"Runa, akhirnya kita lulus!"
Seulas senyuman terpancar dari wajah cantik bak mutiara. Bibir tipis nya merekah bagaikan mawar segar yang barusan di petik. Binaran mata Aruna mampu membuat orang yang melihatnya merasakan sejuta bintang gemerlapan yang ada dalam pesona gadis itu.
Berbeda dengan pemuda disebelahnya. Lee Haechan, sosok anak remaja yang barusan lulus SMP itu terlihat kurus, juga wajahnya dekil. Tapi ia selalu memancarkan aura kebahagiaan dalam dirinya. Selalu bisa menghidupkan suasana, dan membuat yang sepi jadi ramai karenanya.
"Runa, ayo kita foto bareng!"
Potret kebahagiaan terpancar dari keduanya. Haechan merangkul Runa dengan jiwa tengil yang membara sedang yang di rangkul tersenyum manis seperti bidadari cantik yang turun dari mahligai permai.
Keduanya terlihat seperti adik kakak yang akur. Terlebih Haechan yang tidak pernah sama sekali mencampakkan Aruna barang sedetikpun. Sampai beberapa siswa dan siswi melirik iri kedekatan Haechan dan Aruna.
Mungkin siswa dan siswi lain beranggapan lain pada Aruna. Kendati gadis itu tidak banyak berbicara dan sering sulit untuk diajak basa-basi. Itulah mengapa sampai detik kelulusan ini, orang yang terlihat sangat berdedikasi untuk dirinya di sekolah hanyalah Haechan.
"Kontras banget, anjir." Jeno menyindir sambil melihat foto yang Haechan pamerkan kepada teman seper gengannya.
Haechan mendengus kesal. "Biarin, besok juga aku kalau dewasa bakalan glowing." Tenang, jangan diambil hati. Haechan dan gengnya itu sudah seperti buah dan kulitnya. Sangat kompak dan melekat, bercandaan seperti itu juga sudah biasa.
Yang lain tergelak menertawakan kepercayaan diri Haechan.
Sang empu melotot. "Loh, aku serius! Kalian lihat ya, besok pasti Aruna bakalan klepek-klepek sama aku! Lihat!" Haechan seperti mengucapkan sebuah sumpah. Ya, sumpah pemuda baru lulus SMP.
Chenle tertawa. "Kamu suka sama Aruna? Bukannya kalian sebatas kakak dan adik ya?" Bukan Zhong Chenle kalau tidak berkomentar jujur dan pedas.
"Iya, aku emang suka sama Aruna, sejak pandangan pertama malah." Tanpa disadari, pemuda itu malah confess dihadapan teman-temannya.
Pandangan ke enam temannya membuat Haechan cepat-cepat menutup mulut. Iya, dia keceplosan. Benar-benar sialan.
"Aku pulang dulu ya, udah ditungguin ibu."
Ke-enam temannya tertawa, hendak mencegah Haechan tapi sudah terlanjur lari secepat kilat.
🐻
Sesampainya dirumah Haechan disuguhi hal yang tidak pernah ia harapkan sama sekali di benaknya. Namun ia sangat senang mendapatkan hadiah dadakan ini.
Mata Haechan melebar sempurna. "S-serius Yah?" Ia masih tidak percaya.
Ayah nya mengangguk yakin. "Serius lah, ini mobil hadiah ayah buat kamu. Karena kamu udah berusaha menjadi anak yang rajin dan semangat belajar. SMA besok kamu gak usah capek-capek jalan kaki."