Happy Reading
Seorang wanita berambut panjang dengan style musim dinginnya turun dari mobil. Ia berdiri di depan mobil tersebut sampai seorang anak berusia lima tahun berlari ke arahnya. Dengan senyuman lebar merentangkan tangan dan menerima pelukan kecil sang putra yang sudah beranjak usia taman kanak-kanak.
"Mama!" seru bocah itu dengan riang. Disambut kecupan pipi oleh mamanya.
"Mama tau gak, tadi Eric dapet nilai bagus lho."
Aila terkekeh, ia berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan putra semata wayangnya. Tangannya terulur mengelus kepala Eric hingga putranya menampilkan senyumannya. Senyum yang persis seperti Papanya.
"Oh ya, anak Mama pinter banget sih. Nanti dirumah tunjukin hasilnya ya."
Eric kembali menampilkan senyuman pepsodentnya. "Eric juga mau kasih tau ke Pa-"
"Papa!" girang Eric melihat Mark yang berjalan dari arah utara menuju padanya dan sang mama. Pria itu tampak membawa beberapa bungkusan entah apa yang ia beli. Aila menggelengkan kepalanya melihat Mark yang sama girangnya dengan Eric. Pria itu baru saja mendapatkan makanan kesukaannya di stand seberang sana.
Setelah menaruh belanjaannya di bagasi mobil, Mark menerima pelukan anaknya yang sama antusias seperti dirinya. Eric benar-benar fotocopy an Mark versi junior. Anak itu bisa terlihat antusias juga plonga-plongo seperti Papanya.
Kini keluarga kecil itu tengah menikmati makan siang nya bersama dirumah. Udara musim dingin membuat mereka memilih menu yang hangat-hangat. Eric kembali mengoceh setelah suasana sepi melanda cukup lama.
"Mama! Papa!" panggil bocah kecil usia TK itu, sehingga Mama dan Papanya mengalihkan atensi sepenuhnya kepada dirinya. Eric tersenyum manis sebelum akhirnya ia menyodorkan sebuah kertas.
"Mama, Papa coba lihat ini nilai bahasa inggrisnya Eric."
Sempurna, ada tulisan angka 100 dengan bolpen hitam di ujung kanan kertas tersebut. Mark menampakkan senyum lebarnya. Sangat bangga karena sang anak bisa mahir berbahasa Inggris seperti dirinya.
"Pinter banget sih, siapa yang ngajarin?" celetuk Mark seraya mengelus surai hitam sang anak.
Eric melirik Mamanya yang tengah senyum menyapu pandang ke arah Papa dan dirinya. "Mama dong yang ajarin!" seru Eric.
Mama dan Papanya saling pandang. Tidak ada yang berubah, malah semakin dipenuhi oleh cinta. Keduanya tersenyum, seketika memajukan badan untuk mencium Eric. Pipi kanan dicium oleh Papa dan Kiri dicium oleh Mama. Bukannya kesal justru Eric malah tersenyum senang. Ia benar-benar bahagia bisa menjadi anak dari Papa Mark dan Mama Aila.