EMPAT PULUH

53 9 0
                                    

ARKA POV

Hari baru, semangat baru. Itulah yang kurasakan. Aku terus saja tersenyum sejak bangun pagi hari ini. Dari kemarin aku benar-benar tak sabar menunggu hari ini.

Hari ini, jadwalku memberi pengarahan pada bimbinganku dan itu berarti aku akan bertemu Mikha. Dia juga merupakan bimbinganku. Aku sungguh menyukai takdirku yang seperti ini.

Aku melajukan mobilku sedikit kencang saat berangkat ke kampus. Aku sungguh tak sabar untuk segera bertemu mahasiswa bimbinganku. Maksudku salah satu mahasiswa bimbinganku.

Kampus masih sepi saat aku sampai. Ospek telah usai dan kegiatan belajar baru di mulai beberapa hari ke depan. Hanya ada mahasiswa tingkat atas yang sedang menyelesaikan penelitian untuk skripsinya.

Aku bergegas masuk ruanganku dan menunggu dengan tidak sabar. Apa yang akan aku lakukan selama 30 menit menunggu? Bagaimana reaksi Mikha ya? Aku mendadak gugup membayangkan reaksi Mikha. Gadis itu kan tidak terbaca.

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu ruanganku diketuk.

"Masuk." Aku mempersilahkan.

Ku dongakkan wajahku dan ku dapati wajah Aldrich yang tampak cemas.

"Al? Ada apa? Duduklah." Sapaku.

"Pak, mohon maaf, saya izin terlambat masuk. Saya harus menolong..hmm..menolong.." Aldrich tiba-tiba gugup dan aku tersadar apa yang dimaksudkannya. Aku tersenyum menatapnya. Dasar anak muda!

"Menolong kekasihmu. Kemudian?" Aku membantunya menjelaskan. Aldrich tersenyum dan ku sambut senyumannya.

"Dia kecelakaan Pak." Ujarnya sejurus kemudian.

"Astaga. Lalu bagaimana kondisinya?"

"Saya belum tahu Pak. Ini saya mau kesana melihatnya."

"Ya sudah, sana cepat. Saya izinkan kamu telat atau kalau darurat tidak perlu datang lagi."

"Baik Pak. Terima kasih."

Aldrich keluar dari ruanganku. Kasihan dia. Pasti sangat cemas dan kalut. Ah sudahlah, semoga kekasihnya aman. Sekarang waktunya pertunjukan. Aku akan masuk kelas dan bertemu gadisku.

Aku berjalan perlahan menyusuri lorong jurusan. Membalas sapaan mahasiswa yang menyapaku. Senyumku sangat lebar, hingga beberapa mahasiswa tampak terkejut. Biarkan saja, aku sedang sangat bahagia hari ini.

Aku memasuki kelas. Sepertinya semua bimbinganku sudah berkumpul. Tapi di mana dia? Apa dia telat? Astaga Mikha, apa kamu tidak tahu aku benci sekali orang yang telat? Aku ingin meneleponnya tapi ku urungkan. Aku ingin memberinya kejutan.

Baiklah, aku akan mulai dengan berkenalan dulu. Aku memanggil nama seluruh bimbinganku.

"Mikhayla Putri Sanjaya." Aku memanggil namanya. Namun tak ada sahutan.

Beberapa kali aku memanggil tetap tak ada sahutan. Apa mungkin ada nama yang sama persis di jurusan ini? Aku mulai meragukan teoriku kemarin. Mungkin memang benar, Mikha ada di jurusan ini, namun bukan bimbinganku.

Aku melanjutkan kegiatan. Aku menjelaskan apa yang perlu ku jelaskan terutama untuk mahasiswa baru. Aku terus menanti jika Mikhaku benar-benar adalah bimbinganku. Namun hampir selesai penjelasanku, Mikha tak nampak juga.

Aku mulai putus asa. Mungkin memang bukan dia yang menjadi bimbinganku.

Tok.. Tok.. Tok..

Pintu ruang diketuk saat penjelasanku hampir ku akhiri.

"Masuk." Aku memberi izin masuk siapapun yang mengetuk.

Pintu terbuka dan ku lihat Aldrich sudah datang. Ah untunglah dia datang, itu artinya kekasihnya tidak terluka parah.

Ia berjalan mendekat ke mejaku. Aku melirik sekilas, siapa itu yang tertutup badannya? Apa dia kekasihnya yang mengalami kecelakaan tadi? Jika benar, berarti dia juga bimbinganku karena berani memasuki ruangan ini.

