Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Semakin banyak spam komen kalian. Maka aku akan semakin rajin update. Kalau gaada spam komen 😪 hambar rasanya. Jadi males. Maacih 🥰
"Kak Taeyong?" Jeno mengerutkan keningnya. Memastikan bahwa yang ada di hadapannya tidak salah orang.
Pria itu tersenyum menanggapi panggilan Jeno yang terdengar ragu.
"Hai Jen, udah lama gak pernah ketemu. Ada sesuatu yang mau gue bicarain sama lo."
Jeno terdiam, tanpa basa-basi ia mengikuti langkah Taeyong. Keluar dari area restoran menuju ke sudut yang lebih sepi.
"Apa yang mau Kakak bicarain?" tanya Jeno. Ia masih bisa mengedepankan sopan santun pada pria dewasa dihadapannya.
Taeyong tersenyum. Menghela napas cukup panjang sebelum ia memulai sesi cerita yang cukup panjang.
"Lo tahu kan, orangtua kita selalu mengedepankan perusahaan?"
Jeno mengangguk. "Apa lagi yang mereka lakuin?"
"Perjodohan," sambung Taeyong tanpa basa-basi.
Jeno terdiam sejenak, mencerna perkataan Taeyong.
"Dan Kakak setuju?" tanya Jeno dengan lirih.
Taeyong menggeleng. "Ravena cuma cinta sama Lo Jen. Dan juga, gue udah punya cinta sejati yang bakalan gue perjuangin."
Jeno terhenyak mendengar penuturan Taeyong. Ia menghela napas seraya mengeluarkan senyuman tipis.
"Oke, sekarang gue tau intinya. Gue harus lepas diri dari orangtua yang banyak maunya itu."
"Gue bakal berusaha perjuangin Ravena pake cara gue sendiri." Jeno mengepalkan tangannya. Ia benar-benar sudah muak dengan keinginannya yang selalu terkurung oleh realita.
Taeyong tersenyum. "Lo emang super jantan."
"Dari dulu," balas Jeno membuat Taeyong berdecih.
"Jadi, apa rencana selanjutnya?" tanya Taeyong.
♣︎
Jeno menghampiri seorang gadis yang masih setia menunggu di kursi pelanggan. Diam-diam menarik senyum dan menepuk pelan pundak gadis itu.
"Kak Jeno habis dari mana? Kok lama banget?" tanya Ravena. Wajah cantik itu benar-benar Jeno rindukan. Belum tatapan polos dan pertanyaan yang selalu membuat Jeno senang.
