♛┈⛧┈┈•༶🐰༶•┈┈⛧┈♛
Malem kawan, malming pada kemana?
Kalau aku sih, stay di kamar. Lagian di luar isinya kek gitu - gitu aja, lebih baik bersantai macam Squidward.
Oke, jangan lupa vote! Minimal vote oke.Happy Reading
Seberkas cahaya memenuhi pengelihatan gadis berbaju serba putih. Rambut hitam panjangnya tergerai bebas. Ia menutup tangannya kala sebuah cahaya menghampirinya.
"Ayah." Mata gadis itu terbuka lebar saat wajah ayahnya ada dihadapan. Air matanya mengalir tiba - tiba saat sang ayah mengelus lembut pipi sang gadis. Cahaya itu terasa dingin mengenai kulitnya.
Gadis itu mengucek matanya berulang kali, memastikan bahwa apa yang ia alami sekarang bukan sekedar dejavu atau ilusi.
"Anak ayah," ucap pria yang ada di hadapannya dengan senyum terbaik yang terluas di wajahnya.
"Terimakasih telah menjadi anak ayah yang sangat baik."
"Kau adalah putri yang sangat ayah banggakan, dan akan selalu seperti itu."
"Hiduplah dengan baik, jaga kesehatan, makan yang cukup, dan jangan memikirkan hal yang berat."
"Ayah juga, berharap kau dan ibumu selalu bahagia. Maafkan ayah ya nak, andai ayah bisa selalu ada untuk kalian. Pasti ayah akan menjadi ayah paling bahagia sedunia. Memiliki ibumu dan memiliki dirimu. Meski begitu, ayah akan selalu melihat kalian dan ikut tersenyum ketika kalian bahagia."
"Jangan pernah bersedih."
"Ayah juga berharap, hidupmu lebih lengkap dengan seorang pendamping setia. Ayah sangat berharap itu, berbahagialah Lee Reneta. Ayah pamit," akhir ayah Ren.
Ren hendak berbicara, namun lidahnya terasa kelu. Cahaya sang ayah perlahan memudar. Juga, dimensi yang menghubungkan ruang dan waktu itu perlahan menghilang seiring pudarnya cahaya dari tubuh pria yang merupakan ayahnya itu.
Nitttttt nittttt nitttttt
Mata gadis itu perlahan terbuka, pandangan yang ia tangkap langsung adalah ruangan serba putih serta bunyi alat - alat yang ada di sekitarnya. Kepalanya tergerak menengok sekeliling.
"Selamat dok, operasi anda lancar."
Samar - samar Ren mendengar suara orang disekitarnya, namun ia kembali memejamkan mata karena kepalanya yang memberat tiba-tiba.
Bulan yang bersinar tergantikan oleh mentari yang mulai menampakkan cahayanya dibalik awan yang menyelimuti. Semburat cahaya membias masuk ke celah - celah jendela membuat mata seorang gadis terbuka perlahan.
Bisa ia cium aroma yang menyeruak di indera penciumannya. Aroma obat rumah sakit yang khas serta bau wipol dari lantai yang di pel setiap jamnya. Belum lagi udara sekitar yang selalu di semprot oleh disenfektan agar terhindar dari virus.
Dirasa ada seseorang yang menggenggam tangannya, kepala gadis itu menoleh. Didapatinya seorang wanita yang terlelap dengan posisi duduk dan menyandarkan kepalanya di sisi ranjang yang ia tempati.
Entah sudah berapa lama gadis itu memejamkan mata, bahkan sampai sang ibu terlelap dalam keadaan yang tidak nyaman. Telapak tangannya yang tidak di tancap infus bergerak mengelus punggung tangan ibunya.