"Ini dimana?" tanya Vero saat ia membuka matanya. Ternyata gadis itu sudah tertidur cukup lama.
Di seberang sana ia mendapati seorang pria yang duduk di sofa. Dengan santai memainkan ponselnya.
"Di apartement aku, tadi kamu ketiduran. Jadi aku bawa kesini, lagian kalau di apart kamu nanti berisik kan denger suara-suara aneh nya Rara sama Jisung?"
Veronica mengerjapkan mata beberapa kali. Ia bangun dari kasurnya, merasakan haus di tenggorokannya.
"Haus ya?" tanya Chenle. Pria itu langsung beranjak untuk mengambilkan air yang dirasa bisa menyejukkan dahaga.
Kamar Chenle sangat luas, nuansa cream dan abu-abu. Ranjangnya king size, ada sofa besar yang bisa menampung banyak orang, ada televisi, ada komputer, ada kamar mandi, ada meja dan kursi yang nyaman untuk duduk dan merenung berlama-lama. Juga pria itu memiliki ruang walk in closet yang cukup luas.
Chenle kembali dengan segelas air. Ia mendekati gadis yang dirasa masih beradaptasi akan tempat yang baru ia kunjungi.
"Maaf kalau bikin kamu kaget, ini udah malem. Gak masalah kan kalau kamu nginep disini?" Dengan santai Chenle duduk disebelah gadis itu.
Veronica mengangguk. "Gak papa kok, tapi nanti Chenle tidur dimana?" tanya Vero, raut wajahnya benar-benar serius.
"Di sofa ajalah, kamu yang diranjang." Baru saja Chenle hendak beranjak Vero menahan lengan pria itu. "Di ranjang aja, ini ranjangnya juga besar banget. Kalau di sofa nanti kamu gak nyaman."
Chenle mengulum senyumnya. "Boleh?" Ia meyakinkan terlebih dahulu.
Vero mengangguk. "Bolehlah, ini kan punya Chenle."
Senyuman penuh arti terbit dari wajah tampan Zhong Chenle. Tiba-tiba ia menarik Vero agar semakin dekat dengannya.
"Kalau kamu, punya siapa?" bisik Chenle tepat di telinga Veronica.
Gadis itu meremang. Ada perasaan aneh yang menjalar diseluruh tubuhnya. Di iringi dengan detak jantung yang kian menjadi-jadi.
"Ak- aku punya siapa? Maksudnya?" Gadis itu terlihat terbata-bata. Membuat Chenle semakin gencar menggoda nya. Chenle suka sekali dengan gadis polos seperti ini.
"Boleh gak, aku milikin kamu seutuhnya?" Tatapan Chenle terlihat amat serius. Pandangan keduanya terkunci cukup lama. Vero tidak tahu harus menjawab apa. Namun ia pasrah saat Chenle memajukan wajah dan kembali meraup bibir merahnya.
"Buka mulut kamu, lebih lebar." Suara Chenle dalam seperti deep voice quite down. Kulit Vero terasa menggelitik. Terutama saat pria itu menghisap lidahnya cukup rakus.
Mata Veronica terpejam, ia heran kenapa Chenle sangat menikmati ciuman itu. Dan kenapa pria itu semakin menggebu-gebu. Apakah ini makna cinta?
Otaknya terus bergerilya seraya menerima perlakuan yang Chenle berikan. Tubuhnya mendadak tegang saat Chenle mulai bermain, mengelus area pinggang dan naik ke dadanya.