Happy Reading
Yok vote yang banyak biar aku rajin update
Dan tinggalkan jejak 👣 yaa gaiseee
"Lee Jeno!" panggil Haechan saat Jeno selesai membersihkan badannya di kamar mandi sekolah setelah selesai bermain basket.
Pemuda tampan itu menengok ke arah Haechan yang berjalan santai sembari menghembuskan asap vapornya. Tangan kanannya yang bebas merogoh saku. Kemudian mengeluarkan semacam benda kotak kecil seukuran kuku. Jeno mengerutkan kening bingung.
"Lo pasti bakal seneng lihat ini."
Haechan memasang alat itu ke dalam memori dslr nya. Setelahnya memutarkan sebuah video. Jeno memasang fokusnya pada video berdurasi satu jam tersebut. Selanjutnya ia terkekeh.
"Maksud lo apa Chan?"
Haechan menyeringai. Menampakkan wajah tengilnya yang diselimuti sebuah dendam. Sebenarnya Jeno tahu apa maksud teman sebayanya ini, namun ia ingin memastikan lagi. Apa motif Haechan dibalik ini semua.
"Gue mau bantuin lo balesin dendam ke cewek succubus itu!"
Jeno menghela napas panjang. Haechan terlalu terburu-buru. Disisi lain, Jeno juga masih ada rasa nurani pada Jaemin yang merupakan sahabatnya.
"Gue gak mau Jaemin terseret Chan. Gue gak mau dia jadi jelek karena ini semua."
"Soal Jaemin gampang Jen. Secara dia orang terpandang. Kita cukup hancurin Velin aja." Haechan meyakinkan dengan wajah seriusnya yang jarang sekali terlihat. Pemuda itu selama ini selalu bercanda sehingga keseriusan ini adalah tanda bahwa ia sangat bersungguh-sungguh.
"Oke, pastiin Jaemin gak bakal kena imbasnya. Mau gimana pun meski gue benci banget sama kenyataan yang udah menimpa gue. Kisah pertemanan gue sama Jaemin gak bisa gue lupain gitu aja Chan. Lo tau kan kalau gue sama dia dari dulu udah sedeket itu."
Haechan mengacungkan jempol kirinya.
Setelahnya kedua insan sama jenis itu memisahkan diri mereka masing-masing. Jeno ke arah kiri sedang Haechan ke arah kanan.
Senja perlahan mulai menghilang. Langit sebentar lagi menggelap. Suasana jalan nampak sangat sunyi. Hanya ada beberapa kendaraan besar berlalu lalang. Jeno fokus mengendarai motornya menuju ke arah sekolah Ravena. Terlalu bodoh menjemput gadis itu jam segini. Karena harusnya ia menjemputnya sejak siang tadi. Fokus Jeno menuju ke arah trotoar sebelah kiri. Matanya menyipit memastikan sesuatu.
Jeno memberhentikan motornya saat melihat seorang perempuan berseragam SMP yang sangat ia kenal tengah berjalan sendirian di trotoar yang sepi. Jeno mengeram kesal.
Perempuan itu terhenti sekaligus terkejut kala Jeno menahan lengannya dengan erat.
"Kak Jeno." Semburat ketakutan tampak dari wajah perempuan itu.
"Lo kenapa jalan sendiri?"
Ravena terdiam. Ini sudah sangat sore jadi ia tidak yakin jika Jeno akan menjemputnya. Kepala Ravena menunduk merasa bersalah.
"Aku pikir Kak Jeno gak jemput. Karena udah sore."
Jeno menghela napas pelan. Jemarinya mengangkat dagu gadis itu.