Tak ada satupun mahasiswa di sini yang iseng ingin mengikuti kelas bimbinganku saat dia bukan mahasiswa bimbinganku. Aku terkenal disiplin dan tegas. Tidak akan ada yang berani main-main denganku.

"Maaf Pak kami terlambat. Dia mengalami kecelakaan." Suara Aldrich membuyarkan lamunanku. Berarti benar dugaanku kekasihnya juga bimbinganku.

"Baiklah. Tidak masalah, silakan duduk." Sahutku dengan senyuman. Ah manisnya mereka. Menemukan cinta dengan teman satu jurusan.

Tapi seketika tubuhku menegang saat aku mengingat sesuatu yang penting. Senyumku surut seketika.

Aku sudah memanggil seluruh nama mahasiswa dibawah bimbinganku. Termasuk mahasiswa baru. Dan seluruh nama yang ku panggil sudah hadir dan mengacungkan tangannya. Hanya 2 nama yang belum menjawab panggilanku tadi.

Aldrich Bramantyo, yang sudah izin padaku untuk menjemput kekasihnya yang kecelakaan.

Satu lagi, Mikhayla Putri Sanjaya. Yang entah apa alasan ketidak hadirannya.

Aku mulai mengingat saat Aldrich datang bersama seorang gadis dan mengatakan 'dia mengalami kecelakaan'. Apa mungkin, kekasih Aldrich yang dibawanya tadi itu adalah Mikhayla Putri Sanjaya, yang juga habis mengalami kecelakaan? Apakah ini Mikhayla-ku?

Refleks ku dongakkan kepalaku saat berhasil mengumpulkan kepingan puzzle yang mengganggu pikiranku. Aku menatap tajam gadis yang berada di belakang Aldrich.

Itu benar dia!!

Aku tersentak saat mendapati kenyataan yang ku nantikan sejak kemarin. Perasaan bahagia itu teralihkan oleh amarah yang tiba-tiba menyergap tubuhku.

Berengsek!! Lepaskan tanganmu darinya!! Jaga jarakmu Mikha!! Oh aku rasanya ingin menggila saat ini juga saat melihat dengan eratnya tangan Mikha bergandengan dengan Aldrich. Aku sungguh ingin menghajar lelaki itu yang dengan beraninya menggenggam tangan gadisku. Ingin ku seret tubuh Mikha saat ini juga. Dia milikku, hanya milikku! Menjauhlah darinya.

Aku menatap nyalang padanya dan saat itu mata Mikha juga menatapku. Tatapan apa itu? Jangan macam-macam dengannya Mikha, kamu milikku!!

Ku lihat mereka berjalan dengan bergandengan tangan dan mengambil duduk berdampingan. Andai tak ada siapapun di ruangan ini, aku benar-benar akan menyeret Mikha keluar.

Aku segera mengakhiri sesi bimbinganku kali ini. Otakku sudah tidak bisa berpikir jernih. Aku harus segera membawa gadis itu.

"Kita akhirin pertemuan kali ini. Jika ada yang kurang jelas, silakan datang ke ruangan saya. Untuk mahasiswa baru, semester awal mata kuliah kalian adalah mata kuliah paket, jadi sudah terjadwal."

"Lakukan yang terbaik di semester ini agar nantinya kalian bisa mengambil SKS maksimal untuk semester berikutnya."

"Sekian dari saya. Terima kasih." Ujarku menutup pertemuan ini.

Aku mengatur nafasku. Berharap tidak ada nada tajam pada suaraku. Bagaimanapun juga aku harus menjaga wibawaku di hadapan para mahasiswa ini.

Baik, aku akan menggunakan sedikit kekuasaanku untuk menggertakmu Mikha. Kita lihat, selihai apa kamu menghindari aku di wilayah kekuasaanku.

"Aldrich dan Mikhayla. Datang ke ruanganku setelah ini." Ah shit! Rasanya sangat menyebalkan menggandeng nama Mikha dengan nama Aldrich.

Kita lihat, seberapa nekatnya kamu Al, hingga berani menyentuh gadisku.

Hari ini segini dulu yaa..

mampir di ceritaku yang lainnya ya..

Daaaannn dukung terus cerita aku..
gak lama kok, cuma klik like, komen dan vote..

makasi semuanya..

Happy Reading ❤

jaga kesehatan ya.. jangan lupa pakai masker kalau keluar rumah.

BERITAHU MEREKA!!! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang