BAGIAN I: Transformasi Kehidupan Antagonis Menjadi Seorang Protagonis
TCV 1 | The Uncrowned Queen?
Gereja megah itu berdiri dengan anggun di tengah kota, berdampingan dengan menara-menara tinggi, dilengkap jendela-jendela kaca patri yang memantulkan cahaya matahari menjadi pelangi. Di dalamnya, barisan kursi telah diatur rapi, dihiasi bunga-bunga putih yang mekar sempurna, menciptakan suasana yang sakral dan indah.
Aku berdiri di ujung lorong utama, mengenakan gaun pengantin berwarna putih gading yang menonjolkan keanggunan dan keindahan. Suraiku dihiasi dengan ornamen permata bunga kecil, memberikan kesan alami dan murni. Mata merahku tentu berkilau penuh emosi, campuran antara kegembiraan dan sedikit rasa gugup yang terpancar menjadi satu.
Aku memasuki altar pernikahan, sambutan dari tamu undangan begitu meriah. Para bangsawan lainnya juga tidak memalingkan wajah mereka dariku. Tentu saja, aku berdandan untuk tampil secantik mungkin hari ini.
Gaun pernikahan mewah...
Bunga di tanganku yang indah...
Juga suami tampan dengan gelar tinggi, yang memiliki peluang paling besar untuk menduduki takhta. Beberapa lady yang dulu sempat bersikap kurang ajar padaku, bahkan berbondong-bondong untuk meminta maaf beberapa hari lalu. Takut mencari perkara dengan calon ratu masa depan.
George Vann Hannover, pria yang akan segera menjadi suamiku itu menatapku dengan senyuman. George sangat jarang tersenyum, namun senyumnya selalu memabukan. Dia terlihat sangat menawan hari ini.
Di depan altar, George menunggu dengan tenang. Dia tampak gagah dan tampan dalam setelan pengantinnya. Surai hitam legamnya berkilau di bawah cahaya mentari. Mata biru kehijauannya yang menawannya juga bersinar dengan keindahan yang tak terbendung. Mungkin jika mata itu sedikit lebih terang akan serupa dengan kristal.
Musik lembut dari organ gereja mengalun, menambah suasana damai. Langkah-langkahku terasa seperti mimpi, karena setiap langkahnya membawaku semakin dekat kepada George.
Saat sampai di altar, George menyambut dengan tangan terbuka. Aku melepaskan genggaman tangan ayahku dan meraih tangannya. Kami saling menatap, seolah-olah hanya ada kami berdua di dunia ini.
Pendeta yang memimpin upacara tersenyum lembut, menyambut calon pasangan yang akan diresmikan hari ini.
Aku benar-benar semakin merasa gugup. Genggaman tangan kami yang saling terpaut membuat pipiku memerah. Pria sepertinya akan menjadi suamiku, aku sangat bahagia bisa keluar dari rumah itu dengan meraih tangan pria seperti George. Saking senangnya, aku sampai-sampai lupa bahwa aku baru saja berduka, lantaran kabar meninggalnya mantan tunanganku yang begitu mendadak.
Jika dengan George, aku mungkin akan lebih bahagia.
"Aku mengambil engkau menjadi istriku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Sesuai dengan hukum dewa yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus." Suaranya bahkan terdengar sangat syahdu, George menatapku dengan mata elok itu tanpa berpaling sedikitpun.
Melihatnya, senyumku mengembang sempurna.
"Aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Sesuai dengan hukum dewa yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus." Terdengar suara tepuk tangan dimana George kemudian mendekat dan meraihku dalam genggamannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crowned Villain's
Historical FictionKetika kau yang merupakan seorang penjahat sejati, harus berpura-pura menjadi protagonis demi menghindari akhir tragis. Banyak cerita mengenai seorang protagonis yang masuk ke dalam tubuh penjahat wanita. Perubahan karakter sang penjahat, menarik ke...