CXIV : - Traitor Part I-

2.6K 183 25
                                        

Sore itu setelah pelajaran berakhir, Rin naik ke atap sekolah untuk menenangkan dirinya. Dia membiarkan angin menghembus rambutnya yang terikat dua itu sambil memejamkan matanya dan kedua tangannya memegang pagar di sisi atap itu.

Tak lama setelah itu, Takuma menemui Rin di atas atap sekolah. Tanpa ragu, laki-laki bersurai putih itu mendekati Rin dan memegang pundaknya.

"Rin, kita harus bicara", ucapnya pelan.

Rin pun membalikkan badannya dan menghadap pemuda itu.

"Rin, jangan temui Levian. Dia berbahaya", ucap Takuma dengan sorot mata yang tajam menatap Rin.

Rin pun memiringkan kepalanya. Seingatnya dia tidak pernah mengucapkan apapun tentang Levian. Dia juga tidak pernah memberitahu masalahnya dengan Levian. Kenapa teman masa kecilnya bisa mengatakan seolah-olah dia tahu semua yang akan dia lakukan ?

"Darimana kau bisa tahu ? Aku tidak pernah menyebut nama Levian di hadapanmu .", tanya Rin.

Seolah baru tersadar apa yang diucapkannya, Takuma terdiam. Dia pun memalingkan wajahnya dan menatap sisi lain itu dengan sendu.

"Kau menyembunyikan sesuatu ? Kau berbicara seolah-olah kau bukan Takuma yang ku kenal", kata Rin lagi.

Takuma menggertakkan giginya pelan. Dia pun menarik nafasnya dan menjawab pertanyaan Rin, "Bukannya kau juga sama ?"

Belum sempat Rin menjawab, Takuma pun kembali berbicara.

"Sejak kau kita memasuki SMA ini, kau mengambil jarak dariku. Sejak kau bergaul dengan Kousaka dan lainnya, kau terus menyembunyikan sesuatu dariku. Bahkan di peperangan bulan lalu, kau menghilang dari rumahmu dan kau tinggal dengan laki-laki berambut hitam itu. Tidak menceritakan apapun padaku. Apa kau masih menganggapku temanmu ?", tanya Takuma sambil menatap gadis itu dengan sorot mata yang tajam. Berbeda dengan Takuma yang Rin kenal selama ini. Dimana biasanya laki-laki ini hanya cuek dan sibuk bermain game saja.

"Aku hanya tidak ingin melibatkanmu", jawab Rin pelan.

"Rin... kau adalah adik dari dewa kegelapan kan?", tanya Takuma lagi.

Rin kembali terdiam. Dia tidak menyangka laki-laki di hadapannya kini mengetahui sejauh itu. Siapa yang memberitahunya. Dan darimana dia mengetahui semua ini.. dan siapa dia sebenarnya.

"Si-siapa yang memberitahumu ?", tanya Rin gugup.

Takuma terdiam sedikit. Dia kembali menarik nafasnya dalam-dalam sebelum menjawab.

"Aku melihatnya sendiri dan Levian yang memberitahuku semuanya", jawabnya muram.

"Apa dia mempengaruhimu ?", tanya Rin lagi. Dia pun menatap teman masa kecilnya lekat-lekat.

"Tidak. Aku sama sepertimu dan Levian.", jawab Takuma.

"Ber-reinkarnasi kembali."

"Aku reinkarnasi dari murid Levian. Tangan kanannya.", lanjutnya.

Mata Rin terbelalak. Dia tidak bisa mempercayai apa yang barusan di dengarnya. Dia juga tidak sanggup berkata-kata ataupun membalas ucapan Takuma.

"Karena itu, jangan temui dia. Aku tidak ingin menyakitimu.", ucap Takuma lagi.

"A-apa maksudmu, Takuma-kun ?", tanya Rin terbata-bata.

Takuma pun memegang pundak Rin dengan kedua tangannya dan menatap gadis itu lekat-lekat.

"Rin, kita kabur bersama !", ucapnya tiba-tiba.

Belum sempat Rin menjawab pernyataan tiba-tiba Takuma. Tiba-tiba langit berubah mendung. Suara petir bergemuruh dan sebuah lingkaran di depan mereka berdua muncul dan membesar.

Rin ingat lingkaran hitam itu. Dia teringat saat pertama kali, Four mengajaknya ke Neraka untuk jalan-jalan. Itu adalah portal sihir. Artinya seseorang akan keluar dari sana.

Dan

Benar saja, seorang laki-laki dewasa berambut biru tua dengan kepang kecil di sisinya keluar dari portal sihir tersebut. Dia pun menatap mereka berdua dengan tatapan datar dan bosan. Sementara , Takuma terlihat cukup terkejut dengan keberadaan laki-laki.

"Levian...", gumamnya yang langsung membuat Rin menyadari identitas laki-laki yang muncul di hadapannya itu.

"Rin....", jawab Levian sambil menatap Rin lurus.

Sementara itu disisi lain, Twelve yang sedang bersandar di jembatan penyebrangan sambil memainkan ponselnya mendapat firasat buruk, setelah menatap langit yang mendadak mendung.

"Firasatku tidak enak...", ucapnya sambil melemparkan pandangannya ke langit yang gelap.

Pesan Author :

Akhirnya update juga. Maaf, akhir-akhir ini author sibuk dan tidak sempat meng-update Hanagami. Sebagian tidak dapat inspirasi, sebagian uhukprocassuhuk dan sebagian lagi memang ada banyak hal yang sedang author kerjakan. 

Tapi saya masih tetap komitmen melanjutkan ini sampai akhir kok. Meski mungkin agak lama dari seharusnya. //sungkem ke setiap member. 

Dan satu hal lagi, saya akan menghapus 7 sins dan cerita lainnya, selain Hanagami. Penghapusan ini karena author sementara ingin fokus kepada story Hanagami dulu. 7 Sins ada perombakan besar-besaran di storynya.

Terima kasih

Next chapter tidak tahu mau diupdate kapan. u///u

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang