Ey-yo listen up!
No matter what they say!
No matter what they do!
We got resonate resonate resonate.Happy Reading
Malam telah tiba, Aila masih berkutat di dalam dapurnya. Ia ingin menyiapkan makanan untuk suaminya yang sebentar lagi pulang. Gadis itu tampak serius dengan apron yang terpasang di tubuhnya. Sesekali ia mencoba rasa masakannya dan mengerutkan keningnya sesekali kala masakannya di rasa kurang pas.
"Segini aja kali ya, semoga Mark suka."
Setelah semua masakan siap, Aila segera memplating sedemikian rupa. Berharap semoga suaminya senang dengan apa yang ia lakukan. Entah mengapa semakin kesini Aila ingin belajar menjadi istri yang baik meski ia belum menyerahkan hak yang seharusnya ia lakukan untuk Mark. Mungkin itu lain kali, ketika ia sudah benar-benar siap.
Tanpa Aila sadari, sedari tadi seorang pria dengan kaos oblong dan celana pendek selutut tersenyum menatap pergerakan gadis itu. Pandangannya tak lepas dari Aila yang mondar mandir menyiapkan makan malam dengan baik. Gadis dengan surai hitam se pinggang disertai apron yang melekat pas di tubuhnya membuat Mark semakin jatuh cinta. Perlahan Mark mendekati Aila tanpa gadis itu sadari.
Namun sebelum Mark memeluk gadis itu dari belakang, Aila terlebih dahulu sadar.
Mark terkekeh. "Hai sayang," sapanya dengan senyum manis.
"Kamu kapan pulang? Kamu bahkan udah mandi."
Grep!
Bukan Mark namanya jika tidak menyentuh miliknya yang bahkan sudah sah di mata Tuhan dan seluruh umat dunia. Aila terdiam saat Mark memeluknya dengan erat tanpa niatan sedikitpun melepaskannya.
"Makasih sayang, kamu kerja keras malam ini. Aku bakal makan banyak," ucap Mark disertai bonus kecupan di bibir gadis itu. Aila mendengus. "Jangan cium-cium, aku belum mandi lho!" peringatnya. Mark menggeleng, ia semakin mempererat pelukannya. "I love you, even when you don't take a shower."
Plak!
Perkataan Mark di hadiahi tampolan. "Gak usah gombal, lepas! Aku juga laper," rengek Aila. Demi apapun itu sangat menggemaskan di mata Mark. Andai saja Mark sudah bisa menjadi komisaris seperti ayahnya. Ia lebih memilih menghabiskan waktu bersama istrinya itu. Namun karena ia sekarang masih menjabat sebagai CEO yang harus bertanggungjawab, maka ia harus menjalani nya.
Malam semakin larut. Sedari tadi Aila belum kunjung terlelap dalam mimpinya. Ia masih mengedipkan mata beberapa kali dan memejamkan kembali. Namun nihil hasilnya, tidak ada minat tidur malam ini. Tidak seperti biasanya.