Happy Reading
Seorang gadis bersurai panjang dengan dress selutut cantik yang ia kenakan serta sepatu agak tinggi berwarna putih senada dengan dress nya tengah terdiam di tempat duduk tengah mobil milik ayahnya. Sedangkan ayah dan ibunya tengah berbincang kecil di depan. Berkali-kali ia menghela napas gugup sebab tak tahu acara apa yang akan di hadirinya.
Sebenarnya sejak dari awal Ravena ingin sekali bertanya tujuan ayah dan ibu membawanya dengan penampilan seperti ini. Namun gadis tidak enakan itu mengurungkan niatnya dalam-dalam. Akhirnya ia hanya bisa terdiam dengan sejuta pikiran yang membludak di kepalanya.
Mobil mereka berhenti di sebuah restoran yang berada di hiruk piruk kota Seoul yang gemerlap. Sang ibu tersenyum ke arah Ravena. Membantu gadis jelitanya berjalan karena sebelumnya Ravena tidak pernah memakai high heels. Sekarang bahkan yang ia rasakan adalah pegal dan kram padahal baru berjalan beberapa langkah.
Ia masih terdiam kala sudah memasuki sebuah ruang VVVIP. Tak disangka keluarga kecilnya di sambut hangat sepasang suami istri dengan setelan formal sama seperti ayah dan ibunya.
"Selamat malam, lama tidak berjumpa Tuan dan Nyonya Lee."
Kedua orangtua Ravena membalas senyum sapa sepasang suami istri yang tengah menatapnya takjub dan hangat tersebut. Sedang Ravena hanya terdiam seribu bahasa. Bahkan tersenyum pun ia ragu.
"Iya, sudah lama sekali ya kita tidak bertemu. Terakhir saat Ravena masih kecil." Kali ini ibu yang menyeletuk.
Dengan hangat wanita paruh baya yang menyambut kehangatan mereka tadi mempersilahkan Ravena duduk. Masih dengan tatapan hangatnya yang tak lepas membuat Ravena mengukir senyumannya.
"Astaga nak, kamu sudah bertumbuh semakin cantik. Perasaan kemarin tante lihat kamu masih bocil gemes yang lari-larian sama Jeno dan Taeyong."
Ravena mengerutkan kening. "Taeyong?" batinnya tanpa bersuara. Ia benar-benar tidak tahu nama itu.
"Nah itu dia orangnya dateng," celetuk wanita paruh baya anggun yang sedari tadi memuji Ravena. Kali ini semua pandangan tertuju pada seorang pria yang datang dengan senyuman. Ravena hanya diam bahkan ketika pria itu tersenyum ke arahnya.
"Maaf Mama, Papa. Paman Lee dan Bibi Lee. Maaf atas keterlambatan Taeyong." Pria bernama Taeyong muncul tiba-tiba sembari tersenyum dan menunduk. Hal itu membuat kedua orangtua tersenyum.
"Sudah biasa kamu terlambat. Duduk di samping Ravena ya, kamu masih ingat gadis cantik ini kan?" tanya Mama Taeyong.
Pria itu lekas mengangguk sembari menatap Ravena. "Taeyong selalu inget. Ravena adeknya Jeno. Kok Jeno gak ada?"
"Jeno sekarang melanjutkan studinya di Amerika." Ayah Ravena menyeletuk membuat semua mengangguk-angguk.
Suasana hening sejenak.
"Ehm, baiklah kita mulai sekarang karena waktu semakin larut. Berkumpulnya kami disini karena ingin menjodohkan anak kami, Lee Taeyong dengan Lee Ravena." Ayah Taeyong berucap dengan pelan dan jelas. Sesekali menengok pada Taeyong maupun Ravena.
"Bagaimana, apakah Lee Ravena sudah menyetujui nya? Taeyong sendiri sudah setuju sejak kami berembug dengan dia seminggu lalu."
Ibu menyenggol paha Ravena. Membuat gadis yang sedari tadi menunduk itu mendongakkan kepalanya perlahan. Ia benar-benar tidak tahu harus berucap apa dan bagaimana. Melihat reaksi orangtua nya yang seakan berharap penyetujuannya Ravena jadi tidak bisa berucap apa-apa.
"Maaf tapi Ravena mau pikirkan matang-matang dulu."
Terlihat kekecewaan dari raut orang tuanya.
"Ravena, bagaimana bisa kamu mau berpikir dulu? Lee Taeyong adalah pria yang sempurna. Bagaimana bisa kamu meragukannya?" Ibu Ravena berucap tegas sedangkan Ravena hanya bisa meremat ujung dress nya sambil meneguk ludah.
Taeyong berdiri dari tempat duduknya. Ia tiba-tiba menarik Ravena pergi dari tempat menegangkan itu.
"Maaf para Ayah dan Ibu. Mungkin kami harus berbicara berdua dulu. Mohon maaf."
Ravena menghela napas panjang. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa dirinya akan dihadapkan pada situasi seperti ini.
"Gimana, apa yang kamu pikirkan sekarang?" Taeyong bertanya dengan nada hati-hati saat mereka berdua didalam mobil. Gadis disebelahnya nampak sangat campur aduk pikirannya.
Ravena menggeleng. "Maaf Kak Taeyong, kayaknya Ravena gak bisa nerima perjodohan ini. Tapi Ravena gak tau caranya bilang ke ayah dan ibu yang seakan bener-bener pengen Ravena nerima semua ini."
Taeyong menghela napas. "Apa kamu udah cinta sama seseorang?"
"Maaf kalau Ravena nyakitin hatinya Kak Taeyong. Tapi emang bener, Ravena dari dulu udah jaga hati buat seseorang. Meski kalau Ravena cerita, ayah dan ibu gak akan pernah setuju."
Taeyong tersenyum. Sejujurnya ia masih menganggap Ravena terlalu dini untuk menjadi seorang istri. Ia juga tidak akan tega memaksa gadis belia di sampingnya itu.
"Kakak paham, tapi kamu tahu kan gimana sifat kedua orangtua kamu kalau mereka sudah berkehendak?"
Ravena menampakkan wajah putus asanya. Membuat Taeyong terkekeh.
"Kalau boleh tahu, siapa cowok yang lagi kamu jaga sampe kamu nolak aku?" tanya Taeyong dengan nada menggoda.
Ravena menunduk. "Emm Kak Taeyong juga suatu saat bakal tahu."
Pria bermarga Lee itu menggelengkan kepalanya. Ia berpikir jauh dalam hati. Sepertinya dari pada menjadi istri, Ravena lebih cocok menjadi adik yang harus ia jaga.
"Hmmm kalau gitu kita harus punya rencana. Ayah dan ibu kita paling gak suka di tolak keputusannya."
Ravena mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk. Ia berani menatap wajah Taeyong dari samping.
"Rencana apa Kak?"
To be continue!
Kayaknya cerita Jeno nih bakal panjang beut ceritanya 🤣😂🤣😂😂