Jangan lupa vote and komennya ya :)
50 vote bisa gak sih??Happy Reading :)
Sudah sekitar satu jam keluarga Lee dan Huang berkumpul namun orang yang mereka tunggu belum juga datang. Renjun mengusap kasar wajahnya. Ia menarik Mark keluar setelah meminta izin pada orangtua mereka.
"Adik gue semalam kabur," ucap Renjun.
Mark melebarkan mata. "Kabur kemana?"
Renjun menghela napas. Mau tidak mau ia harus menceritakan semuanya pada Mark. Sahabatnya itu harus tahu bahwa adiknya jauh dari tabiat kehormatan marga Huang. Meski Renjun berat hati namun ia tidak bisa berbohong. Ini juga sebenarnya bukan murni sepenuhnya salah Aila, tapi kedua orang tua mereka yang tidak pernah perhatian dengannya sejak kecil. Renjun juga sebagai kakak gagal.
"Adek gue, dia sejak kecil gak pernah dapet kasih sayang dari Ayah ataupun Ibu. Mereka selalu sibuk ngurus perusahaan. Mereka terlalu berambisi sama kesuksesan dan kekuasaan. Sampai adik kecil gue gak tumbuh dengan kasih sayang orangtua yang harusnya dia dapet itu semua. Jadilah dia tumbuh jadi perempuan yang gak seharusnya. Dia balapan motor liar, tabiatnya kayak preman dan suka mabuk-mabukan."
"Maafin gue Mark, lo malah mau dijodohin sama adek gue."
Mark mencerna semua perkataan Renjun. Ia tampak berpikir raut mukanya tampak kebingungan.
"Siapa nama adek lo?"
"Huang Aila."
♛┈⛧┈┈•༶༶•┈┈⛧┈♛
Aila baru saja berhasil keluar dari mansion Mark. Ia berpura-pura ingin berjalan-jalan di taman seraya menghirup udara. Namun dengan seluruh jiwa jantan yang ia punya, gadis itu melompat dari tembok yang tinggi dan berhasil keluar dari area kediaman mewah pria yang menyelamatkannya tadi malam.
Gadis nekat itu berjalan cepat meninggalkan tempat kediaman Mark. Ia harus kembali ke club untuk mengambil motornya setelahnya ia akan tinggal sementara di base milik gengnya. Aila merogoh saku jaketnya. Ia membelalakkan mata kala ponselnya raib. Shibal! Ponselnya tertinggal di kamar pria semalam. Terlalu bodoh jika ia kembali untuk mengambil, pasti akan ketahuan.
Persetan dengan ponsel, Aila melangkahkan kakinya. Beruntung tak jauh dari lingkungan tersebut terdapat halte bus. Segera gadis itu melangkah menuju halte di pinggir jalan sepi itu. Tak lama kemudian ada bus ia segera masuk ke dalamnya.