✨ Iam back 🦭✨
Blar!
Blar!Sekelibat cahaya kilat menyambar di langit, menyongsong suasana hujan malam yang kian menderas selaras dengan rintik air yang turun dari awan di langit.
Udara dari hujan malam yang teramat dingin berhembus. Memasuki celah-celah ruangan dengan mudah. Dinginnya malam hujan ini tak bisa di rasakan oleh sepasang insan yang tengah sibuk berbagi atmosfer panas. Sang gadis nampak memejam dengan dahi mengerut dan perasaan resah. Sedangkan pemuda yang tengah asyik menyusu di dadanya dengan rakus terus melancarkan aksinya.
Ravena memang bodoh. Beberapa menit lalu ia dengan mudah menyerahkan semuanya pada Kakak tirinya. Maka ia harus menanggung semua akibatnya. Lehernya di penuhi kiss mark yang amat ganas dari Jeno. Setelah menyusu cukup lama, perlahan ciumannya turun menuju perut gadis itu. Aroma feromon dari tubuh Ravena benar-benar memabukkan. Jemari Jeno perlahan melepaskan celana pendek yang Ravena kenakan. Bisa di rasakan celana dalam gadis itu sudah sangat basah. Jeno menyeringai membuat Ravena meneguk ludahnya.
"Lo udah basah banget. Sejak kapan belajar sange?" tanya Jeno membuat Ravena tak mampu menatap wajahnya karena malu.
Kaki jenjang Ravena bisa terlihat dengan jelas. Napas gadis itu kembang kempis membuat perut datarnya tampak naik turun dengan seksi. Jeno tak dapat menahan lagi. Ia segera menarik celana dalam Ravena hingga bisa menatap dengan bebas bagian bawah milik adik tirinya yang sangat mulus dan seksi. Mengikuti nalurinya Jeno mengecup pelan mahkota Ravena yang cantik dan menggiurkan. Wangi semerbak keluar dari kewanitaan gadis itu membuat Jeno tak tahan hingga jemarinya mengobrak abrik lubang dengan tonjolan biji kecill yang sangat sensitif.
"Heumhhh ahhh sakithhh," keluh Ravena di sela suara hujan yang makin menggerogot suasana. Sedang bagian bawahnya terasa geli dan perih kala Jeno mengobrak - abrik menggunakan dua jarinya dengan brutal.
"Eunghhhh ahhh!"
Ravena mengatur napasnya setelah mengeluarkan orgasme yang cukup deras. Mulutnya kembali terbuka saat Jeno dengan rakus mendecap vaginanya. Paha Ravena merapat, menjepit kepala Jeno. Tangan Jeno melebarkan kembali paha Ravena membuat gadis itu memekik.
"Ahhh!"
Lelehan cairan kembali keluar dari lubang vagina milik Ravena akibat Jeno terlalu brutal mendecap-decap ke dalam lubangnya yang dirasa semakin hangat dan panas karena beradu dengan liur dan lidah Jeno yang semakin liar bergerak-gerak semaunya.
"Ahhhhh akhhhhh!" Ravena melebarkan mata saat semburan air yang deras menyemprot dari titik sensitifnya.
"Woaw, squirt!" komentar Jeno.