CV : - Message -

3.4K 179 11
                                    

Keesok harinya sepulang sekolah Rin pun memutuskan untuk lebih cepat sampai di rumah karena dia ingin mempelajari teknik sihir baru yang baru saja dibacanya kemarin. Tapi baru saja mencapai gerbang sekolah, Megumi menghentikannya.

"Tunggu sebentar, Rin-chan ! Ada yang ingin bertemu denganmu.", kata Megumi sambil melirik ke gerbang dan seorang laki-laki berbadan besar sedang berdiri disana. Laki-laki itu memakai jaket hitam tebal dan menatap Rin dan yang lainnya tanpa menghampiri mereka.

"Siapa ?", tanya Rin kepada Megumi karena dia agak sedikit ragu kalau harus bertanya dan mendatangi orangnya langsung.

"Twelve.", jawab Kotarou yang berada di belakang mereka dengan singkat.

"Twelve ? Apa yang dia lakukan disini ?", tanya Rin yang memberanikan diri mendekati laki-laki itu.

"Tunggu--.. Rin benar. Apa yang dilakukan Twelve disini ? Kalau ada sesuatu, First bisa memberitahukannya kepada kita secara langsung. Kenapa Twelve ?", jawab Kotarou yang langsung menarik tangan Rin sebelum mendekati laki-laki itu.

"Iya. Benar juga. Tunggu sebentar, biar aku yang menemuinya..", kata Megumi dan dia pun berjalan ke arah.

Melihat reaksi Kotarou dan Megumi, Rin kembali bertanya-tanya kenapa mereka malah mencegah Rin menemui Twelve.

"Apa ada yang salah dengannya ?", tanya Rin lagi.

"Tidak. Twelve tidak mudah diajak bicara dan dia laki-laki yang kasar. Terlebih lagi.. dia membunuh adiknya sendiri. Jadi, dia cukup berbahaya dan masih di dalam pengawasan First", jawab Jun yang masih disana dengan Ritsu.

"Yup~ Yup~.. Sejauh ini, Twelve yang paling mencurigakan karena dia anggota terakhir Numbers", kata Ritsu lagi.

Rin pun melihat kembali ke arah Megumi dan Twelve. Awalnya mereka terlihat berbicara baik-baik. Lama kelamaan, Megumi terlihat marah dan berteriak dengan kencang ke arah Twelve. Tidak tahan melihatnya, Rin pun melepaskan tangan Kotarou dan lari ke arah mereka.

"First memintaku untuk membawamu dan Megumi mencegahku. Hanya itu saja", jawab Twelve sambil melirik Rin seakan akan dia sudah tau apa yang ingin ditanyakan oleh Rin.

"Ehh ?? Kenapa kau bisa tahu ?", tanya Rin.

"Dia pembaca pikiran.", jawab Megumi kesal.

"Aku tidak ada urusan denganmu, Megumi. Urusanku dengan Rin. Jadi, kau tidak perlu ikut campur.", kata Twelve lagi.

"Tapi, kau masih di bawah pengawasan, First dan kau bahkan belum mendapat kepercayaan penuh dari seluruh anggota.", kata Megumi.

"Terserah. Aku hanya ingin menyampaikan pesan dari First untuk Rin saja", jawab Twelve dan dia pun menyerahkan secarik kertas kepada Rin yang berisi.

"Rin, aku sengaja mengutus Twelve untuk menemuimu. Seharusnya aku memang menyampaikan ini secara langsung kepadamu. Tapi kurasa, Twelve adalah orang yang paling tepat. Aku memintanya untuk membawamu dan membuatmu mengingat semua masa lalumu. Ada hal penting yang harus kau ingat, aku tidak bisa memberitahu semua memorimu dan sebaiknya kau buka semua sendiri karena ada beberapa hal yang tidak mudah untuk dijelaskan."

Tanda tangan First terpampang di bawah surat itu dan berhasil membuat Megumi yang melihat Rin membacanya diam tak berkutik.

"Aku akan ikut dengan Twelve. Mungkin memang ada hal penting yang harus kuungkap sendiri.", kata Rin setelah membaca surat itu.

"Ta-tapi..", kata Megumi lagi.

"Tidak apa-apa. Aku akan baik-baik saja. Aku percaya dengan keputusan First dan aku juga percaya kalau Twelve akan menjagaku dengan baik. Oh iya, aku harus memberitahu Kouichi tentang hal ini dulu", kata Rin sambil mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Kouichi.

"Uu.. Baiklah.. Kalau Rin bilang begitu.. Berhati-hatilah", kata Megumi.

Twelve pun hanya mengangguk sedikit dan Rin pun mengikutinya pergi.

"Jadi, kemana kita akan pergi ?", tanya Rin.

"Berapa lagi anggota Numbers yang belum kau ingat masa lalu mereka ?", tanya Twelve.

"Hmm.... Second, Nine, dan Kau, Twelve", jawab Rin.

"...... Baiklah.. Kurasa, kau harus menemui Michael dulu.", jawab Twelve.

"Baiklah, terima kasih sudah mau mengantarku.", kata Rin.

"Sama-sama", ucap Twelve.

Next Chapter 9 Desember 2016

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang