Happy Reading
Rumah sakit. Sudah berjam-jam menunggu kesadaran dua pria yang mendapatkan tragedi semalam. Bahkan orangtua kedua pria itu sampai datang juga.
"Jisung dan Chenle mana ya?" tanya seorang wanita paruh baya. Satu berambut sebahu dan satunya lagi berambut pendek seperti laki-laki.
"Mama," ucap Rara. Wanita paruh baya dengan rambut panjang sebahu itu memeluk erat gadis yang ia sayang. Ya, kekasih anak yang telah dilahirkannya.
Berbeda dengan Mama Zhong, beliau masuk ke ruangan Chenle. Bisa dilihat ada seorang gadis yang setia menunggu putranya.
Mama Zhong tersenyum saat mereka beradu pandang. "Hallo sayang, maaf ngagetin. Saya Mamanya Chenle. Nama kamu siapa?"
Veronica tersenyum canggung. "Nama saya Veronica, tante."
"Oh, jangan panggil tante. Panggil mama saja ya. Hehe."
Veronica dengan sigap menaruh satu kursi lagi di depan ranjang Chenle, untuk duduk mama Zhong.
"Terimakasih," ucapnya sopan nan lembut.
Lagi-lagi beliau tersenyum. "Sudah nungguin Chenle sejak kapan, sayang?"
"Sejak semalem Ma, tapi Chenle belum bangun juga."
Mama Zhong terkekeh. "Dia sekalinya di kasih istirahat enak memang sulit bangun." Bisa-bisanya sang mama sesantai itu dan tidak khawatir.
"Semoga Chenle segera sadar ya Ma," balas Veronica.
Mama Zhong mengangguk. "Baru kali ini, Mama lihat ada anak cewek yang bisa meruntuhkan hati Chenle. Haha, kamu hebat ya sayang."
Vero tersenyum tipis. "Chenle orangnya perhatian banget Ma."
"Oh ya? Wah, kalau gitu artinya dia secinta itu sama kamu. Karena dia jarang bisa nunjukin kasih sayangnya. Kalau bukan sama yang bener-bener dia sayang."
Tiba-tiba mama Zhong menggenggam kedua tangan Veronica. "Makasih karena udah balas cintanya anak mama ya. Harapan yang baik selalu mengalir buat kalian."
Vero mengangguk. "Iya, Mama. Terimakasih."
Veronica...
Maafin aku...
Gumaman Chenle disadari oleh kedua wanita berbeda generasi. Perlahan kedua matanya terbuka, masih dengan keadaan lemas ia tersenyum.
"Pagi Mama."
"Pagi sayang."
Bisa dilihat pipi Vero memerah karena dipanggil sayang.
Mama Zhong terkekeh ia mencubit pinggang Chenle.
"Akhh, Mama. Kenapa dicubit?" protesnya.
"Kamu, nakal! Ngerepotin cewek kamu."
Chenle mencebik. "Orang dia mau direpotin kok, iya kan sayang?"