul tiba-tiba di mobil orang?" Tanya Candra dan Javier tersenyum.

"Ada banyak hal yang mau gue omongin dan gue juga punya banyak pertanyaan tentang Lo" kata Javier.

Candra mengangguk paham, dia kembali mengendarai mobilnya menuju tempat yang cocok untuk mereka saling berbicara.

"Jadi Lo masuk ke tubuh itu setelah Lo ngeiyain permintaan Yive?" Tanya Javier.

Mereka sudah sampai di salah satu cafe dan tengah duduk di meja dengan berbahagi hidangan yang Javier pesan. Mumpung Candra mau membayar tagihannya jadi Javier sengaja memesan banyak makanan. Lumayan bisa dia bungkus dan dibawa pulang nanti.

"Ya, gue harusnya cepet-cepet balik lagi ke cafe tadi" jawab Candra, dia sudah mendengar kondisi Velin dari Javier dan dia sangat menyesal.

"Kalo gitu, tinggal Lo temuin aja kakak gue yang imut itu" kata Javier sembari memakan paha ayam bakar di tangan kanannya.

"Gue gatau rumahnya"

Javier tersenyum, dia menatap Candra dengan senyuman lebar lalu dia mengangkat sebelah tangannya.

"Makasih makan gratisnya, sebagai balasan gue bakal bantu Lo ketemu sama kakak gue" kata Javier sebelum dia menjentikkan jarinya dan seketika Candra menghilang.

Wossshhhhhh

"Mayan lah anggep aja balas Budi" gumam Javier, dia tertawa dan kembali memakan ayam bakarnya.

TRIO KWEK-KWEKK {🦆³} S3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang