Happy Reading
This story contains adult scenes that are inappropriate for minors to read.
![]()
Mama...
Jeno kangen Mama. Kenapa Mama tega ninggalin Jeno?
Sesosok bocah laki-laki bertubuh kecil tampak memeluk erat kedua kaki wanita dewasa yang tampak anggun namun tak memiliki hati yang baik untuk anaknya sendiri.
"Pergi Lee Jeno. Kamu bukan anak yang Mama mau. Asal kamu tahu, sedari dulu Mama gak pernah cinta sama Ayah kamu."
Bocah laki-laki itu kian terisak. Terutama saat orang yang di panggil 'Mama' dengan tega melepaskan pelukan kecil bocah itu.
"Mama, jangan tinggalin Jeno! Mama!"
Seorang pria dewasa mendekati Jeno. Wajah tampannya nampak mengerutkan dahi. Ia tidak bisa mencegah kejadian yang barusan ia lihat.
"Jeno, kamu harus mandiri tanpa seorang Ibu, Nak."
Tangisan Jeno kian meraung-raung. Di usianya yang masih dalam masa pertumbuhan ia masih sangat membutuhkan kasih sayang ibu.
Kriiing!
Kriiing!
"Anak-anak waktunya istirahat. Ayo segera berkumpul ke ruang makan. Kalian harus makan setelah itu tidur siang ya anak-anak."
Semua anak tampak cerita. Kecuali satu bocah laki-laki dengan wajah sembab. Ia berjalan gontai sendirian.
"Lee Jeno, kenapa kamu terlihat sedih?" tanya guru jaga makan mereka.
Jeno menggeleng. "Jeno cuma kelilipan kok Bu."
Ibu guru tersenyum. "Oh ya sudah, kalau begitu selamat makan."
"Selamat makan juga, Bu."
Sekuat tenaga Jeno menahan agar air matanya tidak jatuh. Namun tetap saja. Terlebih saat ia menatap nasi, sayur dan lauk di hadapannya. Ia langsung teringat Mamanya.
Mama kejam yang telah tega meninggalkan Jeno kecil sendirian.
![]()
