Jangan lupa vote and komen
🌟💬"Aku nyaman sama kamu."
Viola terngiang ucapan Renjun seminggu yang lalu. Gadis itu menghela napas sembari berjalan menyusuri koridor kampusnya yang sudah sepi. Bahkan sudah seminggu ini ia tidak bertemu dengan Renjun lagi. Pria itu kembali tenggelam dengan kesibukan kuliahnya.
Sama seperti dirinya, yang sibuk dengan banyaknya tugas dan kewajiban. Berangkat pagi pulang malam. Lebih sering menghabiskan waktunya di laboratorium. Ya beginilah mahasiswa farmasi, ia akan terus bergelut dengan praktik yang akan membuatnya semakin handal dan professional.
Langkah Viola berhenti kala ia melihat sekumpulan mahasiswa yang keluar dari sebuah ruangan. Bisa ia lihat seseorang yang familiar di matanya melangkah berdampingan dengan seorang wanita. Mereka tampak serasi, sama - sama memiliki suara yang indah dan pasti banyak yang mendukung kebersamaan mereka.
Senyum miris Viola mengembang, ketika Renjun bercanda tawa dengan gadis maba jurusan seni musik itu. Gadis yang cukup populer di kampusnya, namanya Ning Yizhou.
"Nyaman belum tentu cinta kan?" Viola menghela napas pelan.
Ada rasa perih yang tiba-tiba meyayat hatinya. Ia berusaha menguatkan dengan cara memukul dadanya beberapa kali.
"Mungkin ini hukuman karena kamu udah berani berharap lebih sama dia." Dengan tidak tahu malunya liquid bening itu menetes dari pelupuk mata Viola. Ia menangis dalam diam, sakit sekali rasanya.
Saat dunia hanya diam, kerinduan meyayat, kepastian yang tak ada dan harapan yang sia-sia menjadi satu. Utuh sudah kesakitan yang Vio rasakan. Ia tersenyum dan segera menghapus air matanya. Kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari gedung kampus.
Menyusuri jalanan kota yang cukup sepi karena kesibukan kantor dan sekolah di hari biasa, Viola melangkahkan kakinya sejauh yang ia bisa. Mungkin memandang sudut perkotaan membuat hatinya lebih tenang.
Memilih untuk menikmati es krim di tengah kesibukan orang di jalanan sekitar, Viola hampir terjungkal menumpahkan es krimnya kala seseorang memeluknya dari belakang. Ia segera berbalik posisi dan disaat itu rasanya bercampur aduk antara marah dan bahagia.
"Viola apa kabar? Aku kangen banget sama kamu."
Tak terasa satu kotak tisu yang tadinya penuh kini tinggal bersisa setengahnya. Seorang gadis dengan marga Kim sedari tadi bolak balik mengambilkan Viola air minum agar gadis itu tenang. Sudah sejak sore pertemuan dengan Rara tadi hingga akhirnya Viola bisa meledakkan tangisnya yang masih mengalir sampai saat ini. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Rara yang baru saja pulang dari bandara pada akhirnya belum bisa menyentuh kasur kamarnya sendiri. Ia merelakan waktu santainya itu demi sahabat yang sedang dalam mode random, Rara menginap dirumah Viola.
"Rara," rengek Viola sembari mengelap air matanya menggunakan tisu entah sudah berapa kali gadis itu mengelap air mata dan ingusnya. Dirinya bahkan sama sekali belum bercerita apapun pada Rara penyebab tangisnya yang tak kunjung henti. Dengan penuh kesabaran Rara membalas pelukan erat Viola, mengelus punggung gadis itu.
"Hufft, lo kenapa sih Vi?" gumam Rara sembari menepuk-nepuk pelan punggung Viola sementara gadis menangis tadi sudah tertidur lelap tanpa pergerakan sama sekali. Hanya ada suara napas yang teratur dan wajah tenangnya meski matanya sembab dan hidungnya memerah.