Happy Reading...
Pernikahan Mark dan Aila di gelar secara besar-besaran. Semua keluarga, rekan perusahaan keluarga mereka dan semua yang mereka kenal diundang di pernikahan sakral yang meriah itu. Aila menahan pegal teramat sangat di kakinya, ia benar-benar tidak terbiasa memakai high heels. Para tamu undangan yang kelewat banyak membuat ia harus berdiri berjam-jam di depan kursi pelaminan.
Peka terhadap apa yang dirasakan istrinya, Mark merogoh saku ponselnya. Ia menelpon nomor seseorang.
Bisa ambilkan sandal nyaman.
Iya, secepatnya ya. Aku tidak mau istriku sakit.
Aila melebarkan mata. "Tapi, Mark. Ini acara formal."
"Gak papa, kamu udah berdiri 5 jam sayang. Lagian tamu undangan udah banyak yang nyamperin kita tadi."
Tak lama kemudian ada yang membawakan sebuah kotak berisi sandal yang di pesan Mark. Sandal bulu nyaman.
Aila meringis malu saat Mark berjongkok di hadapannya untuk melepas high heelsnya kemudian mengganti dengan sandal bulu. Rasanya benar-benar lega, kakinya yang sangat kaku terasa lebih rileks. Mark menuntunnya untuk duduk di kursi pengantin yang amat sangat nyaman. Bisa dilihat dengan jelas aktivitas orang-orang di gedung pernikahan mereka.
"Kayaknya Aila terlalu beruntung dapat cowok sesempurna Marklee."
Seorang gadis berwajah Jejepangan tersenyum mendengar penuturan kedua temannya.
"Bukannya kamu sama Mark temen sejak kecil ya? Apa kalian masih dekat?"
Gadis itu tersenyum. "Secepatnya, kita akan dekat lagi."
"Kamu gak lagi merencanakan hal jahat kan? Jangan nekat, nanti keluargamu yang rugi sendiri."
Kirin tertawa remeh, ia memutar gelasnya satu kali. Menatap tajam penuh dendam. "Aku gak yakin rumah tangga mereka bakal bahagia. Sejak kapan perjodohan mendadak berakhir indah? Gak, gak akan!"
"Aku gak sudi Huang Aila hidup bahagia!"
Malam hari telah tiba. Setelah makan malam dan membersihkan tubuh, pengantin baru itu tidak segera beristirahat. Mereka harus melanjutkan perjalanan menuju Kanada. Karena Mark sudah menyiapkan segalanya untuk honeymoon mereka disana.
Keduanya telah duduk di pesawat pribadi milik Mark sendiri. Sepertinya malam ini mereka akan tidur di tempat duduk yang nyaman itu. Tapi, bagi Aila rasanya tidak nyaman. Karena disebelahnya sudah ada sosok pria sekarang. Yang resmi sebagai suaminya. Ia tidak percaya akan secepat ini.
"Kamu gak mau tidur?" tanya Mark, melihat Aila yang masih setia terjaga. Gadis itu seperti enggan menutup mata.
Aila menggeleng. "Rasanya aneh," ucapnya.