LXXX : -Warmth-

4.6K 320 7
                                    

Saat Rin membuka pintu ruangan First tempat dimata dia bertemu dengan First pertama kali, First sendiri sedang berdiri dan melihat ke arah jendela. First dengan cepat menyadari keberadaan Rin yang terlihat lelah setelah berlari dan diikuti oleh Junichi dan Ritsu di belakangnya.

"Hah.. Ha.. Hah.. First-san.. Aku ingin bicara denganmu", kata Rin sambil mengambil nafas setelah berlari cukup jauh ke ruangan First.

"Aku sudah mengetahui apa yang terjadi. Rin-sama bisa duduk dulu untuk beristirahat", ujarnya tenang.

Rin pun mengambil tempat duduk di sofa terdekat. Junichi dan Ritsu pun segera mengambil posisi di belakang Rin dan mereka tidak terlihat lelah sama sekali.

"Aku sudah melihat semua tadi melalui jendela.", kata First lagi.

"Iya. Baguslah.. First-san, bisakah kau mempercepat rapatnya ?", tanya Rin.

"Aku tidak keberatan. Tapi mungkin akan ada beberapa orang tidak bisa hadir. Apa kau keberatan ?", tanya First lagi seraya membenarkan kacamatanya. Posenya mirip sekali dengan Haruhiko. Ayah dan anak memang sama saja.

"Tidak apa-apa. Aku akan berbicara dengan Kamito-nii tentang hal ini dan aku yakin dia juga akan menyetujuinya. Kalau bisa aku ingin malam ini", kata Rin lagi.

"Baiklah. Aku akan mengumpulkan mereka sebisaku. Tapi.. ", kata First sambil membungkuk di depan Rin.

"Sepertinya Rin-sama harus sedikit tenang. Terburu-buru itu tidak baik. Banyak orang berbuat kesalahan saat terburu-buru. Lagipula, Aku tidak bisa menjamin kerja sama ini akan sukses", kata First lagi sambil tersenyum kecil.

"First-san benar. Rin-sama harus lebih tenang.", kata Ritsu lagi sambil menepuk pundak Rin dari belakang.

"A-Aku hanya takut dan gugup. Aku tidak tahu apa yang bisa kulakukan. Tapi, aku ingin membantu kalian sebisaku", kata Rin lagi.

"Tidak apa-apa. Kami akan membantumu.", kata Junichi lagi.

"Te-terima kasih.", jawab Rin dengan gugup yang entah kenapa membuat air matanya menetes. Dia terharu dan senang karena banyak yang mempedulikannya. Tanpa ragu, dia pun memeluk Ritsu yang ada di sampingnya sedari tadi dan mereka hanya mengelus-elus kepalanya sambil tersenyum.

"Haha... Rin bisa menangis juga..", kata Ritsu sambil membalas pelukan Rin.

Setelah selesai menangis, Rin pun mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Kamito untuk mempercepat rapatnya.

"Halo.. Ya ?", tanya Kamito.

"Anoo.. Umm.. Kamito-nii.. Bolehkah kau mempercepat rapatnya dengan Numbers ?", tanya Rin.

"Hmm.. Soal itu ya ? Haruhiko juga meneleponku barusan tentang kejadian di sekolahmu", kata Kamito lagi.

"Tidak masalah. Aku tidak keberatan. Malam ini juga bisa", kata Kamito lagi.

"Eh.. Tidak masalah kan . Kalau anggota Numbers tidak datang sepenuhnya ?", tanya Rin lagi.

"Tidak apa-apa. Asalkan rapat ini bisa berjalan lancar aku tidak keberatan", jawab Kamito dengan nada tenang.

"Te-Terima kasih.", kata Rin dengan gugup. Entah kenapa setiap kali dia menelepon Kamito dia merasa gugup. Mungkin dia merasa suara Kamito dekat sekali dengannya.

"Hm.. Iya..sama-sama.. Kau sendiri.. Jaga dirimu baik-baik. Dan sampai jumpa nanti pulang", jawab Kamito lagi lalu dia pun menutup teleponnya.

Next Chapter tanggal 29 Juni 2016, langsung 2 chapter ya.. Author lagi keteteran kerjaan di RL.. 

Mohon maaf yang sebesar-besarnya..//digebuk massal.. Jadi mau Hiatus dulu,....

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang