TUJUH

107 7 0
                                        

Aku terdiam di dalam mobil Bang Arka yang dikemudikan dengan pelan. Aku tatap wajahnya sepanjang jalan. Menatap lekat pada matanya. Astaga, apa yang akan dikatakan Mama Papa kalau semalam aku tidur di rumah seorang lelaki yang sudah beristri? Apa aku akan diusir? Aku bergidik, ngeri membayangkan bagaimana reaksi mereka.

Eh tapi, semalam para tetangga Bang Arka bagaimana ya? Hebohkah? Entah kenapa, gambaran aku diarak keliling kampung oleh warga tiba-tiba terlintas. Aahh, kenapa otakku selalu mempunyai imajinasi liar seperti ini!

Aku menutup mataku dan mengusap wajahku dengan telapak tangan. Berusaha menghilangkan pikiranku yang jauh melayang. Oh otak, berhentilah berpikir yang tidak-tidak!

"Apa yang kamu lalukan? Udah puas ngelihat wajahku dari tadi? Baru sadar ya, kalau wajahku diatas rata-rata? Ganteng kan? Pasti gak nyangka kan aku sudah beristri?" Suara Bang Arka memecah lamunanku. Aku menoleh padanya.

Shit! Dia berbicara dengan sangat normal dan santai. Tanpa ada beban atau rasa bersalah. Malah cenderung berkelakar.

Bagaimana bisa seorang suami membawa gadis lain ke rumahnya? Apa dia tidak pernah memikirkan perasaan istrinya? Eh istri? Dari tadi di rumah Bang Arka aku tidak melihat istrinya sama sekali. Cuma ada Bi Sumi dan Bang Arka juga mengatakan dia tinggal sendiri. Apa jangan-jangan istrinya kabur saat tengah malam Bang Arka membawaku pulang?

"Bang, apa istrimu kabur semalam? Waktu kamu membawaku pulang?" Refleks mulutku bertanya, menyadari kenyataan itu bisa saja terjadi. Astaga, apa aku akan di cap sebagai pelakor? Duh Gusti, aku belum sempat menata hati, jangan Kau tambah ujian kali ini.

Seusai aku melontarkan kalimat itu, aku dihadiahi tawa mencemooh dari bibir Bang Arka. Dia menaikkan satu sudut mulutnya dan menggelengkan kepalanya.

"Apa sih benernya yang ditonton anak SMA jaman sekarang? Bingung aku jadinya, dengan pikiran kalian yang terlalu wow menurutku. Jamanku dulu, kami hanya senang bermain di luar, sambil nongkrong dan ngopi. Gak kebanyakan nonton drama seperti kamu gini!" Ucap Bang Arka sambil menoyor kepalaku.

"Apa yang salah Bang? Pertanyaanku masuk akal banget lho. Aku sampai membayangkan aku bakal diarak keliling kampung tau ga?! Aku ga mau disebut pelakor Bang!" Aku berteriak kesal. Memandang Bang Arka dengan tajam. Kenapa dia selalu meremehkan aku terus sih?

"Nah kan, belum juga mulutku tertutup, kamu sudah ngomong kemana-mana. Harusnya tuh tanya yang bener dulu, baru boleh menyimpulkan." Bang Arka memarahiku.

Dia selalu meremehkan pola pikirku, ah entahlah, aku juga tidak tahu pola pikirnya. Yang jelas aku berpikir kalau aku harus melindungi diri dan nama baikku sendiri.

"Harusnya yang kamu tanyakan pada awalnya itu gini, Bang istri Abang kemana? Jangan langsung nanya, Bang istrinya kabur ya? Duh kamu tuh ya." Bang Arka menjelaskan padaku, sambil menarik ujung hidungku.

