Happy Reading
"Veronica, ada yang cariin kamu di depan."
Menatap Boa dengan pandangan heran, ia sedang memasukkan beberapa barang bawaan ke dalam tas. Hari sudah sore, saatnya Veronica pulang. Tiba-tiba sekali ada yang mencarinya.
"Haechan cari kamu, apa kalian saling kenal?" tanya Boa.
Veronica terlihat bingung. "Pernah ketemu pertama di rumah sakit kemarin. Kalau gitu Vero turun duluan ya Eonnie."
Boa mengangguk. "Hati-hati ya."
Menginjakkan kaki didepan gedung agensi. Veronica bisa melihat sosok pria dengan outfit serba hitam. Kakinya jenjang, kulitnya Korean tan juga senyumannya mempesona.
"Sorry bikin lo kaget. Gue mau ngomong sesuatu sama lo, Veronica."
Gadis itu menatap Haechan dengan bingung. "Ngomong apa?" tanya Veronica.
Haechan mendekati Vero yang nampak ragu. "Ayo kita ngobrol di cafe aja gimana?" tawar Haechan.
Mobil range rover Haechan sampai di sebuah cafe yang terletak di pinggiran jalan. Beruntung suasana cafe terlihat sepi. Apa mungkin Haechan sudah merencanakan ke tempat yang sepi, agar obrolannya bisa lebih nyaman. Entahlah.
"Lo suka minuman apa?" tanya Haechan.
Vero terlihat berpikir. "Vanilla latte."
Haechan terkekeh. Polos sekali gadis di hadapannya, memang satu species seperti gadis yang ia cintai.
Menunggu sampai pesanan datang, barulah Haechan memulai percakapan.
"Ver, sorry mungkin ini bikin lo kaget. Tapi, gue harus banget bilang ini ke lo."
"Ada apa, Haechan?"
Tatapan polos Veronica, serta iris mata gadis itu benar-benar ala makhluk yang seharusnya berada di habitat mereka.
"Lo masih inget Keira?" Haechan mengecilkan volume bicaranya.
Veronica melebarkan mata. "Kok Haechan bisa tahu Keira?"
Haechan menarik napas panjang sebelum menceritakan semuanya.
"Kembali di mana gue sama Chenle sama-sama tenggelam. Dia diselametin sama lo, dan gue...
"Keira yang nyelametin gue, cewek itu. Dia lucu, polos, unik. Ya mungkin gelagat kalian sama."
"Sejak saat itu, gue sering banget luangin waktu buat ketemu sama Keira di pinggir karang darat."
"Lo tau? Setiap gue ketemu dia, selalu dia bilang kangen sama Veronica."
"Dan terakhir, dia bilang katanya dia kangen banget sama lo sampe dia kesepian. Malem itu, gue beraniin diri habis pulang kerja. Gue ke laut, nyariin Keira. Tapi, yang gue temui malah putri duyung species serem. Gue di seret, sampe gue gak berdaya."
Flashback...
Raaaghggggghhhhh
Haechan gelagapan, tubuhnya di seret oleh sosok mengerikan berwujud manusia setengah ikan. Tidak, bukan putri duyung. Putri duyung itu cantik, ini lebih mirip seperti siluman.
"Heh! Lo siapa!" gertak Haechan. Tubuhnya terus di tarik.
"Keiraaaaa!" seru Haechan, berusaha melepaskan cengkraman tangan kuku panjang yang berwarna krem seperti ikan terkutuk.
"Lo ngapain anjir!" Haechan berusaha mendorong makhluk itu. Tapi dia menatap Haechan dengan marah.
Kraaaakkkhhhhh...
Mencakar Haechan dengan brutal. Pria itu pingsan tak sadarkan diri.
Sebuah cahaya muncul, berwarna pink cerah. Di susul dengan sosok yang berenang cepat. Melawan siren jahat, dimana siren langsung mental cukup jauh.
"Raaghhhh..."
"Pergi! Tinggalkan dia!" seru seekor putri duyung yang tampak kesal.
Siren takut, ia bahkan sudah takut melihat cahaya yang memancar dari tubuh putri duyung tersebut.
"Haechan..."
Keira bisa melihat pria itu tidak berdaya. Perlahan membawa Haechan berenang ke atas darat.
"Haechan, kamu masih hidup kan?" Pria itu terlihat tidak bernapas.
Keira terlihat sedih, ia memeluk Haechan. "Sumpah kenapa sepi banget ya?"
"Haechan aku gak tau gimana mantranya, tapi aku bisa sembuhin kamu sedikit." Keira menyentuh luka bekas cakaran siren di tubuh leher Haechan. Gemerlapan cahaya terlihat dari tangan gadis itu. Luka Haechan yang terletak di leher sudah hilang.
Keira melebarkan mata. Baru saja ia hendak menyentuh luka yang ada di tangan tapi...
"Haechaaaaaaaaann."
"Lee Haechaaaaaaaaann, lo dimana?"
Keira terlihat panik. "Chan, itu kayaknya temen kamu. Aku taruh kamu disini ya, semoga habis ini kamu sembuh. Aku mencintai kamu."
Flashback off...
"Haechan, anterin aku ke Keira sekarang." Veronica tidak bisa menahan air mata rindunya.
"Tapi, Ver. Kalau lo jadi ikan lagi gimana? Bukannya lo harus mencari cintanya Chenle."
Veronica mengerutkan kening. "Kok Haechan tau sih?"
"Gue banyak baca buku tentang kalian."
Veronica terdiam. "Chan, menurut kamu apa sebaiknya aku jujur ke Chenle?"
🐬
"Ra, menurut kamu kalau misal kamu jadi putri duyung. Apa bisa jatuh cinta sama manusia?"
"Apa sih Ji! Jangan bikin aku pusing!" pekik Rara frustasi. Sebab dari tadi Jisung memainkan pikirannya.
Pikiran Jisung sedari kemarin terus saja di penuhi oleh cerita Renjun yang terngiang di kepalanya.
Jisung terkekeh, entah mengapa membuat Rara emosi justru mengisi penuh tenaganya. Ia menarik Rara ke dalam pelukan.
"Aku cuma tanya, sayang." Jemari Jisung mengelus kepala Rara.
"Pertanyaan kamutu gak beda kayak betapa keponya kamu sama Alien."
Jika dipikir iya juga ya. Tapi masalahnya ini lebih realistis dari pada makhluk hijau bermata besar seperti kaca helm itu.
"Tapi Ra, aku serius." Jisung menatap Rara seakan-akan ada sesuatu yang ia sembunyikan tapi ragu untuk di keluarkan.
"Bisa ceritain ke aku dengan jelas, Tuan Park? Kamu bikin aku emosi sumpah!"
Loading lama terlebih dahulu. Jisung seperti sedang bertelepati. Hal itu membuat Rara menghela napas bosan. Terkadang apa yang Chenle bilang benar juga. Kenapa ya Rara bisa menerima pengakuan cinta dari pria se aneh Park Jisung. Kadang otak Rara sampai ingin meledak melihat tingkah aneh pacarnya ini.
"Park Jisung!" seru Rara dengan galak.
Jisung tertawa. "Iya-iya, aku serius sekarang."
To be continue....