Opposite (Na Jaemin)

9.1K 186 5
                                    

Brak!

Kejadian itu terjadi begitu saja, saat aku pulang dari les matematika yang memusingkan. Aku dan beban di otakku membawaku pada kecelakaan hebat. Hingga aku harus kehilangan kekuatan di kakiku.

Ya, aku lumpuh. Dan sejak saat itu, keceriaan dan sifatku yang dulu lama - lama memudar. Aku bahkan tidak berani untuk berada ditengah - tengah perkumpulan. Aku terlalu takut, pasti mereka menghina takdirku.

"Ren." Panggilan itu membuat lamunanku tersadar. Sosok wanita yang selama ini masih setia merawatku. Entah bagaimana caraku membalasnya.

"Iya bu," jawabku sambil menggerakkan kursi roda dengan tanganku menuju ke arahnya. Namun ibu segera berlari kecil mencegah pergerakanku.

"Bu Wendy sudah datang," ucapnya sambil mendorong kursi roda ku dengan penuh kasih sayang.

Menjalani kehidupan monoton setiap hari, aku masih ikut home schooling untuk menyelesaikan pendidikan. Bukankah keterbatasan tidak menghalangi pendidikan seseorang? Meski kecelakaan itu terjadi setelah aku belajar di tempat les waktu itu. Namun, itu semua tidak menjadikanku trauma. Aku tetap suka belajar, meski belajar membuatku pusing.

Mungkin matematika yang tidak pernah bisa merasuk ke otakku.

Aku sangat menyukai sosok yang menjadi guru homeschooling ku. Cara bicaranya, cara dia memandangku, cara dia berjalan ke arahku, seakan seperti sebuah kekuatan bagiku. Dia adalah wanita anggun yang terlalu sempurna menjadi seorang pendidik anak lumpuh sepertiku.

"Ren sudah paham, apa yang ibu ajarkan?" tanya Bu Wendy. Suaranya mirip sebuah lantunan indah yang berdegung di telingaku.

Aku mengangguk semangat, membuat Bu Wendy berbinar. Ia mengelus kepalaku kemudian memberikanku kalimat motivasi yang selalu bisa membuatku semakin kuat. Meski dengan keadaan seperti ini.

Malam minggu, dimana orang - orang menghabiskan waktunya untuk berjalan - jalan diluar bersama teman atau orang terdekatnya. Seperti biasa, aku bersantai di sofa ruang tamu dengan camilan yang tersedia di hadapanku. Siapa lagi kalau bukan buatan ibu.

Merasakan ada beban di sofa sebelahku, kepalaku memutar ke samping. Kudapati ibu dengan senyuman manisnya, mengelus kepalaku dan tak lupa tangan hangatnya yang selalu nyaman mengusap punggung tanganku.

"Ren, sebentar lagi kamu lulus homeschooling SMA."

Aku menatap sorot matanya, terlihat sekali ada pancaran harapan didalamnya.

"Kamu mau lanjut kuliah?"

Hatiku sesak tiba-tiba. Menerima kenyataan bahwa selesai homeschooling pasti aku akan sangat jarang bertemu Bu Wendy. Apalagi dengan keadaanku yang seperti ini, pasti akan sangat jarang bahkan tidak pernah lagi. Karena Bu Wendy memiliki jadwal yang sangat padat.

Peka terhadap arah senduku, Ibu memelukku dengan erat sesekali mengelus surai rambutku yang tergerai bebas.

"Wendy itu teman ibu, sayang. Sebisa mungkin, akan ibu sempatkan agar dia bisa menemuimu." Janji ibu membuatku agak tenang.

Tapi tunggu. Kuliah? Di luar rumah?

Apa aku bisa menghadapinya. Setelah 3 tahun lamanya, aku tidak pernah lagi merasakan yang namanya dunia luar. Pertemanan dan sebagainya. Dan apakah bisa, aku beradaptasi diluar sana dengan keadaan seperti ini. Perasaanku bagai katak didalam tempurung sekarang. Bayang - bayang negatif itu terus hadir seakan tak ada celah cahaya yang masuk untuk sekedar meyakinkan bahwa aku bisa menjalani semuanya.

"Renata, percayalah pada ibu. Kau pasti bisa nak, keadaanmu yang sekarang bukan penghambat untuk dirimu sukses mengejar cita - cita."

Aku lemah, aku paling tidak bisa melihat jika ibuku kecewa. Aku harus bisa membahagiakan ibuku, meski aku harus keluar lagi dan mulai beradaptasi lagi. Dengan keadaanku yang seperti ini.

NCT DREAM SPECIAL FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang