Happy Reading
Dua orang dengan outfit serba hitam memasuki kawasan makam. Sang gadis terlihat sangat senang setelah sekian lama tidak lagi mengunjungi makam mendiang ayah dan ibunya. Sedang sang lelaki menatap haru wajah cantik yang tampak exited.
Mereka sampai ke makam ayah dan ibu Aruna. Gadis itu segera meletakkan bucket bunga segar didepan makam ayah dan ibu.
"Ayah, Ibu. Aruna disini, maaf kalau udah lama gak mengunjungi kalian."
"Aruna kangen banget sama kalian berdua." Gadis itu mengelus nisan ayah dan ibu bergantian. Atensinya kemudian beralih pada Haechan yang sedari tadi menunduk sedih.
"Ayah, Ibu lihat. Ini Haechan, dia seseorang yang Tuhan kirim buat Aruna dan dia sebaik itu sama Aruna. Bahkan dia udah kayak rumah Aruna. Dia juga yang selalu nemenin Aruna setiap malem sampai Aruna kadang lupa buat nangis."
Kalimat demi kalimat yang Aruna lantunkan membuat Haechan tidak tahan. Perlahan air mata pemuda itu menetes.
"Semoga ayah dan ibu bahagia di surga ya. Aishiteru!" Aruna memeluk nisan ayah dan ibu bergantian.
Jemari Haechan cepat-cepat mengusap air matanya.
"Loh, kamu nangis Chan?" kaget Aruna. Aneh sekali, ia tidak menangis karena terlalu exited mengunjungi makam ayah dan ibu. Haechan malah nangis, Aruna kan jadi merasa bersalah.
Pemuda itu mengelak. "Enggak! Aku gak nangis kok, Runa. Cuma kelilipan aja, banyak pasir disini."
Aruna tertawa, mendengar alasan Haechan yang mungkin masuk akal. Tapi tangisan Haechan bukan seperti tangisan orang kelilipan. Dia bohong.
"Runaaa, jangan gitu aku malu. Masa nangis didepan ayah dan ibu kamu. Gak gentle banget." Haechan mengelap kedua matanya.
"Gak papa, kamu gemesin soalnya." Aruna berdiri dari posisi jongkoknya.
Haechan cengo.
"Kamu bilang apa tadi Runa?" tanya Haechan.
Aruna mempercepat langkahnya. "Gak papa Chan, aku laper. Ayo cari makan."
"Runaaaa, tadi kamu bilang apa? Ulangi gak?" rengek Haechan sambil mengejar gadis itu.
🧸🐻
Hari berganti hari, ujian kelulusan semakin dekat. Haechan dengan slay nya menolak ajakan mabar Chenle dan Jisung. Terkadang kedua pemuda itu main kerumah Haechan. Dan itu bukannya membuat Haechan senang, justru pemuda itu sebal.
Seperti hari ini, baru saja ia hendak belajar tenang dengan Aruna, malah kedua teman laknatnya itu datang.
"Ngapain kalian kesini?" kesal Haechan.