XXV: -Ice Prince-

8K 625 3
                                    

"Apa maksudmu dengan mati membeku ?", tanya Rin.

"Tidak mati sih. Izumi selalu begitu. Dia sudah lumayan sampai sekarang. Tapi terkadang sihir es-nya masih susah dia kendalikan. Pedang yang kau berikan kepadanya dulu untuk menahan sihir es di dalam tubuhnya agar tidak menyerang. Kalau dia tertidur seperti ini biasanya ruangannya bisa membeku bersama dirinya", kata Four cepat.

"Maksudmu Seven ?", tanya Rin.

"Ya. Kadang-kadang, Aku dan Five lah yang menanganinya. Kalau tidak, First juga turun tangan. ", jawab Four.

Sambil berbicara seperti itu sepanjang jalan Rin menyadari kalau di susah sampai di kamar Izumi dengan angka 7 di depan pintunya. Rin merasakan hawa es yang menusuk dan sangat dingin dari depan pintu. Four sendiri langsung membuka pintu dan hawa dingin pun menyebar keluar.

Ruangan Seven terlihat sangat gelap. Tidak ada satu lampu pun dinyalakan. Four-lah yang menyalakan lampu kamarnya.

"Rin, berhati-hatilah. Lantai kamarnya cukup licin", kata Four memperingatkan.

Rin melangkah masuk perlahan - lahan. Hawa semakin dingin dan menusuk di tulang-tulangnya. Padahal ini masih awal musim semi. Tapi ruangan Seven memang benar-benar dingin.

Rin melihat ke tempat tidur Seven. Tapi, Rin tidak menemukannya di tempat tidurnya. Seven malah tertidur sambil duduk di pojok ruangan sambil memeluk pedangnya. Rin memperhatikan kamarnya. Hampir seluruh bagian dari kamarnya sudah dibalut es. Sementara Seven atau Izumi masih tertidur dengan nyenyak.

Four mencoba membangunkannya dengan cara menggoncang-goncangkan badannya. Tak lama kemudian, Seven pun terbangun dari tidurnya. Dia terlihat kaget melihat seluruh ruangan kamarnya hampir menjadi es. Dia terlihat jauh lebih kaget saat melihat Rin yang dianggapnya tiba-tiba berada di hadapannya.

"Maaf", katanya menyesal.

Setelah itu, Es yang menyelimuti kamarnya pun hancur dengan sendirinya. Ruangannya pun kembali normal dan agak sedikit basah. Hawa es masih belum hilang sepenuhnya. Seven pun bangkit berdiri.

"Bagus. Lain kali hati-hati kalau tidur", kata Four sambil memegang pundak Izumi.

Izumi hanya mengangguk kepalanya. Lalu melihat ke arah Rin.

"Maaf, sudah merepotkanmu", kata Izumi sambil menunduk hormat ke arah Rin.

"Ti-tidak apa-apa. Kau tidak perlu se-formal itu denganku.", kata Rin.

"Dia juga sama sepertiku, pangeran dari kerajaannya.", kata Four sambil memperkenalkan Izumi.

"Eh?".

"Sudahlah tidak perlu kau pikirkan. Aku yakin kau masih belum mengingatnya. Kelak kau akan mengingatnya nanti. Jangan paksakan ingatanmu", kata Four.

"Nine dan San sudah pulang", kata Izumi sambil melihat dari atas jendela.

"Kalau begitu, sebaiknya kita makan malam dulu", kata Four.

"Benar", jawab Rin. Lalu berjalan keluar dari kaar Izumi.

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang