Happy Reading
"Song Kiren, kamu sedang apa?" tegur Boa karena sedari tadi gadis itu mondar mandir didepan pintu ruangan pemotretan Veronica.
Song Kiren yang merasa terciduk menggaruk kepala belakangnya. Meski Boa terlihat mencurigainya, tapi gadis itu memikirkan 1001 cara agar ia bisa melakukan keinginannya.
"Aku, mau kenalan sama Veronica. Dia artis baru disini dan aku belum pernah mengobrol dengannya."
Boa menatap Kiren penuh selidik. "Maaf, tapi bukannya mengatur hak artis sesama artis tapi dia sedang sibuk sesi potret. Mungkin nanti siang kau bisa kesini lagi."
"Atas dasar apa kamu larang aku?" Kiren menatap Boa dengan kesal.
Boa baru saja hendak angkat suara lagi. Tapi seseorang membuat ia tidak harus berdebat panjang lebar.
"Jangan ganggu privasi sesama artis, Song Kiren. Kembali bekerja." Chenle berucap dengan dingin membuat gadis itu menciut. Namun diam-diam gadis itu mengepalkan tangan.
Boa melayangkan tatapan maut pada Kiren kemudian kembali menuju ruangan.
"Udah makan belum?" tanya Chenle. Kali ini tatapannya tidak dingin seperti tadi. Malah sangat hangat dan friendly, hal itu membuat Boa mengulum senyum.
Veronica mengangguk. "Udah, barusan. Kamu kok kesini? Eh, maksudku Sajangnim, maaf."
"Aku disini mau memastikan biar kameramen gak sentuh-sentuh kamu."
"Uhuk!" Beberapa staff yang menguping terbatuk.
Vero menggeleng tak percaya. "Tapi kamu bikin mereka takut, nanti jadinya gak fokus."
Tapi yang namanya Zhong Chenle, selalu melakukan hal sesuka hatinya. Memilih memposisikan dirinya dengan nyaman di sofa dan menyilangkan kakinya.
"Gak papa, justru kalau ada aku disini mereka bakalan semakin professional. Semangat buat kamu." Chenle menepuk pundak Veronica membuat gadis itu reflek kaget.
"Oke! Sesi pemotretan kelima, dimulai!"
Para staff dan kameramen sigap memulai pekerjaannya. Chenle benar-benar memantau mereka, dan tidak ada satupun kameramen yang berani menyentuh gadis itu. Boa hanya bisa terkekeh dalam hatinya. Sepertinya para kameramen tersindir oleh perkataan Chenle tadi dan mereka langsung takut.
Vero baru saja berganti pakaian lagi, kali ini konsepnya adalah bikini. Gadis itu hanya menggunakan dua kain penutup tubuhnya. Menampilkan lekuk tubuh yang tanpa sadar membuat CEO nya yang sedang memperhatikan itu meneguk ludah.
Dan detik itu juga Chenle langsung berdiri dari sofa yang ia tempati. Ia maju menghadap semua staff dan kameramen.
"Siapa yang menyuruh konsep kayak gitu?" protesnya.
Kameramen dan para staff seketika saling tengok. Ia benar-benar takut jika CEO nya itu sudah mengomel.
"I - ini permintaan brand, Sajangnim."
Boa maju ke arah Chenle. "Brand dari sebuah perusahaan pakaian yang sahamnya sedang melunjak drastis mengonsep pemotretan bikini untuk Veronica. Apa kamu gak setuju?" tanya Boa sambil menepuk pundak Chenle agar agak tenang dan tidak meledak-ledak.
"Jangan terima kalau konsepnya bikini, aku gak suka. Cancel sekarang, aku gak peduli soal saham mereka. Pokoknya cancel."
Veronica bingung sendiri, kenapa Chenle terlihat tidak suka? Apakah ia jelek sekali saat memakai bikini? Padahal ia selalu memakai satu pakaian saat menjadi putri duyung. Chenle aneh sekali.
"Kamu gak suka aku pakai kayak gini, Chenle?" Boa dan semua staff melebarkan mata saat Vero bertanya seperti itu.
Chenle menggeleng. "Bukannya gak suka, tapi foto pake pakaian kayak gitu tuh gak boleh. Gak baik, ngerti?"
Dari pada pembicaraan mereka semakin panjang, Boa segera menuntun Vero menuju tempat berganti pakaian.
"Jangan takut, dia gak marah sama kamu. Justru dia peduli sama kamu, dia gak mau tubuh kamu dilihat banyak orang. Kamu bisa ngertiin kan?"
Veronica mengerjapkan mata mendengarkan pernyataan Boa. Jadi Chenle peduli padanya? Tapi memangnya kenapa jika orang-orang melihat tubuhnya? Kan hanya lihat, bukan menyentuh. Bahkan saat ia menjadi putri duyung juga ia biasa menggunakan pakaian seperti itu.
"Ayo pulang," ucap Chenle singkat sambil menarik tangan Vero. Gadis itu semakin tidak tahu kenapa Chenle bersikap seperti ini.
Bahkan saat di lift Chenle tidak mengucapkan apapun. Terlihat diam, kaku dan tidak ramah seperti biasanya.
"Kamu marah? Apa aku salah kalau aku pemotretan pake pakaian kayak gitu?"
Chenle memejamkan mata. Ia berusaha menahan emosinya saat ini, tapi mengingat gadis polos di hadapannya itu. Yang memang sangat polos jadi ia tidak punya pilihan lain selain mengatakan apa yang ingin ia katakan.
"Oke, gue gak suka kalau orang lain lihat tubuh lo sebebas itu."
Veronica menatap Chenle semakin bingung. "Maksud kamu apa sih? Gak suka? Emangnya kenapa? Bukannya itu bikin perusahaan kamu makin naik ya, kalau pemotretan semakin bagus."
Chenle menghela napas pelan. Ia menarik Veronica agar semakin dekat ke arahnya.
"Lo tau istilah cowok suka sama cewek gak?" tanya Chenle lagi.
"Maksud kamu, cinta? Kayak Rara sama Jisung?" Vero menatap Chenle penuh tanda tanya.
Chenle mengangguk. "Iya, kayak gitu. Lo paham kan?"
"Berarti Chenle suka Ver-"
Perkataan Vero terbungkam karena Chenle mencium bibir nya tiba-tiba. Gadis itu melebarkan mata. Ia tidak tahu harus melakukan apa, ia bahkan tidak bisa menggerakkan tangannya sedetik pun. Terlebih ketika Chenle menggerakkan bibirnya, sungguh ada nuansa aneh di dalam tubuh Vero. Seperti ada sesuatu yang menggelitik.
Ting!
Pintu lift terbuka, dan saat itu Chenle melepaskan ciumannya.
"Iya, gue suka sama lo. Dan gue gak suka kalau orang-orang perlakuin lo seenaknya. Termasuk pemotretan pake baju kayak tadi. Gue gak suka banget."
To be continue...