Hai gaiss... How are you? I hope you are always happy, healty, and safety...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading
Tak terasa seminggu lagi Aila akan melangsungkan pernikahannya dengan Mark. Sebelum itu, ia ingin menikmati sisa-sisa lajangnya. Aila berjalan di sepanjang koridor sekolahnya yang masih sepi.
"ANAK DARI KOMISARIS LEE AKAN MELANGSUNGKAN PERNIKAHANNYA DENGAN PUTRI DARI KOMISARIS HUANG."
Aila memberhentikan langkah nya ketika ia mendengar sebuah sindiran yang sengaja di besar-besarkan. Ia melirik sinis ke arah seorang gadis berseragam SMA yang sama dengannya. Meski ia takut dengan Aila, namun ia masih saja suka mengejek dan menyindir secara terang-terangan. Aila terkekeh.
"Ngapa? Lo iri," balasnya santai.
Kirin tertawa remeh. "Iri, sama orang kayak Lo?"
Aila memutar bola malas. Dari pada melanjutkan perdebatan sampah lebih baik ia berlalu.
"Gue juga yakin, Mark pasti gak bakalan betah punya istri kaya Lo."
Tangan Aila terkepal kuat. Ia membalikkan badannya. Kemudian berjalan cepat menuju ke arah Kirin. Gadis menyebalkan dan terjahat di seantero sekolah.
Brak!
"Maksud Lo apaan? Nyebut-nyebut nama calon suami gue!"
Aila memojokkan Kirin di tembok, menarik kasar kerah seragam gadis itu. Kirin menatap Aila penuh ejek. Ia benar-benar menyebalkan. Seluruh zat yang terkandung dalam tubuhnya sangat tidak ramah.
"Kenapa? Lo ragu kan sebenarnya, nikah."
"Gue gak yakin Lo bisa jadi istri yang baik."
Krek!
Kancing seragam Kirin sampai lepas satu dan menggelinding ke bawah. "Lo bahkan main kasar sama cewek lemah kayak gue." Mulut setannya kembali berucap. Aila kian geram, namun ia berusaha meredamkan amarah yang menggebu. Mungkin ia bisa-bisa saja mencekik gadis di hadapannya sampai mati. Tapi perkataan Kirin tadi menjadi tantangan tersendiri untuknya.
"Sorry, gue gak punya banyak waktu buat ngeladenin cewek sampah kayak Lo."
Setelahnya Aila pergi. Meninggalkan Kirin yang masih terpepet di tembok. Seringaian jahat terukir jelas di wajah Kirin. Ia merencanakan sesuatu yang cemerlang menurutnya.
