XXXIII : - Run!! -

7.1K 558 4
                                    

"Kalau Izumi disini sih... kita pasti bisa cepat-cepat selesai. ", kata Kotarou.

"Izumi-kun specialist es sih.. ", kata Rin.

"Padahal, kalian berdua tidak pernah bisa rukun", lanjut Megumi.

"Tentu saja. Dilihat dari sisi manapun, es dan api tidak pernah cocok. Kami tidak pernah bertengkar sih. Kami hanya tidak pernah ber-interaksi.", jelas Kotarou.

"Aku menemukannya !", sahut Takuma tiba-tiba sambil menunjuk ranting pohon.

Seekor burung merah seukuran 2,5 inchi bertengger di ranting pohon yang beku. Burung itu tampak tidak menyadari keberadaan mereka.

"Ssttt", kata Takuma sambil bersembunyi di pohon belakang.

Mereka bertiga pun ikut bersembunyi di pohon bagian belakang burung itu sambil memandang gerak gerik burung itu.

"Kita harus bagaimana? Bagaimana cara menangkap burung itu ? ", tanya Kotarou.

"Bagaimana? Bukannya seperti cara menangkap burung seperti biasa ?", jawab Takuma.

"Yang jelas, Kita harus memakai umpan kan?", kata Rin.

"Apa umpannya ?", tanya Kotarou lagi.

"Darah.", jawab Megumi.

"Burung ini minum darah. Dasar idiot", sindir Megumi lagi.

"Apa?!" , balas Kotarou dengan emosi. Tapi dia sempat menahan dirinya sebelum burung itu kabur dan menyadari keberadaan mereka.

"Pakai darahku saja", kata Takuma yang langsung mengambil pisau kecil dan menyayat tangannya dengan cepat.

Banyak darah yang keluar. Takuma pun segera menampungnya. Di sebuah vial kecil yang bisa dimasuki oleh paruh devil bird.

Begitu darah keluar dari tubuh tangan Takuma, burung itu langsung melirik ke arah mereka dan segera terbang menuju arah mereka.

"Wah.. gawat. Lari!", perintah Takuma yang segera membungkus tangannya dengan kain dan lari dari burung itu.

Bukannya mengejar Devil Bird, mereka malah dikejar oleh Devil Bird.

"Bagaimana ini ? Bakar saja ?", tanya Kotarou.

"Bodoh! Kita diminta untuk menangkap burung ini hidup-hidup", kata Megumi.

"Darahku sudah berhenti mengalir. Sekarang kita sembunyi", kata Takuma.

"Dimana?!", tanya Kotarou tanpa petunjuk.

"Disini cuma ada es", kata Megumi.

"Umm... kurasa kita bisa sembunyi disana.", kata Rin sambil menunjuk sebuah gua es.

"Ide yang bagus. Ayo!", perintah Takuma.

Mereka ber-empat pun memutuskan untuk masuk ke dalam gua.

Rin melihat kebelakang dan tidak menemukan burung yang mengejar mereka lagi.

"Burung itu sudah pergi", kata Rin.

Kotarou dan Megumi menghela napas panjang dan duduk bersandar di dinding gua.

Takuma mengambil vial dari kantong bajunya dan duduk bersilang di lantai yang dingin.

"Burung itu punya penciuman yang tajam", kata Takuma pelan.

"Hah?", tanya Kotarou.

"Dilihat dari reaksinya yang cepat burung itu punya penciuman yg tajam dan reaksi yang cepat. Waktu kita cuma 3 jam. Sudah 45 menit sejak ujian dimulai. Dan kurasa kita memang tidak bisa menangkap tanpa rencana", kata Takuma lagi.

"Kami akan membantu sebisanya", kata Rin.

"Siapa disana ?", tanya seseorang dari dalam gua.

Mereka berempat pun langsung melihat ke arah sumber suara.

Seorang laki-laki berambut merah muncul di balik kegelapan gua ke hadapan mereka.

"Natsume-kun?!", tanya Rin tak percaya.

"Ehh??!!", kata Natsume dan Kotarou kompak sambil menatap satu sama lain dengan wajah yang kaget.

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang