Dear my sweet readers
Support me with vote and spam comment ⭐💬
Happy Reading
𓆉𓆟𓆡
Zraassshhhh!
Zraaassshhh!
Suara ombak di sekitaran pantai terdengar sangat kontras dengan sekelilingnya yang sepi. Tidak ada lagi yang mengunjungi pantai itu. Gelombang bergemuruh membawa buih-buih lautan yang membusa dan hilang jika sudah sampai di penghujung pasir atas.
Laut Seoul menjadi amat mengerikan semenjak kehilangan putra dari Sultan China yang benar-benar populer di dunia. Juga kisah 7 pemuda yang selalu mengarungi banyak pantai itu, mungkin berakhir di sini. Banyak kemudian orang yang enggan mengunjungi pantai Seoul yang terkenal dengan pasir putih nya. Kerang cantik berwarna warni yang sering di kumpulkan juga kini tak lagi di lirik. Beberapa kerang mengendap di bebatuan karang pinggir dengan mutiara yang terkumpul di mulutnya.
Suasana nampak lebih cerah dari biasanya. Padahal ini sedang musim penghujan. Dalam keheningan yang berselimut sepi, seorang pemuda terdampar di pinggir pantai dengan ombak yang beberapa kali menghujam tubuhnya.
"Uhuk!" Ia terbatuk. Kembali terbangun dengan kepala pening serta pikiran kosong.
Linglung. Ia menatap sekitarnya dengan asing. Perlahan berdiri dari pantai putih yang mengotori tubuh dan pakaiannya. Tangannya mengibas-ngibaskan pakaian hitamnya yang basah dan penuh pasir. Berjalan gontai tanpa alas kaki. Ia menatap sekeliling pantai dengan tatapan kosong. Berhenti pada sebuah karangan bunga cantik dan sebuah pigura kotak yang berada di antara karangan bunga tersebut.
Di tatapnya foto di dalam pigura tersebut seraya mengerutkan kening.
"Kok mirip?" gumamnya.
Menatap wajahnya dari bayangan kaca. Ia menyentuh sejenak kepalanya. Namun yang ia dapati hanyalah memori kosong. Pandangannya menjadi buyar, kepalanya kembali pening sampai ia menjatuhkan pigura itu.
"Kepala gue kenapa sesakit ini ya?"
Sekarang yang ia pikirkan adalah kemana tujuan langkahnya setelah ini. Ia tidak ingat sejengkal pun tentang dirinya. Dan juga foto di dalam pigura tadi, kenapa mirip dengannya. Otak besarnya terus berpikir. Sampai mendung menyergap langit.
Ia mengerutkan kening ketika tangan kanannya menyelip ke saku celana jeans hitam. Ada sesuatu, ia segera menariknya keluar. Sebuah kertas tebal berwarna cokelat. Tampak asing di tangannya. Ia membuka kertas itu.
Rumahmu di apartement Seoul gedung 07 apartment pribadi.
"Sejak kapan gue ada apartment pribadi? Dan dimana gue sekarang?" Ia memijat sejenak pelipisnya kemudian berjalan sesuai peta yang ada di kertas cokelat tebal tersebut.
✥✥✥
Mata indah itu menatap kosong lautan. Gelombang besar tampak dari selatan sana. Namun tidak seperti biasanya, ia akan sangat antusias menawan ombak menggunakan ekor biru gemerlap yang sangat menakjubkan. Kini ia seperti sosok yang merasa sangat bersalah.
"Hey, Veronica. Kenapa kau terus melamun? Ratu Cordelia menggelar festival malam nanti. Apa kau tidak tertarik?"
Putri duyung dengan ekor biru gemerlap itu menggeleng. Membuat temannya heran. Karena tidak biasanya ia seperti ini.
"Apa kau sedang ditimpa masalah?" tanyanya lagi.
"Tidak, Keira. Aku hanya sedang malas bergerak kemana-mana."
Keira terkekeh. Putri duyung dengan ekor merah jambu yang indah gemerlapan itu menepuk pundak kiri Veronica. "Baiklah, kalau begitu aku mau ke suatu tempat dulu. Kau jangan pulang terlalu larut. Karena berdasarkan ramalan cuaca, nanti akan ada badai besar."
"Baiklah, hati-hati Keira." Duyung biru itu melambai pada temannya. Keira menampakkan senyum manis kemudian berenang menjauh. Ekornya mengeluarkan bunyi kecipakan di atas laut tenang.
Helaan napas berkali-kali terdengar resah. Entah mengapa sejak tadi ia memutuskan untuk memulangkan manusia asing ke daratan. Mendadak hati putri duyung berekor biru itu menjadi murung.
"Bagaimana jika ia tidak selamat?" gumamnya pelan.
"Bukankah dunia manusia dan daratan itu mengerikan? Ia tampak lemah, bagaimana jika ada yang menyakitinya?"
Beberapa jam yang lalu.
Di pinggir pantai yang tenang. Veronica berhasil membawa manusia itu ke daratan.
"Destiny, tunjukkan aku di mana ia tinggal."
Seekor ikan berwarna putih bercahaya muncul ke permukaan. Membawa sebuah kertas tebal berwarna cokelat.
"Apa ini permintaanmu? Aku sudah menuliskan alamat dan arah jalannya disitu." Ikan putih bercahaya tersenyum, Destiny namanya. Si ramah yang suka membantu semua makhluk putus asa yang nampak resah di lautan.
"Terimakasih, Destiny."
Destiny menampakkan gigi putihnya. Lekas cahaya putihnya menyebar kemudian ia menghilang bersama cahaya itu.
Veronica menghela napas pelan. Ia membaringkan manusia berjenis kelamin pria itu di atas pasir pantai. Sebelumnya bingung dimana ia bisa meletakkan kertas cokelat itu. Namun ia melihat ada celah di sisi celana pria itu. Perlahan tangannya memasukkan kertas itu ke dalam celah yang bisa di masuki sesuatu. Berharap ketika bangun, ia bisa mendapatkan petunjuk.
𓆉𓆉𓆉
Sebuah gedung apartment berlantai tujuh menyambut kedatangan pria linglung yang kehilangan memorinya. Ia terdiam sejenak sebelum menempelkan jempol nya pada sebuah layar yang bertuliskan finger print.
Pintu apartment terbuka, membuat ia melebarkan mata. "Ini beneran rumah gue?"
Langkahnya menapaki apartment sepi. Benar-benar sunyi tanpa kehidupan. Juga banyak lilin wangi berwarna putih dan karangan bunga yang di tata memanjang di sepanjang jalan ruang tamu apartment tersebut.
Ia kembali melihat pigura dan foto yang ukurannya lebih besar dari yang ia lihat di pinggir pantai tadi. Pemuda itu kembali menghela napas pelan.
"Njir! Apa gue amnesia ya? Ini beneran wajah gue kan? Kenapa banyak bunga kematian disini. Apa semua orang ngira gue mati? Gue sebenarnya siapa sih!"
Pemuda itu nampak emosi. Namun ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kamar mandi. Ia harus benar-benar membersihkan tubuhnya yang penuh pasir.
To be continue!
Sejauh ini gimana tanggapan kalian?
Jangan lupa vote komen.
Terimakasih :3