Happy Reading
Satu tahun kemudian...
Di sebuah gedung bertingkat sepuluh, seorang gadis berlari panik menyusuri koridor gedung. Sampai di sebuah lift ia segera memasukinya dan menekan tombol ke atas. Ia mengingat-ngingat tata cara yang pernah dijelaskan.
Habis itu kamu tekan tombol angka. Buat mau ke lantai berapa. Oh iya, CEO itu lantai 10 ya.
Jemarinya bergerak menekan tombol angka sepuluh. Sungguh ini masih pagi, tapi baginya pagi ini terasa horor. Ia harus bertemu dengan CEO nya sebagai member baru di agensi yang akan mengajarinya banyak cara untuk menjadi seorang publik figur.
Ting!
Suara itu membuat pintu lift terbuka. Gadis itu nampak agak terkagum tapi berusaha menetralkan ekspresinya. Ia melihat ruangan bernuansa biru. Matanya melebar karena takjub, seketika ia ingat kampung halamannya. Ya di laut.
"Hwang Veronica." Suara seseorang membuatnya langsung berjalan menuju ke dekat orang itu. CEO di agensi CJ Entertaintment.
Ingat, panggilnya Sajangnim. Itu untuk penghormatan pegawai pada CEO nya.
"Iya, Sajangnim."
"Lo tau agensi ini dari mana?" tanya pria yang duduk di atas kursi dan meja kebesarannya di ruangan.
Veronica mengerutkan kening. "Maaf Sajangnim, saya tahu agensi ini dari sutradara Kim Rara."
CEO mangut-mangut mendengar jawaban gadis itu. Ia terkekeh melihat gadis yang ada di hadapannya itu terus menunduk. Bagaimana kalau punggungnya encok? Siapa yang repot? Belum lagi high heelsnya yang tinggi, kakinya saja bahkan sedikit oleng karena sepatu yang dipakai.
"Tegakin kepala lo!" pinta CEO.
Veronica mendongak ke atas. Mengundang tawa receh CEO nya yang sebenarnya masih memiliki sifat kekanak-kanakan.
"Maaf Sajangnim, kenapa anda menertawakan saya?" Veronica bertanya dengan polosnya.
"Sekarang gue tanya, kenapa lo nge dongak gitu? Gue cuma nyuruh kepala lo tu normal gitu loh mandang ke gue. Ngapain pake nge dongak kek gitu?"
Veronica langsung memandang CEO nya. Matanya melebar sempurna.
"Zhong Chenle!" serunya kaget.
Chenle mengerutkan kening. "Tau dari mana lo nama gue?"
Vero mendadak tidak tahu harus menjawab apa. Ia berusaha mengingat hal yang mungkin bisa menjadi penjelas.
"Waktu Rara nge date sama Jisung, itu kan kamu ikut. Nah aku tau nama kamu dari situ."
Chenle mengerutkan kening lagi. "Oh, lo sepupunya Rara ya. Sorry gue emang suka lupa."
Pria yang mengenakan stelan jas dengan dasi yang agak miring itu berdiri dari tempat duduknya.
"Oke, kita interview santai aja." Kini ia beralih duduk di sofa. Mempersilahkan Veronica duduk di hadapannya. Gadis itu terlihat sangat gugup, ia meneguk ludahnya sesekali.
"Santai aja, gak usah tegang!" seru Chenle. Pemuda itu peka pada air muka Veronica.
"Jadi lo kesini rekomendasi nya si Rara? Kira-kira lo siap gak dengan segala ketentuan kerja disini?" tanya Chenle.
Veronica terdiam sejenak. Memang segala kemungkinannya itu apa ya? Apa se sulit itu?
"Segala kemungkinannya emang apa aja?" tanya Vero.
Chenle terkekeh. "Wah, lo berani juga ya tanya gitu. Baru kali ini ada yang seberani itu langsung tanya peraturan ke gue. Hahahaha, tapi gak papa. Pede itu bagus."