LXVII : - Source of War -

5.7K 425 12
                                    

Rin dan Hirato pun memutuskan untuk duduk di sebuah restoran kecil yang sedang sepi pengunjung hari itu. Mereka memilih tempat duduk yang paling ujung dan yang paling jarang dilewati oleh orang-orang. Mereka berdua pun memutuskan untuk memesan 2 lemon tea dan kue kecil untuk cemilan. Tanpa ragu, Rin menceritakan semua tentang dirinya kecuali tentang Numbers, Kuro dan Kouichi. Hirato pun mendengar semuanya sambil mengangguk-angguk mengerti.

"Jadi, kau telah meninggal sebelumnya dan bereinkarnasi menjadi setengah Akuma ?", tanya Hirato.

"Iya. Sampai sekarang, ingatanku masih belum kembali seutuhnya. Dan sekarang, tentang perang itu, apa itu benar ?", tanya Rin.

"Hm.. Soal itu...", jawab Hirato.

"Aku ingin tahu alasannya", kata Rin.

"Hmm.. Sebenarnya ada sedikit keributan di tempatku tinggal. Para malaikat mendesakku untuk menyatakan perang kepada Neraka. Mereka tidak menyukai para Akuma yang tinggal di dunia manusia.

Para Akuma itu dianggap pemicu rusaknya moral manusia. Aku juga sudah mendiskusikan ini kepada Kamito. Dia hanya bertindak sebagai pelindung bagi para Akuma yang tinggal di dunia manusia.

Aku sendiri sebenarnya tidak keberatan kalau Akuma tinggal di dunia manusia. Kau tahu, dunia manusia tanpa sedikit bumbu kejahatan akan terasa membosankan. Tapi, itu tidak berlaku bagi para malaikatku. Mereka ingin menghapus keberadaan Akuma di dunia manusia.

Peperangan ini adalah sistem Cleaning atau sapu bersih. Aku sendiri dipaksa untuk mendekralasikan perang kepada saudaraku sendiri. ", katanya sedih.

"Tapi,,.. Kau bisa menundanya.. ", kata Rin ragu.

"Aku sudah berbuat sebisaku untuk mencegah perang. Perang bukanlah cara untuk menyelesaikan masalah dan aku tahu itu. Aku juga tidak berhak menguasai dunia manusia yang merupakan dunia tengah. Segala mahluk hidup memang seharusnya diizinkan hidup disini.

Naturalku juga bukan perang melainkan kedamaian. Para Malaikatku, ingin mendominasi dunia ini. Mereka bahkan memberikan darah mereka kepada anak-anak terpilih atau yang kalian sebut Yuusha pada zaman sekarang. ", katanya lagi.

Mendengar itu Rin pun tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya duduk menunduk sambil mengepalkan kedua tangannya dengan kesal. Masih menyalahkan dirinya yang begitu lemah dan tidak bisa berbuat apa-apa. Kini dia sudah tahu masalahnya, tapi dia takut tidak bisa melindungi semuanya.

"Jangan khawatir, aku akan mencoba meminimalisir korban. Aku juga tidak ingin banyak kematian.", kata Hirato sambil tersenyum lembut menatap Rin.

"Kamito bukan orang yang jahat. Di tempatku, banyak yang melabelnya dewa yang jahat karena dia adalah dewa kegelapan. Aku sendiri telah mengenalnya dari dulu. Kalau ada yang lebih tahu tentang dirinya, hanya aku dan kaulah orangnya. Aku yakin dalam perang kali ini, Kamito juga tidak menginginkan banyak korban.", kata Hirato lagi.

Hirato pun kemudian mengelus kepala Rin dengan lembut. Senyumnya sama lembutnya dengan Kamito kalau diperhatikan dengan baik. Mereka memang terlihat mirip kalau sedang memamerkan senyum lembutnya.

"Aku juga akan membantu !", kata Rin tiba-tiba bangkit berdiri.

Hirato terlihat kaget dengan reaksi Rin yang tiba-tiba. Dia pun kemudian tertawa kecil melihat Rin.

"Aku mengerti perasaan Kamito sekarang, Sebenarnya aku sendiri juga tidak ingin kau terlibat dalam hal ini. Tapi, aku tidak berdaya kalau kau sudah berkata seperti ini. ", kata Hirato.

Next Chapter tgl 23 February 2016

Author's note : 

Sorry uda ngaret, dikit pula. Chapter berikutnya author coba panjangin deh ^^

HanagamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang