A Mistake (Lee Jeno Chap 17)

1.4K 56 15
                                    

Happy Reading

"Ravena, kita piket bareng kan habis ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ravena, kita piket bareng kan habis ini?"

Ravena menolehkan pandangannya ke belakang, tampak seorang gadis bersurai pendek sebatas leher tersenyum padanya. Ia tampak membereskan barang-barang ke dalam tas ransel kemudian berjalan, mengambil alat kebersihan di belakang kelas. Ravena mengangguk ia berjalan menyusul gadis itu untuk mengambil sapu. Keduanya mulai menyapu kelas yang luas dan sudah sepi. Bahkan suara lantai bisa bergema karena sepinya suasana dan luas nya kelas tersebut.

"Ravena, kamu gak papa?" tanyanya lagi dengan raut khawatir, pasalnya ia melihat wajah teman sebayanya itu tampak pucat.

Gadis yang dimaksud memberhentikan pekerjaannya sambil meremas perutnya pelan.

"Kayaknya aku salah makan deh. Rasanya mual," ucap Ravena sambil mengusap peluh di dahinya.

Lily nampak semakin khawatir. Gadis berdarah korea australia itu segera mendekati Ravena, menyuruh sang empu memberhentikan aktivitasnya dan duduk di meja dengan posisi yang nyaman.

"Kamu duduk aja disini, kita ke rumah sakit ya. Soalnya wajah kamu pucat banget. Aku takut kalau kamu keracunan makanan itu bisa bahaya."

Mendengar celotehan khawatir dari Lily yang bisa dilakukan Ravena hanya mengangguk. Ia sudah tidak memiliki tenaga untuk menolak tawaran gadis itu. Beberapa menit kemudian ponsel Lily bergetar.

"Iya Pak, tolong naik ke kelas 9 A ya. Teman saya ada yang sakit dan tidak bisa jalan sampai halaman sekolah. Terimakasih Pak."

Lily menutup teleponnya. Kembali menatap Ravena dengan penuh kekhawatiran.

"Kamu tenang aja ya, ini nanti ada Pak Kim yang bisa bantu gendong kamu sampe bawah biar langsung naik ke mobil."

Sesampainya di rumah sakit.

"Ish, kok orangtua Ravena gak bisa dihubungi sih. Aku juga gak tahu nomor Kakak dia."


Di sebuah ruangan luas dengan nuansa klasik. Dua orang pria tengah duduk berhadapan. Yang satu memakai jas kantoran dan satunya lagi masih memakai seragam SMA nya lengkap.

Lagi-lagi Jeno membuang muka melihat ke arah lain. Ia masih enggan bersitatap dengan Ayahnya.

Sang Ayah menghela napas yang kesekian kalinya. Melanjutkan pembicaraannya.

"Apa kamu setuju, Lee Jeno?"

Perlu waktu untuk Jeno memikirkan keputusannya. Ia mendongak menatap langit-langit untuk memikirkan jawabannya.

NCT DREAM SPECIAL FAMILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang