Bagaimana kabar kalian?
Aku harap kalian sehat, aman dan selalu bahagia. Btw di tempatku besok udah lebaran hehe. Tempat kalian kapan?Minnal aidzin wal faidzin.
Mohon maaf lahir dan batin ya gaess.
Sehat terus, jangan sakit :"(
Love.....Happy Reading
Aila memandang dengan aneh penampilannya. Sang ibu bersikukuh menyuruh ia ganti baju selayaknya wanita. Gadis itu berusaha tidak menolak. Kini ia memakai dress selutut serta sneakers yang tampak girly. Aila menghela napas panjang. Rasanya sangat aneh dan tidak nyaman.
Setelah mengeluarkan mobil dari garasi, Aila membukakan pintu mobil untuk Ibu.
"Terimakasih sayang," ungkap Ibu. Aila mengangguk tanpa berekspresi. Sang Ibu mengulum senyum. Ia sangat suka anak perempuannya berpenampilan cantik dengan dress yang feminim. Meski rambut pendeknya mendominasi, tapi Aila tetap terlihat anggun dan cantik.
Mereka sampai di swalayan terlengkap yang terletak di pinggiran Kota Seoul. Aila membantu mendorong troli. Mengikuti langkah sang Ibu dari belakang. Gadis itu sangat bosan menatap deretan barang yang tersedia di swalayan. Oh ayolah, Aila bahkan tidak tahu apa arti shopping seperti wanita pada umumnya. Dia hanya gadis SMA yang lebih suka memakai pakaian rapat yang terlihat gentlemen. Menaiki motor besarnya serta menghirup vapor dan mengonsumsi alkohol.
Setelah 3 jam berkeliling, akhirnya selesai sudah belanjanya. Aila menghela napas lega. Ia barusan mendorong troli besar ke 7, dan ini menjadi troli terakhir yang akan di total barang belanjaannya. Ia benar-benar tidak habis pikir mengapa sang Ibu bisa membeli kebutuhan sebanyak itu. Selama ini ia hanya mendapat kiriman barang dari supermarket yang dipercaya.
"Barangnya langsung antar ke kediaman Tuan Huang ya. Terimakasih."
"Baik Nyonya Huang." Sang kasir menunduk hormat pada Ibu Aila. Sedang anak gadisnya itu hanya menatap bingung. Sebegitu terhormat nya orangtuanya di hadapan orang-orang. Bahkan Aila sendiri tidak pernah sehormat itu. Mungkin bisa dikatakan akhlak Aila pada kedua orangtua dan kakaknya itu 0 persen.
Sang Ibu tersenyum menatap Aila. Digandengnya tangan Sang anak kemudian melanjutkan ke tempat selanjutnya. Baiklah sepertinya ini belum berakhir.
Aila tersenyum kikuk kala para pegawai boutique milik Ibunya tengah memilihkan baju feminim untuknya. Aila benar-benar risih. Apalagi saat tubuhnya beberapa kali tersentuh tangan. Meski mereka wanita, tapi Aila benar-benar tidak pernah mendapat sentuhan dari siapapun. Sebisa mungkin Aila menahan emosinya, kala dirinya berkali-kali disuruh mencoba banyak baju. Terlebih baju itu memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan jelas. Aila benar-benar malu.