LVI : - Sibling Fight -

6.3K 470 5
                                    

Pertarungan Kotarou telah selesai. Rin dan yang lainnya pun mengunjungi Kotarou yang menjalani pengobatan di klinik sekolah.

"Bagaimana keadaanmu ?", tanya Rin.

"Hmm.. aku baik-baik saja. Hanya luka sedikit. Penyembuhan diriku cukup membantu", jawab Kotarou santai.

"Dia menyebalkan kalau sedang bertarung", komentar Megumi.

"Yah.. aku kan hanya menikmati pertarunganku saja", jawab Kotarou lagi.

"Besok ada pertarungan Haruhiko dan Akihiko ya? Aku penasaran dengan pertarungan kedua saudara kembar itu", kata Rin.

"Hei!! Kalian tidak berniat untuk menonton pertarunganku ?", protes Kotarou.

"Hehe.. ", balas Rin dengan senyumnya.

"Lagipula, aku percaya Kotarou bakal menang di pertarungan berikutnya kok", kata Rin menyemangati.

Kotarou pun kemudian berhenti memprotes setelah Rin berkata begitu. Kemudian Rin pun kembali teringat pertarungan Takuma dan Haruhiko. Bagaimana Takuma bisa berakhir seperti itu ?

"Oh iya, Takuma-kun, soal pertarunganmu sebelumnya dengan Haruhiko bagaiman kau bisa berakhir seperti itu ?", tanya Rin.

"Itu sudah jelas kalau aku kalah telak darinya makanya berakhir seperti itu. Mungkin karena aku keras kepala juga dan membuatnya kesal. Hanya itu saja", jawabnya singkat.

"Tapi berakhir disalib seperti itu sama sekali tidak keren", ledek Kotarou.

Takuma tidak menjawab pernyataan Kotarou, dia hanya menginjak kaki Kotarou yang terluka dan berhasil membuatnya menjerit kesakitan.

Takuma sendiri mencoba mengingat kembali apa yang terjadi. Dia ingat kalau dia masih berusaha untuk bertarung saat Haruhiko menyuruhnya untuk menyerah. Dia juga heran kenapa dirinya sendiri begitu berjuang keras untuk menang. Padahal Haruhiko bukanlah lawan yang sepandan untuknya. Untung saja, Haruhiko berbaik hati dan tidak menyerang bagian vitalnya meskipun dia bisa melakukan itu dengan mudah. Tapi, Ah.. sudahlah.. tidak ada gunanya menyesali hal itu. Toh itu sudah terjadi, pikir Takuma.

Hari pun berganti, murid-murid yang datang ke sekolah pun dibagi dua. Yang satu ke arah Arena 1, tempat pertarungan Haruhiko dan Akihiko. Sementara sisanya ke arah Arena 2, dimana pertarungan Kotarou dan Leandro Romano berlangsung.

Cuaca hari itu juga cukup mendukung dan cerah. Tapi beda ceritanya, kalau ada murid yang bisa memanggil hujan atau awan hujan, cuacanya bisa jadi sama buruknya dengan dua hari yang lalu.

Rin dan Takuma pun memutuskan untuk menonton pertarungan Haruhiko dan Akihiko saja, sementara Megumi sendiri pergi ke Arena ke 2 untuk menonton pertandingan Kotarou.

Saat Rin sampai disana bangku arena pun sudah mulai penuh karena ini adalah babak semi-final dari festival sekolah ini. Rin dan Takuma saja mendapat barisan ke 3 dari belakang.

Pertandingan pun dimulai, Haruhiko dan Akihiko pun juga sudah berdiri di arena dan telah siap untuk bertarung satu sama lain. Mereka berdua nyaris tidak bisa dibedakan karena wajah mereka begitu mirip. Yang menbedakan hanya Haruhiko lebih murung dan memakai kacamata, Akihiko lebih murah senyum dan tidak memakai kacamata. Selain itu, mereka berdua benar-benar tidak bisa dibedakan.

"Bagaimana perasaanmu hari ini, Nii-san~ (sebutan kakak laki-laki dalam bahasa Jepang) ?", tanya Akihiko dengan senyum diwajahnya.

"Entahlah.", jawab Haruhiko sambil membetulkan posisi kacamatanya.

"Ini mengingatkanku di SMA dulu. Kita juga pernah bertarung seperti ini di ujian akhir. Kau ingat kan?", tanya Akihiko lagi. (Umur Akihiko sudah mencapai 100+. Sekarang dia hanya sengaja mengulang kembali pendidikannya karena suatu hal)

"Tentu saja aku ingat", jawab Haruhiko kembali.

Panitia pun kemudian memberikan aba-aba kepada mereka untuk mulai. Dan Haruhiko pun segera menggunakan buku sihirnya. Dari bawah pun muncullah lingkaran-lingkaran sihir yang berwarna biru yang menyala. Tanaman-tanaman pun muncul dari lingkaran itu dan bertumbuh dengan cepat. Dalam semenit, seluruh arena sudah dibuatnya menjadi hutan rimba. Seperti di pertandingan Haruhiko yang pertama, penonton hanya bisa melihat hutan rimba dari atas.

"Sebenarnya kemampuan Akihiko itu apa sih ?",tanya Rin.

"Entahlah, aku tidak menonton pertandingannya. Tapi ada isu, Akihiko memiliki kekuatan angin.", jawab Takuma.

Baru saja Takuma menjawab seperti itu, muncul angin yang menyabit habis seluruh hutan rimba yang sudah dibuat oleh Haruhiko itu. Mereka berdua yang sedang bertarung pun berdiri di atas pohon yang masih utuh tanpa terluka. Haruhiko masih dengan buku sihirnya yang melayang dan Akihiko dengan senyumnya.

Akihiko pun kembali menyerang Haruhiko dengan puluhan sabitan angin yang mengarah ke arah Haruhiko sehingga membuat tempat duduk yang menghadap ke arah Haruhiko pun mendapat angin kencang.

"Keluarkan Byakko-mu", perintah Haruhiko.

Akihiko hanya terkekeh dan kemudian dia pun menghela nafas panjang.

"Baiklah", jawabnya.

Akihiko pun kemudian menjulurkan ke bawah dan meneriakkan nama Byakko. Lingkaran sihir yang berwarna biru pun terbentuk di bawah kakinya. Seekor harimau putih pun muncul di hadapan mereka. Harimau putih itu disebut Byakko, Dewa berwujud harimau putih yang menjadi salah satu pelindung empat penjuru dunia.

Melihat itu, sekeliling arena pun mulai ricuh. Byakko sendiri tidak seharusnya dimiliki oleh Akihiko yang merupakan seorang Iblis atau Akuma. Seekor Byakko biasanya menemani seorang Tenshi (Malaikat).

"Dia mencuri Byakko. ", kata Takuma.

Next chapter released in 28 December 2015

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang