Sebuah elusan tangan dingin membangunkan tidur seseorang. Viola membuka matanya perlahan dan tatapannya langsung beradu pandang dengan wajah indah di atasnya. Viola tersenyum tipis seraya mengelus punggung tangan yang berada di pipinya.
Seperti biasa, wajah dan mata itu selalu berhasil membuat Viola terpukau. Dielusnya pipi Renjun yang sekarang ia tangkup dengan kedua tangan. Merapihkan poni pria itu yang sekarang ia semir kecokelatan. Renjun itu tampan dan manis.
"Kamu kapan kesini?" Suara serak Viola menyapa. Terlalu banyak muntah di malam tadi membuat tenggorokannya kering. Renjun segera meraih gelas berisi air putih di atas meja sebelah ranjang Viola. Gadis itu dibantu Renjun setengah berbaring kemudian meneguk pelan air putihnya.
Air yang membasahi tenggorokannya membuat perasaannya lebih baik. Viola memejamkan matanya, merasakan pusing yang masih terasa di kepalanya meski rasanya kadang muncul dan pergi begitu saja.
Renjun mengelus surai gadisnya yang tampak lemas. "Kata Kak Jaehyun kamu sakit, kenapa gak mau periksa?" Wajah khawatir Renjun mendominasi. Guratan khawatir jelas terlihat dari wajah mempesona Huang Renjun. Melihatnya, Viola terkekeh geli. Ia meraih wajah tampan itu kemudian mengecup pelan bibir Renjun membuat pria tersebut tersenyum malu.
"Aku gak butuh periksa, aku cuma butuh kamu." Renjun terpaku mendengar pengakuan Viola yang tampak indah mengalun di telinganya.
Viola menggeser posisinya mengisyaratkan Renjun agar berbaring di sebelahnya. Ini memang aneh, namun Viola sangat ingin memeluk pria itu. Terutama aroma tubuh Renjun dari tadi membuat Viola tenang. Bagai essential yang membuat pusing seketika menghilang. Peka dengan isyarat wanitanya, Renjun segera berbaring di sebelah Viola. Memeluk wanita itu dan mengelus pelan surai rambutnya. Sementara Viola langsung menghirup aroma tubuh Renjun yang sangat segar dan membuat dirinya tenang. Rasa muntah nya yang tadi sedikit datang berangsur menghilang. Ini sangat aneh.
Pria itu mencium pucuk kepala Viola dengan sayang. Membuat wanita dalam dekapannya terpejam merasakan kenyamanan.
"Tumben kamu kayak gini," ucap Renjun sembari mengelus pelan punggung Viola.
"Gak tau, rasanya pengen deket terus sama kamu. Jangan pergi ya," ucapan itu terluncur aneh. Renjun sempat mengira wanita itu mabuk. Namun kenyataannya ia sedang sakit. Tidak biasanya Viola mengungkapkan perasaannya seperti itu.
Terdengar napas teratur dalam dekapan, pria itu tersenyum manis. Secepat itu Viola tidur dalam dekapannya. Rasanya ingin segera menjadikan wanita ini miliknya seutuhnya tanpa batas penghalang.
♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛
Hari biasa mulai terjalani. Viola masuk kampus dan melakukan praktikum seperti biasanya. Ia fokus meracik resep obat yang telah di jelaskan dosen tadi. Pandangannya sangat teliti melihat berapa presentase campuran yang ia ukur. Dan segala praktek yang di lakukan di jurusannya.