Don't forget vote and komen ~
Sorry banyak gimmick ~
Author amatir ~Happy Reading
Viola menatap Jaehyun dengan tatapan nanarnya. Kedua matanya masih setia mengeluarkan air mata tanpa henti. Gadis itu terisak pilu. Ia menggeleng patah - patah sembari mendekati Jaehyun yang duduk di sofa ruang tamu sembari memijat pelipisnya yang pusing.
"Tapi kak, Viola cinta sama Renjun."
Jaehyun menghela napas panjang. "Kamu bukan cinta, itu cuma napsu. Kalian masih terlalu muda untuk menjalin hubungan."
"Kamu pikir dengan kamu ditinggal ayah, ibu dan kakak yang sibuk... Kamu bebas melakukan hal pacaran dan tidak senonoh seperti remaja diluar sana?"
Gadis itu semakin terisak. Ia benar-benar tidak bisa jika harus berpisah mendadak seperti ini. Jalan cintanya yang ia pikir rapi ternyata akan mengalami nasib seperti ini.
Pikiran Viola kalut, ia berjalan meninggalkan Jaehyun yang masih duduk di sofa ruang tamu. Gadis itu berusaha menghapus air matanya yang terus mengalir. Langkahnya tidak berhenti, ia mencari sesuatu yang sedang ada didalam pikirannya.
Entah setan apa yang merasukinya, Viola tersenyum tipis melihat benda yang sekarang ia genggam. Mungkin cinta telah membuatnya menjadi sebodoh ini. Ia bahkan tidak memikirkan masa depan, dan apa yang akan terjadi padanya setelah ini.
Jaehyun mengerutkan kening curiga, seperti ada perasaan tidak enak dalam hatinya. Pria itu bangkit dari sofa dan segera berjalan mencari Viola di setiap sudut rumah besar itu.
Langkahnya terhenti didepan pintu dapur, mata elangnya menangkap pemandangan tidak enak. Dilihatnya gadis yang merupakan adiknya itu mengangkat tangan kirinya tinggi - tinggi sembari memegang sebuah benda yang bisa merenggut nyawanya detik itu juga.
Jaehyun berlari dengan cepat, namun semua terlambat. Darah yang keluar dari nadi itu memancar, kemudian mengalir banyak. Tubuh Viola jatuh saat itu juga dan berhasil di tompang Jaehyun.
"Viola!" teriak Jaehyun, pria itu segera merogoh ponselnya dan menghubungi ambulan secepatnya.
Tangannya meraih sebuah apron kemudian ia belitkan di pergelangan tangan gadis itu yang masih mengeluarkan banyak darah.
"Kak... Jaehyun," lirih Viola.
Jaehyun menggeleng. "Bertahan Vio, bertahan."
Viola menggeleng lemah. "Enggak kak, aku kayaknya udah.. uhuk- uhuk," mulut Viola mengeluarkan darah.
"Aku udah gila kak," ucapnya dengan mata tak ada harapan.
Air mata Jaehyun mengalir, ia benar-benar kakak yang bodoh. Harusnya ia tahu posisinya, dimana sang adik yang memang jarang diberikan kasih sayang. Selalu ditinggal dirumah sendirian, bahkan saat Viola sakit. Andai Jaehyun bisa memutar waktu.
"Viola!" teriakan itu membuat kepala lemah Viola menengok juga Jaehyun yang masih mengeluarkan air matanya.
Renjun mengambil alih, ia tidak percaya dengan apa yang dialami gadisnya.
"Uhuk - uhuk, Kak maafin aku. Semoga setelah ini, kakak lebih bahagia ya." Viola tersenyum dengan mulut penuh darah.
Renjun menggeleng kuat, tangannya menghapus darah di mulut Viola. "Enggak sayang, kamu harus bertahan. Habis lulus kuliah kita harus menikah, dan punya anak cucu yang banyak. Kamu harus bertahan." Air mata Renjun tak dapat terbendung. Ia bisa gila juga bila Viola mati, karena sebenarnya Viola lah yang perlahan menghapus trauma Renjun. Gadis itu benar-benar bisa membuat Renjun nyaman.
Namun segalanya terlambat. Ambulan juga belum kunjung datang. Jaehyun sangat frustasi, ia menelepon puluhan ambulan yang ada di kota itu, ia hampir membanting ponselnya. Ia bahkan sudah menawarkan banyak rumah sakit untuk di sogok demi keselamatan adiknya.
"Maafin aku Huang Renjun, aku cinta sama kamu."
Renjun semakin terisak, ia terus menerus menyebut nama gadisnya sembari berkata bahwa ia bisa bertahan.
Namun mata Viola melemah, senyuman tipis gadis itu terukir.
WIUUUUUU WIUUUU WIUUUU WIUUUU
Suara ambulan memenuhi pendengaran mereka. Namun Viola sudah terpejam tak berdaya.
Selamat tahun baru yah.
Semoga kalian semua sehat sehat, semakin sukses, bahagia, dan hari harinya enjoy and fun.Makasih udah mau baca cerita amatir ku hehe.
Love you 🥰
Lanjut gak nih?