Pagi ini, seperti biasa aku menggerakkan kursi roda di sepanjang koridor kampus yang sangat panjang luas dan sepi. Aku berniat berangkat dulu karena nanti ada tugas presentasi. Setidaknya aku mempersiapkan caraku menyampaikan materi.
Tanganku kebas, sejenak aku berhenti di depan pintu masuk kelas. Mengibaskan tanganku yang sedari tadi tak henti memutar roda atas agar kursi ini bisa terus berjalan.
Brakk!
"Ops, sorry!" Aku merintih ketika seseorang menabrak kursiku dari belakang membuat badanku terantuk tembok depan. Beruntungnya tidak sampai jatuh.
Terlihat Ningning dan Winter tersenyum remeh kemudian melewati ku begitu saja. Aku menghela napas, lama kelamaan sifat asli gadis cantik itu terlihat.
Seringkali aku mendengar mereka mengghibah mahasiswa yang tidak mereka suka, kemudian merencanakan sesuatu yang buruk untuk orang yang mereka benci. Aku mendengar semuanya, tapi hanya bisa diam. Karena disini aku tidak mengenal siapa - siapa. Dalam arti, tidak dekat.
Sialnya, pagi ini juga aku melakukan presentasi bersama Mark dan Ningning. Gadis itu bahkan tidak memiliki effort sedikit pun untuk tugas kita. Mark masih mending, ia mau membuatkan pptnya. Aku berusaha mengambil positifnya saja, mungkin Tuhan ingin aku belajar lebih. Semakin sering aku membuat makalah mandiri, semakin ahli pula aku menyusun skripsi. Semoga Ningning segera sadar.
Aku juga tidak menyangka, wajah cantik dan manisnya menutupi banyak sifat jahatnya.
"Baiklah, hari ini siapa yang presentasi?" Terdengar Bu Irene menanyakan pada seluruh mahasiswa di kelas ini. Mark mengangkat tangannya.
"Aku dan Reneta, bu." Mark berucap dengan lantang. Sementara di ujung sana Ningning menggebrak meja tidak terima.
Mark mendengus kesal. "Maaf Bu Irene, tapi Ningning tidak pernah mau mengerjakan makalah presentasi. Bahkan makalahnya full dibuat oleh Reneta. Saya bagian pptnya, Ningning sama sekali tidak mau effort bu."
Bisa dilihat wajah Ningning seperti orang paling aib sedunia. Ia menggeram marah namun Mark terlalu cepat mengungkapkan kekesalannya.
Bu Irene memasang muka datar. "Ningning, silahkan ke ruangan BK. Mark dan Reneta, silahkan maju untuk presentasi."
Gadis bernama Ning Yizhou itu tak mau beranjak dari tempat duduknya. Wajahnya bersungut kesal seperti ada tanduk diatas kepalanya.
Ketegasan Bu Irene adalah nomor satu, dosen anggun itu menatap dingin ke arah Ningning. Hingga akhirnya, gadis sombong itu keluar dari ruang kelas meski dengan kaki terhentak - hentak.
Akhirnya, aku dan Mark memulai presentasi dengan lancar tanpa hambatan. Bahkan pertanyaan dari mahasiswa bisa kami jawab. Mark ternyata pandai, hanya saja pria itu tidak mau repot mencari referensi jadi ia menyerahkan makalahnya padaku.
Istirahat telah tiba, aku sedang menikmati makananku di kantin dengan damai. Tentunya duduk sendiri karena aku tidak dekat dengan siapapun di sini. Merasakan aneh disekitarku, atensiku teralihkan. Beberapa mahasiswa tampak berbisik sembari melihat ke arahku, aku tidak tahu maksud mereka.
"Reneta!" teriak seseorang membuatku melebarkan mata, aku menengok ke arah panggilan itu. Bisa kutangkap jelas ada Ningning dan gengnya yaitu 3 orang perempuan idaman di kampus ini.
Ningning menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. Aku memandangnya, ia berjalan semakin dekat ke arahku.
Brakk!!
Aku merintih kesakitan, dengan teganya Ningning mendorong tubuhku hingga jatuh dari kursi roda. Karina menjatuhkan kursi roda itu, seperti sebuah barang yang menjijikkan. Winter bahkan menendangnya dan Gissele menatapku dengan tatapan jijik, najis dan segala hal yang buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT DREAM SPECIAL FAMILY
Fiksi PenggemarNCT DREAM SPECIAL FAMILY 21+ @zdr_1000le