"Na," panggil Ren sembari mengelus surai cokelat Jaemin yang berada di dekapannya.
"Hmmm," jawab Jaemin, pria itu menengok ke atas sedang mulutnya masih terisi penuh oleh benda favorit yang selalu ia minta setiap harinya bahkan setiap ia menginginkannya.
"Kamu mulai bekerja di rumah sakit kapan? " tanya wanita itu sesekali menggigit bibir karena Jaemin masih menghisap organ empuk di dadanya.
Akhirnya Jaemin melepas kulumannya dengan pelan. "Aku yang punya, jadi hanya menghandle saja sih. Mungkin kalau ada operasi besar baru aku tangani."
"Kenapa?" tanya Jaemin seakan tahu bahwa istrinya menginginkan sesuatu.
Istri Na Jaemin tersebut menggeleng, namun sepersekian detik ia menggigit bibir. Rasanya sangat tidak tahan jika ia hanya diam tanpa mengungkapkan keinginannya.
Jaemin menyatukan alisnya, pasti istrinya sedang menahan sesuatu karena malu mengungkapkan. "Aku sudah bilang, katakan apa yang ingin kau katakan. Jangan pernah menahannya, sayang."
Pada akhirnya Ren tidak tahan, ia menunduk malu dengan pipi merona. "Kemarin aku memutar film breaking down. Di dalam film itu Bella dan Edward bulan madu ke pulau Esme, disana ada sungai yang segar sekali dan sunyi. Kemudian keduanya bercinta hehe," jujur Ren pada akhirnya.
Tangan panjang Jaemin terulur mengambil ponsel di meja depan sofa yang mereka tempati. Pria itu tampak menggeser layar hingga terhubung dengan seseorang.
"Tolong siapkan tiket pesawat ke Brazil sekarang, aku tidak mau menunggu lama. Terimakasih."
Ren melebarkan matanya. "Tidak harus sekarang Jaemin," kagetnya.
Jaemin memejamkan mata sambil menggeleng, pria itu masih bersandar di kepala sofa. "No no no, jangan menahan apapun yang kau inginkan. Ayo segera bersiap, satu jam lagi pesawat datang."
Benar - benar Jaemin adalah pria yang penuh dengan kejutan. Ia bahkan tidak mengizinkan wanitanya menahan sebuah keinginan. Jika memiliki sayap, Ren ingin terbang rasanya. Wanita itu menahan tangan Jaemin yang hendak beranjak.
"Ada apa sayang?" tanya Jaemin lagi dengan sabar.
Cup!
Secepat kilat Ren mengecup bibir manis Jaemin, setelahnya wanita itu terkekeh dan segera berlari menuju kamar. Jaemin terdiam ditempatnya sambil terkekeh. "Sampai di tujuan akan ku tuntaskan segalanya." Seringai pria itu muncul, pandangannya fokus pada punggung kecil sang istri yang tampak menjauh.
Penerbangan sedang berjalan, seperti biasa Ren sangat tidak suka menikmati penerbangan. Ia memilih memejamkan mata, kali ini tanpa disuruh pun langsung bersandar nyaman di bahu prianya.
"Kamu tidak mau makan sayang?" tawar Jaemin sambil mengiris steak yang menjadi menu makan siang yang ia pesan di pesawat.
Ren menggeleng pelan, matanya setia terpejam. "Aku masih kenyang sarapan tadi pagi," bohongnya padahal sebenarnya wanita itu takut mual jika makan di pesawat.