XCII : - Don't Think to Much -

3.9K 228 3
                                    

"Apa kau yakin, Rin ?", bisik Kuro di dalam hati Rin.

"Ya. Kita harus mengalahkannya", jawab Rin tegas sembari berlari ke arah malaikat itu dan menebaskan pedangnya.

"Baiklah. Jangan sampai menyesalinya", kata Kuro lagi.

Setelah itu, aura hitam menyelimuti pedang Rin dan pedang itu berhasil menebas habis tubuh malaikat itu. Bukannya mati, malaikat itu malah hancur bagaikan debu yang pekat. Rin sempat mendengarnya teriak sebelum dia benar-benar mati. Akhirnya dia benar-benar merasa bersalah dan dia pun duduk lemas setelah malaikat itu menghilang.

"Apa yang terjadi ?", tanya Rin ragu.

"Kita membunuhnya. Dia tidak akan ber-reinkarnasi lagi", jawab Kuro pelan.

"Tidak akan ber-reinkarnasi lagi?", tanya Rin sekali lagi.

"Ya. Jiwanya hancur terkena kekuatanku.", jawab Kuro lagi.

Baru saja Rin mau menjawab, Kouichi sudah berteriak di belakangnya.

"NONAAA!!! KURROOO!!! Kalian berdua baik-baik saja ?", tanya Kouichi sembari berlari ke arah mereka.

"Kou-san ?", jawab Rin sambil melihat kea rah Kouichi.

Sementara itu, Kuro pun kembali ke wujud fisiknya dan muncul di samping Rin. Sebelum itu dia sempat berbisik kepada Rin dengan pelan ", Sekarang, kau tau betapa berbahayanya aku, kan ?". Suaranya terdengar entah kecewa atau sedih. Tapi, Rin kembali menghela nafas karena dia sendiri memang sudah memutuskan tadi. Dia harus mengambil resiko atas keputusannya. Tapi dalam benaknya dia masih ingin mengerti tentang Kuro, Teman-temannya , Numbers, dan Kamito.

"Maafkan aku, Kuro. Ini adalah keputusanku. Aku sudah memilihnya. Jadi kau tidak perlu memikirkan soal itu. Aku hanya belum tertalu mengerti tentangmu", jawab Rin dengan senyum lembut di wajahnya.

Mendengar itu, Kuro hanya terdiam selama beberapa detik dan dia pun menghela nafas. Setelah itu, sekilas dia tersenyum kecil sambil menutup matanya seolah-olah berkata ", Kau tetap sama seperti dulu, Rin".

"Kau baik-baik saja, Rin ?", tanya Kouichi sambil meletakkan kedua tangannya di pundak Rin dan mengecek kondisinya.

"Aku baik-baik saja kok", jawab Rin.

"Dia baik-baik saja, Kou.. Kau sendiri ? Apa kau sudah membereskan malaikat itu ?", tanya Kuro.

"Hmm... Aku gagal. Dia mundur di tengah-tengah pertarungan. Oh iya.. Apa kalian sudah melihat ke atas ?", tanya Kouichi sambil mengadahkan kepalanya ke langit.

"Hmm ? Belum. Kena--- ...... Pasukan ?!", jawab Rin yang memandang pasukan malaikat dengan tatapan tak percaya.

"Iya.. Peperangan yang sebenarnya sudah dimulai. Kita harus secepatnya ke sana.", kata Kouichi.

"Oh.. iya.. kenapa Nona bisa tetap berada disini ? Apa Nona berhadapan dengan malaikat sebelumnya ?", tanya Kouichi lagi.

Rin melirik Kuro sebentar dan Kuro pun kembali menghela nafas. "Ya. Kami sudah membereskannya dengan kekuatanku", jawab Kuro.

"Hee..??? Tapi Nona kan tidak tahu tentang kekuatanmu ... Kau tidak memberinya penjelasan ?", tanya Kouichi lagi.

"Memangnya siapa yang bisa menjelaskan sesuatu saat sedang bertarung. Tapi memang begitulah, kekuatanku kalau diaktifkan. Sebuah benda yang terpotong oleh pedangku , jiwanya akan hilang sepenuhnya. Bahkan luka pun tidak akan sembuh kembali. Berbahaya kan ? Kau bisa menganggap ini kutukan", kata Kuro lagi.

"Tapi kalau tidak diaktifkan bisa kan?", tanya Rin.

"Bisa sih. ", jawab Kuro menggaruk kepalanya.

"Haha.. sudahlah.. Jangan terlalu mempermasalahkan hal ini. Semua orang bisa saja membuat kesalahan. Baik itu manusia, hewan, iblis, maupun malaikat. Jadi jangan terlalu memikirkannya", kata Kouichi berusaha untuk menyemangati mereka.

" Iya. Kau benar.. Kouichi-san", jawab Rin.

"Kalau begitu, ayo kita ke tempat Kamito-nii-sama..", kata Rin lagi. Lalu mereka bertiga pun berlari ke arah dimana Kamito berada. Dan semua pasukan malaikat juga tampaknya sudah mulai bergerak.

Next Chapter 31 Agustus 2016

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang