🌱🦊🌱
Don't forget vote ⭐
Sudah sekitar satu jam, Viola mondar - mandir cemas sembari menggigit kuku di depan ruangan rumah sakit yang letaknya tak jauh dari kampusnya. Gadis itu masih bingung dengan beribu pertanyaan di pikirannya. Kejadian yang barusan ia lihat benar - benar membuatnya tidak menyangka. Apa Renjun memiliki masalah atau sesuatu hingga menjadi seperti itu?
Afeksinya teralihkan kala mendengar pintu terbuka. Didapatinya dokter pria yang mengenakan jas putih serta membawa sebuah map di tangannya.
"Apa anda keluarganya?" Viola mengangguk. Ia mengangguk ketika dokter memberikan isyarat untuk mengikutinya. Hingga sampai di sebuah ruangan konseling.
Dokter tersebut membuka map.
"Saudara Huang Renjun memiliki riwayat sakit mental."
Jantung Viola berdetak cukup cepat. Ia benar-benar tidak menyangka dengan penjelasan dokter barusan.
"Ketika ada sesuatu yang mengingatkannya pada kejadian yang membuatnya mendapatkan sakit itu, ia pasti akan bereaksi seperti seseorang yang ketakutan."
Dokter menghela napas. "Setelah sadar nanti, harap jaga kesehatan mentalnya. Jangan buat ia mendapatkan peristiwa yang bisa mengingatkan tentang kejadian di masa itu."
"Ia juga over dosis obat penenang," lanjut dokter lagi.
"Jika ia terus menerus mengonsumsi obat penenang itu, maka kesehatannya akan rusak dalam sekejap dan membahayakan nyawanya."
Viola memandang sendu pria yang masih terpejam tenang di atas ranjang pasien. Wajah tampan yang tenang itu membuat Viola semakin terpesona. Tapi, ia terpukul dengan kenyataan bahwa ternyata pria tersebut memiliki riwayat penyakit yang tak bisa di sepelekan.
"Kakak pasti melalui hari - hari yang sulit," gumam Viola sembari mengelus punggung tangan Renjun sebelah kiri, sedang tangan sebelah kanannya tertusuk selang infus yang sangat dalam.
Renjun melenguh pelan sembari memijat kepalanya yang terasa sangat pusing. Hal itu membuat Viola yang awalnya menundukkan kepalanya menjadi menegak.
"Aku dimana?" tanya Renjun dengan suara lirih.
Viola memajukan posisinya lebih dekat dengan pria itu.
"Kakak di rumah sakit," ucap Viola membuat Renjun menghela napas. Pria itu terdiam menatap langit - langit atas ruangan rumah sakit.