Menjalani hari sebagai mahasiswa, rasanya sangat monoton bagiku. Berangkat diantar ibu. Kemudian di kelas mendengarkan dosen. Bahkan sampai sekarang pun aku belum punya teman dekat. Yang kudapatkan hanya tatapan iba.
Hari ini, ada tugas kelompok yang mengharuskan kita saling bergabung untuk menyelesaikan tugas bersama. Aku mendapatkan dua teman kerja kelompok bersama, berusaha bergabung meski rasanya canggung.
"Reneta ya, sini bergabung bersama kami." Seorang pria tersenyum ke arahku disebelahnya ada gadis manis dengan rambut di kepang satu.
Aku memutar kursi roda ku, bergabung bersama mereka yang duduk di meja kursi taman kampus.
"Salam kenal, namaku Mark." Pria itu mengulurkan tangan ke arahku.
"Reneta, panggil saja Ren!" jawabku.
"Hai Ren, namaku Ningning." Gadis berkepang satu dengan wajah manis itu mengulurkan tangannya juga. Aku tersenyum membalas ulurannya, gadis manis itu tampak sangat menakjubkan. Ia juga terlihat populare dikelasnya karena memiliki circle dengan visual yang sejuk dipandang
Kami mulai membahas tugas yang diberikan, kemudian mulai menggarap nya. Membagi tugasnya agar lebih cepat selesai.
Ningning mengeluarkan alat make upnya, gadis itu fokus pada apa yang ia lakukan sekarang melihat itu Mark mendengus kesal.
"Jangan mulai, kerjakan dulu tugasmu." Pria itu tampak sedikit kesal, namun Ningning menghiraukannya. Akhirnya hanya kami berdua yang fokus pada layar laptop sementara gadis berdarah China itu sibuk mengotak - atik alat make upnya.
"Ren," panggil Ningning. Aku mengalihkan atensiku padanya. Ia tersenyum manis kemudian menghela napas.
"Emm, sebenarnya aku tidak paham. Kau mau mengerjakan tugasku? Karena aku sangat tidak paham," ujarnya seperti sedikit memaksa. Aku yang memang memiliki sifat tidak enakan tak mungkin menolaknya. Yang bisa kulakukan hanya tersenyum dan mengangguk.
Mark berdecak kesal. "Jangan Ren, dia itu malas."
Kali ini Ningning yang menatap tajam Mark. "Ren saja mau, aku tidak menyuruhmu ya." Dan perdebatan kedua orang itu dimulai. Aku hanya bisa menatap bingung keduanya.
Selama keduanya berdebat, aku mulai mengetik tugas bagian Ningning. Karena punyaku sudah selesai.
Brusshhhh....
Hujan turun deras tiba-tiba. Kedua insan yang tengah berdebat tadi seketika terdiam.
"Ren, sorry aku harus menjemput pacarku." Mark tampak panik sembari membereskan barangnya.
Sementara Ningning, gadis itu juga sama ia bersiap pulang. Dengan wajah yang sudah ditekuk sedari tadi, bahkan ia pergi tanpa berpamitan dulu. Mungkin ia masih kesal dengan perdebatannya dengan Mark.
Tinggalah aku sendirian disini. Tugas bagian Ningning tadi untungnya sudah tuntas. Setidaknya tugas kelompok kali ini tidak membutuhkan waktu lama.
Merasa sekitar sangat sepi meyayat jiwa, aku tersadar. Terlebih hujan semakin deras. Aku tidak mungkin menggerakkan kursi rodaku keluar gedung kampus. Jika kakiku terkena dinginnya air bisa keram dan itu rasanya sakit sekali.
Aku jadi penasaran, belum ada notif masuk sama sekali di ponselku. Apa ibu lupa menjemput? Jujur aku sedikit panik, terlebih suasana kampus sudah sepi seperti ini. Rasanya lebih mencekam.
Setelah membereskan tasku, aku mulai menggerakkan kursi roda menyusuri koridor kampus yang benar - benar sepi tidak ada nyawa. Aku berasa seperti tokoh hantu wanita berkursi roda saat ini.
Pergerakanku terhenti, ketika ada sesuatu yang menyentuh lenganku. Aku sedikit terperanjat. Ku beranikan diri untuk menengok ke belakang.