"Aw.. Sakit tau Bang! Ya udah ku ganti pertanyaannya. Kemana istri Abang kok gak kelihatan?“ Aku berkata dengan ketus sambil mengelus hidungku yang terasa panas. Biarkan saja nada bicaraku meninggi, menghadapi orang seperti Bang Arka harus bisa sedikit keras hati.

"Istri Abang ada di rumah, Abang yang kabur." Bang Arka menjawab tanpa beban, masih terkesan meremehkan. Namun di matanya aku melihat kilatan rasa dendam, kecewa, marah dan banyak rasa yang bisa digolongkan dalam rasa sakit hati.

"APA??!!" Aku kembali berteriak, kaget dengan yang baru ku dengar. Kaget juga dengan teriakanku sendiri hingga aku memutar tubuhku menghadap Bang Arka dengan sempurna.

"Apa Bang? Tadi ga jelas. Abang bilang apa?" Aku kembali meyakinkan diri, bahwa yang baru saja didengar telingaku tidak salah.

Bang Arka kabur dari rumah? Memangnya apa yang terjadi sampai seorang lelaki kabur dari rumah? Ku tahan mulutku untuk tidak menertawakannya. Bagiku, ini seperti lelucon. Bang Arka tanpa beban mengatakan dia kabur. Hah, apa bisa dipercaya? Aku geleng-geleng kepala.

"Aku tau kamu mendengarnya dengan baik. Kamu gak salah denger kok, aku memang kabur dari rumah." Bang Arka kembali bisa membaca pikiranku.

Ah orang ini mengerikan. Aku hanya berbicara dalam hati tapi dia bisa menjawabnya dengan pasti. Aku ingin mencemoohnya tapi kali ini otakku mengirimkan sinyal untuk menahan diri. Sialnya, hanya sinyal untuk menahan diri yang dikirim otakku, sinyal untuk menahan tawa lolos begitu saja.

Dan di sinilah aku, tertawa terbahak-bahak tanpa bisa berhenti. Berusaha mencerna dan memahami yang terjadi. Rumah tangga, di mana biasanya wanita yang doyan kabur dari rumah setiap ada masalah, sekarang yang duduk di sampingku adalah lelaki yang kabur dari masalah. Lelaki yang biasanya bersifat tegar dan keras bagai karang. Aneh kan? Lucu menurutku. Karena yang aku lihat ini jarang terjadi. Atau mungkin aku yang tidak pernah mengalami berada di dalam satu cerita yang sama.

Aku masih tertawa, hingga air mataku menetes. Sungguh aku masih menganggap Bang Arka menjahiliku, masih ku anggap dia sedang bergurau denganku. Mengingat suasana hatinya yang terkadang naik turun, jadi aku memilih menganggapnya saat ini dia sedang bercanda.

Tiba-tiba mobil Bang Arka diparkir di pinggir jalan, depan minimarket. Aku kebingungan, menoleh ke kanan dan kiri.

"Kita di mana Bang? Kenapa berhenti?" Aku bertanya dengan tatapan bingung, menatap ke luar jendela.

"Beli minum, haus. Gerah banget disini, panas!" Bang Arka menyahuti dengan nada kesal. Sambil menatapku tajam. Sepertinya dia sedang menyindirku. Hahaha baiklah Bang, kali ini aku salah karena sudah menertawakanmu, sungguh gurauanmu siang ini sangat lucu! Aku tersenyum simpul menatap Bang Arka, berharap amarahnya sedikit mereda.

"Ikut ya Bang? Aku haus juga, sekalian beli cemilan ya Bang, heheh.." Aku meringis, berusaha mencairkan suasana, biarlah dibilang tak tahu malu, daripada sepanjang jalan aku melihat matanya seakan mau keluar.

Ku lihat Bang Arka menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan kasar. Dia terlihat sangat berusaha meredakan amarahnya. Matanya tak lepas menatapku, seakan ingin mengulitiku. Inilah saat dimana aku berharap ada lubang besar di depanku, untuk ku menceburkan diri dan bersembunyi.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang