A Mistake (Lee Jeno Chap 16)

1.8K 64 3
                                    

Happy Reading

"Jadi, alasan Ayah mau ngomong sama kamu adalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jadi, alasan Ayah mau ngomong sama kamu adalah... "

Pria paruh baya dengan wajah tampan paripurna seperti putranya itu mulai angkat bicara. Sedikit canggung karena aura sang putra yang sangat tidak bersahabat. Jeno menghela napas panjang ia membuang muka ke sembarang arah. Sedari tadi tak ada kontak mata diantara Ayah dan anak tersebut. Jeno cenderung egois dan tidak mau mengalah dengan semua keputusan orangtuanya. Semenjak sang Mama meninggalkan dirinya, Jeno menjadi seorang anak yang jauh dari kata manis.

"Buruan, gue gak punya waktu banyak!"

Sang Ayah menghela napas pelan. "Lee Jeno, kamu masih anak Ayah. Jadi tolong hormati."

Jeno kembali membuang mukanya, menghindari tatapan sang ayah.

Dengan kesabaran yang penuh ayahnya mulai berbicara.

"Kamu semakin dewasa, Lee Jeno. Ayah harap kamu bisa menjadi pewaris perusahaan yang ayah punya. Perusahaan semakin berkembang dan ayah butuh penerus. Satu-satunya yang bisa ayah harapkan hanya kamu Lee Jeno."

Tatapan Jeno menajam. Kalimat penerus membuatnya tidak nyaman. Ia tidak pernah berharap menjadi penerus perusahaan keluarganya yang tidak ia harapkan itu.

"Jadi, lo nyuruh gue buat urusin perusahaan lo gitu?"

Sang Ayah kembali menghela napas pelan. Jika bukan karena kasih sayangnya terhadap anak yang memang memiliki luka sejak kecil itu mungkin sekarang tidak segan ia menampar wajah tampan Jeno yang mewarisi wajahnya yang juga sangat tampan.

"Iya, ayah mau kamu sekolah di Amerika. Sekolah khusus untuk pewaris perusahaan hingga kuliah selesai. Dan setelah itu kamu akan menjadi CEO utama di perusahaan ayah. Sementara Ayah ini semakin tua, Lee Jeno. Ayah akan menjadi komisaris."

Kedua tangan pria itu mengepal. Ia lekas berdiri dari tempat duduknya kemudian pergi meninggalkan sang ayah tanpa satu patah kata pun.

Diam-diam seorang jelita menatap moment itu dengan wajah pilunya.

"Kak Jeno mau pergi?" gumamnya dengan suara parau yang tak terdengar oleh angin sekalipun. Satu buliran air mata berhasil jatuh dari pelupuk matanya. Perlahan ia meremas ujung piyamanya. Ada rasa sakit hati yang menjalar dan perasaan tak rela karena Jeno akan meninggalkannya. Meski ia tidak tahu apakah Jeno akan memutuskan pergi atau menuruti ego dan keras kepalanya untuk jauh dari kata patuh pada ayahnya.

"Tapi kalau itu yang terbaik buat kak Jeno, aku bisa apa?"

"Tapi kalau itu yang terbaik buat kak Jeno, aku bisa apa?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
NCT DREAM SPECIAL FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang