Hello gais 😚 ini pertama kalinya aku nulis genre romance fantasi. Do'ain moga bisa sampe END ya :3
Inget ya, ratenya 21+
Makasih yang udah mau request dari lamaaaa dan maaf baru aku garap 🤣
Semoga suka sama ceritanya VEEOHANDAA
Happy Reading
"My love from deep sea."
"Cuih! Surat cinta lo lebay sumpah bang!" seru seorang pemuda berkacamata hitam dengan outfit serba hitam. Mengejek bestie nya yang lebih tua satu tahun darinya.
Pemuda berkulit tan mencebikkan bibir. "Suka-suka gue lah! Dari pada lo, sampe sekarang belum ada pacar!" sembur balik. Dan terjadilah sembur-sembur antar mereka. Sebenarnya sudah terbiasa terjadi keributan yang niatnya hanya bercanda. Itu sangat seru, juga pada akhirnya mereka berakhir menjadi kakak adik seperbestian yang manis.
Decakan kesal terdengar dari personil di geng mereka. Orang yang paling galak namun juga paling pengertian.
"Woy! Haechan! Chenle! Buruan makan anjir, keburu ikan kalian di gigit burung!" sembur pemuda bernama Huang Renjun. Ia sudah berlelah-lelah membakar ikan sampai pipi putih nya terkena arang. Sedangkan dua teman tengilnya itu malah membuat keributan.
Haechan dan Chenle terkekeh. Mereka malah kejar-kejaran di sepanjang pantai. Membuat Renjun pada akhirnya harus menebalkan kesabarannya lagi. Dari pada darahnya makin naik, ia memutuskan untuk menikmati es kelapa muda yang sudah di tebas oleh Jaemin dan Jeno.
Sedangkan sisa nya, Mark dan Jisung. Mereka tengah menikmati indahnya senja yang hampir tiba.
Ketujuh pemuda itu memang suka menghabiskan liburannya menuju pantai yang tak jauh dari rumah mereka. Sejak kecil sampai umur sekarang ini. Mereka tumbuh menjadi ke tujuh pemuda yang memukau dan mempesona serta tinggi menjulang.
Meski diantara mereka yang terlihat paling mungil adalah Renjun dan Chenle.
Mark menampakkan raut khawatirnya, sebab tadinya ia asik melihat Haechan dan Chenle yang berlarian seperti Tom and Jerry. Sekarang, dimanakah mereka berada?
"Jie, lo tadi lihat Haechan ama Chenle pergi kemana gak habis lari-larian?"
Lekas Jisung menegakkan tubuh tinggi ke atas nya. Lehernya mendongak menatap bibir pantai dari kejauhan. Nihil hasilnya, tidak ada Haechan dan Chenle.
Mark semakin khawatir. Pria itu berdiri dari tempat tidur yang terbuat dari kayu kemudian segera berlari menuju ke perkumpulan Jeno, Jaemin dan Renjun.
Jisung dengan perasaan khawatir yang meledak juga berlari membuntuti Mark.
Melihat ekspresi Mark yang benar-benar campur aduk, ketiga temannya mengerutkan kening.
"Lo kenapa Bang?" heran Renjun. Sedangkan Jeno dan Jaemin mendekat ke arah Mark.
"I-itu Haechan sama Chenle ngilang setelah lari-lari di pinggir pantai tadi."
Mereka akhirnya berpencar dua dan tiga orang. Mark bersama Jisung sementara Renjun, Jeno dan Jaemin bersama. Tidak ada yang boleh saling berpisah satu karena kemungkinan ada ombak besar yang sangat cepat.
Belasan menit lamanya namun tak ada hasil. Mereka ber lima benar-benar kalang kabut. Resah di hati masing-masing sangat berkecamuk.
Terlebih langit sudah menggelap.
"Gimana hasilnya?" tanya Mark melirih. Ia benar-benar ketakutan jika Haechan dan Chenle benar-benar tenggelam di makan lautan.
Keempat temannya menggeleng putus asa. Jisung bahkan sudah menitikkan air matanya. Saling duduk berhadapan dengan kaki selonjor karena berlarian di pantai yang luas benar-benar memakan tenaga.
Sebuah ombak besar tiba-tiba melanda. Mereka berlari menjauh dan beruntungnya tidak ada yang kena.
"Uhuk! Uhuk!" terdengar suara seseorang terbatuk.
Jaemin melebarkan mata. "Haechan!" teriaknya. Jantungnya hampir copot melihat Haechan sudah sangat basah seluruh tubuh. Terbatuk-batuk dan pingsan tak sadarkan diri.
"Woy! Cepetan! Haechan harus segera diselamatkan." Jeno dan Jaemin dengan sigap mengangkat tubuh Haechan.
"Coba deh telepon tim SAR buat cari Chenle." Napas Renjun memburu ketakutan. Mark segera merogoh ponselnya.
Selamat malam, Pak. Ini saya posisi di pantai Seoul dan teman saya tenggelam karena ombak Pak. Sampai sekarang belum ditemukan.
Baik nak, terimakasih laporannya. Kami segera kesana.
Mark mengacak rambutnya. Matanya memerah karena pikirannya berkecamuk. Semoga Chenle selamat.
"Hiks..." Jisung masih terisak pilu.
Mark merangkul pundak sahabat mudanya yang sudah ia anggap adik sendiri itu. Sama seperti Chenle.
Jeno dan Jaemin sudah berangkat menuju rumah sakit yang terletak di dekat pantai. Sedangkan Renjun, Jisung dan Mark masih menunggu tim SAR untuk melakukan pencarian Chenle.
✤✤✤
Seonggok manusia tampak lemah tak berdaya di dalam lautan. Matanya terpejam, mulutnya terbuka. Mengeluarkan gelembung udara yang mungkin sudah tak berguna.
Jasadnya masuk semakin dalam, sedalam kebiruan yang kian gelap gulita.
Entah siapa yang bisa menemukan jasad itu. Karena tanda-tanda kehidupan nihil adanya. Ada kemungkinan ia hanya akan membiru di lautan bersama dengan tenangnya trilyunan zat yang menenggelamkan apa saja benda yang tak dapat bertahan.
Jauh di dasar lautan, yang gelap nan tenang. Setenang kematian yang tak bersuara. Secercah cahaya nampak bergerak. Menjelajahi tiap liquid bening yang tersibak dengan santai.
Pergerakan yang tak terasa menyadari adanya seonggok jasad tak berdaya. Gemerlapnya mengarungi air tenang di malam hari. Terdiam kala jasad itu ada di hadapannya. Diam, tak berdaya, bahkan tak bernapas sedikit pun. Keningnya mengerut, menatap sosok tampan yang malang. Bak hilang di telan lautan.
"Dia manusia?"
To be continue!
Dear my sweet readers :3
Support me with vote and spam comment.
Thankyou and i love you :3
Lanjut gak nih?